Satu

226 20 8
                                    

Dahulu kala, saat benua masih belum terpecah belah. Saat daratan yang kini bernama 'Jepang' masih hamparan hutan belantara tanpa nama. Manusia berusaha hidup dengan menganut suatu macam aliran. Hidup rukun dengan manusia lain dan saling berbagi wilayah.

Saat nenek moyang mengajarkan teknik berburu untuk bertahan hidup, kini mereka mulai berpikir karena hewan di hutan terus berkurang jumlahnya. Mulai berpikir cara bercocok tanam untuk mengisi perut yang kosong.

Peradaban terus berkembang. Menuruti sifat manusia yang 'tidak pernah merasa cukup' hingga perluasan wilayah menjadi hal yang harus di dapatkan, peperangan pun tidak bisa di hindari.

Wilayah yang semula damai menjadi medan pertempuran. Hutan yang hijau nan asri di lahab oleh si jago merah menyisakan hitam dengan bau asap yang menyakiti pernapasan.

Anak anak dan wanita terpaksa harus kehilangan ayah dan suaminya. Wanita yang belum menikah di ambil paksa untuk di jadikan sebagai pemuas nafsu yang berkuasa.

Anak dari penguasa atau biasa di sebut dengan 'Raja' terlahir oleh puluhan wanita yang berbeda. Ratusan mungkin. Tidak mau repot, sang raja pura pura tidak mengenal jika ada seseorang yang ingin menemuinya. Tentu semua alasannya sama "Tapi saya sedang mengandung anak Raja"

Pasukan penjaga gerbang sekali lagi melempar rakyat jelata tersebut. Memakinya, jika si rakyat jelata yang berjenis kelamin wanita menolak pergi, dan terus memaksa masuk. Jangan salahkan jika paras cantiknya tak lagi memiliki badan.

Pusing dengan berbagai gunjingan, sang 'Raja' memutuskan untuk mencari seorang 'wanita' tentu bukan wanita sembarangan, melainkan wanita dari derajat yang sama. Wanita yang berpendidikan.

Suatu hari, saat 'Raja' dan wanita yang ia pilih atau bergelar 'Permaisuri' sedang menanti hari bahagia.

"Putra mahkota telah lahir" seru seorang tabib paruh baya yang membantu proses persalinan sang Permaisuri.

Sorak sorai seluruh kerajaan menggema hingga sampai di wilayah luar istana.

Para rakyat yang hidup serba kekurangan tidak bisa berharap sesuatu yang bagus di alami oleh sang Raja. Pasalnya, Raja itu sudah semena mena melakukan tindak penindasan kepada penduduk.

Upeti dengan harga tak wajar dia tetapkan kepada setiap pedagang.

Anak anak, terutama yang berjenis kelamin laki laki di usia 10 tahun di ambil paksa untuk di jadikan prajurit. Sementara anak anak perempuan yang masih remaja, yang berparas cantik akan beruntung karena di ajak pergi oleh Raja. Dan semua berakhir sama, anak perempuan itu tidak pernah kembali.

Sang Raja yang sedang berbahagia tanpa sabar memasuki kamar utama yang di sulap menjadi ruang bersalin dadakan.

Senyum cerah sang Raja tertutup oleh kumis dan jambang yang beberapa helai rambutnya mulai memutih.

Seperti mendapat cambukan di punggung, tangan mengepal keras. Peluh membanjiri pelipis lewat kaki mahkota yang terbuat dari emas murni dengan hiasan batu delima berwarna merah darah. Simbol kuasa tertinggi di seluruh wilayah kerajaaan.

Sifat pemarah sang Raja yang sempat hilang untuk beberapa waktu lalu sudah hilang, dengan kasar ia menendang meja nakas yang berisi air untuk mencuci tangan.

Air yang berbau anyir dan berwarna merah itu tumpah ruah mengotori karpet dari kulit harimau.

"Bunuh anak itu" titah Raja dengan tegas.

Seluruh selir istana dan juga anggota medis di dalam ruangan terdiam. Hanya bisa menunduk menatap kakinya yang gemetar. Sementara Permaisuri masih tertidur karena kelelahan.

romeo dan julietWhere stories live. Discover now