Lima Belas

65 10 4
                                    

Laju mobil membelah jalanan kota Tokyo yang lembab dan tanpa bintang karena hujan baru saja reda.

Di dalam mobil terdapat 3 insan berpakaian serba putih mengikuti tema pesta pernikahan yang mengundang.

Di balik kemudi, sosok wanita dengan lensa bertengger di batang hidung melirik sekilas kaca spion di atasnya. Dari biasan cermin terlihat jelas pria dengan warna monochrome menautkan jemari gelisah. Padahal bukan dirinya yang akan menikah.

Sementara di samping kemudi, ada gadis bermata sipit tengah asik dengan sebungkus kuaci.

Hening membelenggu, hanya lantunan lagu dari penyanyi-penyanyi lokal yang memenuhi rungu.

Tak lama berkendara, mereka tiba di sebuah hotel kelas menengah. Tamu berpakaian serba putih pun memasuki hotel. Sebagian dari mereka tidak Taka kenal, dan diam diam pun berharap bahwa semua tamu yang datang tidak Ia kenal, walau itu mustahil.

Aimer menarik lengan putih A Ly sambil berseru "Ayo cepat!" dan yang terakhir hanya mengikuti Aimer dengan patuh.

Iya, karena Taka lah mereka menjadi tamu terakhir, atau lebih tepatnya datang terlambat di acara sekali seumur hidup sang sahabat 'Memangnya kenapa? Yang penting datang bukan?' seperti itulah kata-kata Takahiro kala Aimer memboombardirnya dengan omelan.

Melewati koridor, sampailah tamu terakhir di lantai teratas hotel yang memang di khususkan untuk acara tertentu.

Sorak sorai puluhan, mungkin ratusan manusia menggema, musik berhenti sejenak. Sebucket mawar putih melayang di udara, berpasang-pasang tangan menengadah untuk mendapatkannya.

Ah, rupanya janji suci telah terucap.

Taka terkekeh pelan, seperti setetes air di danau. Taka menyelam ke dalam lautan manusia yang tengah berdansa ria, seketika membaur dan tak terlihat.

"Selamat atas pernikahan mu!"

Sedikit terjengkat, Shohei tidak tahu kapan Takahiro berdiri di atas altar sambil mengacungkan tangan, gestur bersalaman.

Senyum lebar berkembang di wajah pengantin baru, meraih tubuh kecil Taka untuk memeluknya dan berkata "Ah" menepuk pundak tamu undangan "Terima kasih sahabat ku. Terima kasih sudah datang. Silahkan mencicipi hidangan, makan dan ambillah sebanyak yang kau mau."

Takahiro turut tertawa terbahak, tinjunya mengenai perut, sukses membuat Shohei membungkuk dan mengeram kesakitan "Dari mana kau belajar berbicara seperti itu. Itu menjijikan."

Tak lagi memperhatikan pengantin pria, kaki pendek beralih ke pengantin perempuan. Memberi ucapan selamat secara formal sebelum turun dari atas altar dan bergabung dengan tamu undangan lain, atau pulang kerumah andai saja itu patut di lihat.

Walau tempat ini ramai tetap saja kau merasa sepi dan sendirian saat kau tidak mengenal mereka, paling bagus bertukar sapa. Atau yang paling buruk kau menyapa tapi di abaikan. Lebih baik kau duduk sendiri di sudut ruangan sambil menikmati apa saja yang tersaji di meja prasmanan.

Taka membawa satu baki penuh berbagai makanan, dan segelas minuman berwarna kuning cerah.

"Taka" tanpa di persilahkan duduk seorang gadis dengan pakainnya yang tidak lagi berwarna alami karena ternoda "Sialan, mereka mengotori bajuku" membuat Taka terkekeh karena jarang mendapati Aimer yang mengumpat.

Tak lama kemudian satu persatu manusia yang Taka kenal turut bergabung. Sofa dan meja mendadak sempit, suara musik di kalahkan dengan suara canda tawa mereka.

Bisa di bilang lebih mirip reuni teman lama daripada pernikahan teman lama.

Sebotol minuman yang tidak mengandung alkohol kembali tandas, sorot mata elang Taka tak sengaja menangkap sosok yang berbeda di ambang pintu.

romeo dan julietजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें