Sembilan

66 10 1
                                    

Lantunan musik dj menyirami para pengunjung bar tak memperdulikan jenis kelamin dan usia.

Lautan manusia menari melepaskan ekspresi nya di tengah lantai dansa. Mengabaikan apakah dia mempunyai pasangan atau tidak.

Suara tawa dari sekelompok pemuda terdengar lebih nyaring di bandingkan dengan speaker. Sekali lagi mereka mengangkat gelas berisi cairan warna warni ke udara, menabrakkan satu sama lain hingga terdengar bunyi yang jalang.

Dari 4 orang hanya ada 1 yang enggan melepas belenggu di bibir.

Sepasang mata mengantuk melihat semua yang ada di hadapannya dengan tatapan malas.

"Ne Toru, apa yang kau pikirkan?" tanya pemilik bar mengkhawatirkan orang berwajah lusuh.

Pertanyaaan yang di tujukan padanya, tidak di indahkan. Jemari melilit gelas kaca, meneguk cairan berwarna urine menyisakan setengah.

Ketiganya menghembuskan napas, mengurangi rasa kesal pada Yamashita Toru. Padahal tujuan mereka adalah menghibur Toru, tetapi malah wajah Toru semakin kusut. Apakah berkumpul seperti ini bukan ide yang bagus, atau mungkin anggota mereka kurang?

Mereka saling lempar tatap dan serentak mengendikkan bahu. Kemudian bercakap cakap, sesekali bertanya pendapat Toru dan di jawab dengan anggukan.

Kaki yang di balut celana jeans hitam bergerak perlahan, mendorong tubuh kecil yang tenggelam ke dalam hoodie hitam melewati lautan berbau khas bar.

Tubuh pendek menjadi poin minus saat dia mendapat giliran berjaga dari permainan petak umpet.

Mata memincing mencari orang yang dia kenal, atau lebih tepatnya orang yang dia tinggal begitu saja 8 tahun yang lalu.

Merasa gagal, dia memanggil pria berseragam yang di yakini adalah pelayan bar. Bertanya di mana 'juragan'nya dan dengan senang hati pria itu menuntun Taka menuju sudut ruangan, dimana pemilik bar sedang bercanda ria dengan teman masa sekolahnya.

Ucapan terima kasih menjadi hadiah yang di terima oleh pelayan.

Jantung berdendang lebih keras dari pada speaker. Membuat tulang rusuk harus bekerja lebih keras agar tidak di patahkan. Peluh mulai merembes mengalir dari kepala yang memanas. Tangan tergenggam erat, bibir bagian dalam di gigit.

Mempertaruhkan semua yang ia miliki, dengan terbata Taka melangkahkan kaki mendekati meja itu. Jika dulu dia bisa menyapa mereka dengan ringan, mengapa sekarang rasanya sangat berat?

3 pria yang menyadari kehadiran Taka sontak mematung. Menatap Taka tidak percaya.

Toru yang hendak menyesap kembali minuman mengurungkan niat saat bibirnya baru saja menyentuh bibir gelas "Ada apa?"

Jakun mereka bergerak naik dan turun menjawab pertanyaaan Toru.

Toru yang tidak suka di ajak basa basi mengikuti pandang ketiganya. Membuat kepala menoleh ke belakang.

Dunia terasa berhenti berputar, lautan manusia lenyap berikut lantunan musik. Angin berhembus membawa tumbleweed kering ke peraduan.

Sepasang mata setajam elang yang hadir di mimpi hampir setiap malam selama 8 tahun. Raga yang meninggalkan nya tanpa jejak dan kabar, hingga dia sempat berpikir bahwa Taka sudah berada di dimensi lain.

Kini berdiri tegak di hadapannya.

Perasaan tak wajar menggerogoti hati yang beku.

Bagai bernapas di dalam pelukan samudra, paru paru menangis mendapat pasokan oksigen yang lebih dari kurang. Jantung memompa darah panas hingga cairan asin lolos dari pori pori.

romeo dan julietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang