Tiga Belas

67 12 8
                                    

Warning : nsfw (18+)

Drrttt drrrtttt

Kelopak yang masih terkatup mengerjab, seiring dengan tangan mungil meraba meja nakas di samping ranjang.

Dawai gepeng tak sengaja tersenggol, terjun bebas hingga berbunyi cukup nyaring dan mengejutkan.

Jemari asik menari di atas kelopak dan lainnya mengambil ponsel di atas lantai. Memeriksa aplikasi pesan, dan sedikit kesal karena pesan tak berarti Kohama Ryota mengusik tidur paginya.

Suara gemericik air dan pintu kamar mandi yang terbuka menyapa rungu membuat badan sontak berbalik. Mata terbelalak hingga retina hampir meloncat keluar dari tempatnya.

"To..." terbata bibir tebal itu menyebut nama sosok yang hanya mengenakan handuk menutupi tubuh bagian bawah.

Surai pirang basah meneteskan bulir bulir kristal bening, jemari menyisir mahkota guna merapikannya.

Si pria habis mandi turut bertanya "Kenapa?"

"Toru, kenapa kau di sini? Kenapa kau di kamar ku? Apa yang kau lakukan? Dan itu" memalingkan wajah, jemari tremor menunjuk lilitan  handuk "Pakai cepat baju mu!" beo Taka.

Toru mengambil handuk lain dari lemari Taka, mengabaikan pemilik kamar yang masih terheran.

"Yamashita Toru!"

Pemilik nama menoleh "Kau sebenarnya kenapa sih?"

"Kau yang kenapa? Ini kamar ku!" dan tolong jangan paksa Takahiro menatap abs basah itu.

Berjalan mendekat "Takahiro" berani sumpah disini suara Toru sexy sekali.

Tak kuasa tangan terangkat, namun gagal melindungi wajah karena tangan lain mencekal pergelangannya.

Hembusan napas menggelitik telinga, membuat bulu kuduk meremang.

Berusaha menoleh, kini jarak wajah mereka tak lebih dari setengah jengkal.

Binir M lembab merah muda membuka suara "Mau mu apa?" jarak semakin di tepis, langkah kaki pendek turut bergerak mundur namun naas karena tersandung sisi ranjang membuat tubuh ringkih kembali terlentang di atas kasur.

"Toru hen... tikan!" napas terengah karena raga tertimpa makhluk hidup bertinggi lebih dari 175cm.

"Kenapa?" tanya lagi yang di jawab dengan pejaman mata.

"Kau kan suamiku, apa kau tidak mau melakukannya dengan ku" bisik Toru tepat di telinga yang tersemat ear rings.

"Suamiku?" tak percaya, "Tung.... mmmhhh" belum sempat bermonolog lebih banyak, benda kenyal dingin membungkam mulutnya.

Isapan yang begitu lembut penuh kasih sayang, bibir bawah di gigit memaksa mulut terbuka untuk menyatukan benda tak bertulang.

"Mmnnnnn..." suara khas orang bercumbu memenuhi ruangan. Saliva milik berdua lolos mengalir dari sudut bibir Takahiro yang berada di bawah kukungan Toru Yamashita.

Pagutan terlepas saat paru paru membutuhkan lebih banyak pasokan oksigen.

Terengah Taka menatap kedalaman obsidian Toru "Toru? Ah" jeritan lolos saat merasakan 'milik'nya yang mulai mengeras di remas oleh tangan jahil Yamashita. Entah sejak kapan celana bokser hitam itu melorot.

Tubuh kecil di angkat oleh sepasang lengan kekar.

Sillaturrahmi bibir kembali terjalin, kini lebih panas dengan tuntutan menginginkan lebih.

"Mmnnnn..."

Secepat kilat, Toru membuang benda penghalang. Membebaskan milik Taka yang sudah berdiri tegak.

Lengan mengalung di leher jenjang, tak ingin pagutan itu di putus sebelah pihak. Mempermudah Toru membuang handuk yang masih melilit di pinggang.

Merasakan tekanan luar biasa di perut, Taka lah tersangka pemutus tarian sesama lidah. Menoleh ke bawah, melihat apa yang menusuk perut bagian bawahnya.

Di sana, sesuatu yang lebih besar darinya pun berdiri tegak, tetapi ada yang sedikit mengganjal.

"Toru, kenapa punya mu bersinar seperti lampu neon?"

"Toru!"

"Toru!"

"TORUU!"

"Hah, hah, hah" peluh mengalir menuruni pelipis. Tenggorokan terasa kering karena mulut yang terbuka untuk bernapas. Jantung berdegup tak terkendali. Udara di sekitar turun drastis membuat pendingin ruangan mallfungsi.

Pandangan di sapukan ke sekitar, ruangan yang sama. Tata letak, ponsel, penerangan. Semua sama, kecuali hanya dirinya, satu satunya yang berada di tempat ini.

Jemari membuka selimut kala merasakan sesuatu yang lengket di selangkangan "Och" di balik selimut, celana jeans yang ia kenakan basah total terkena cairan pale pale miliknya sendiri.

Dengan malas, Taka bangkit dari ranjang memberesakan kekacauan yang ia tak sengaja buat. Berjalan tertatih, sprei di lempar asal ke dalam ranjang cucian, di ikuti satu persatu helai pakaian yang masih tercium bau alkohol.

Di bawah guyuran hujan buatan, Taka menumpahkan sabun cair di telapak tangan hingga meluber.

Jemari kurus tersebut bergerak lincah "Ah, Toru san" napas tersengal.

Air hangat terus mengalir, sementara lengan hampir mencapai batasnya.

"Sialan!"

"Mau berapa banyak lagi kau akan keluar. Jangan menyiksaku seperti ini. Ini sakit!" omelan entah apa di dengarkan setia oleh deretan sabun dan shampo.

Sudah lama Taka tidak mengalami hal ini. Sesuatu yang sangat menyebalkan.

Rasa haus akan sentuhan pasangan membuat perut bagian bawahnya terasa nyeri. Bermain sendiri pun tak bisa mengeluarkan 'cairan' dia benar benar butuh 'teman' dalam keadaan seperti ini.

Kenapa ini bisa terjadi? Terakhir kali Taka mengalami hal ini saat masih berada di Shanghai, tiba tiba dia teringat akan Yamashita Toru. Penasaran, dia mencari akun media sosial teman sekolahnya itu, walau hasilnya selalu nihil.

Hingga Takahiro hampir menyerah, dan meminta bantuan Tomoya juga Ryota.

Puluhan gambar Toru baik di jepret dengan sengaja maupun tidak, masuk ke situs emailnya. Membuat 'hasrat' itu muncul lagi.

Keadaan dimana seperti di siksa, bahkan di kuliti hidup hidup pun jauh lebih baik daripada harus seperti ini.

Tanpa pikir panjang, dia pergi ke rumah bordil, meminta salah satu wanita di sana membantu mengeluarkan putih kental menggunakan mulut mulut yang telah terlatih.

"Ini semua salah mu Toru!"

.
.

"A-Ly, jika kau menyayangi Taka, kau tidak boleh jatuh cinta dengan Toru!" perintah Aimer.

Hela napas berat "Sudah ku bilang kalau aku dan Taka itu seperti adik dan kakak, tidak papa jika aku berpacaran dengan Toru Toru itu"

Aimer menepuk dahinya dengan keras, maksud Aimer bukan itu. Tentu saja Sherly tidak boleh, karena "Chen Xue Ning, Sherly Chen, A-Ly dengarkan Ai!"

Gadis berkuncir kembar yang tengah menuntun sepeda itu pun berbalik.

Aimer yang tertinggal agak jauh berlari menghampiri gadis polos tersebut. Tepukan berat mendarat di pundak sempit A-Ly "Ini bukan tentang hubungan mu dengan Takahiro atau dengan Toru. Tapi ini tentang Takahiro, kau tidak boleh!"

Perempatan nampak jelas di dahi pecinan, nampak tidak paham dengan maksud wanita yang berdiri di depannya kini.

"Aaaarrrgggtttt" Aimer mengacak rambutnya frustasi, hampir berteriak dia, tetapi masih bisa di tahan "Ayo pulang, aku pusing!"




Bersambung...

Maaf kalo nsfwnya garing, aku kurang mahir dalam membuat adegan (༎ຶ ෴ ༎ຶ)








romeo dan julietWhere stories live. Discover now