Sebelas

70 11 3
                                    

Suara dentingan antar peralatan makan menggema, sesekali di ikuti oleh gelak tawa.

Omelan 'ibu' kepada si bungsu yang nakal karena membuang buang sayuran sehat mengundang tawa pemuda dengan gelar berbeda.

Si anak tengah menopang dagunya malas, telinga telah tebal oleh percakapan dengan nada tinggi seperti ini.

Sementara si sulung asik bercerita kepada kepala keluarga tentang hobi yang ia tekuni.

"Hei, benar kata tante makan sayur bisa membuat mu tumbuh sehat" mengangkat lengan, menunjukkan ototnya yang tertutupi kemeja kotak berwarna kombinasi abu abu dan putih "Lihatlah otot ku"

Bungsu Nishizawa yang baru duduk di bangku sekolah dasar memutar bola mata malas "Aniki, kau itu gendut. Aku tidak mau kelebihan berat badan seperti dirimu"

Gelak tawa pecah di meja makan kediaman Nishizawa. Bahkan anak ke 2 yang biasa berwajah datar dan terkesan bersifat tsundere pun tertawa lepas.

Teruki Nishizawa selaku orang yang mengundang di acara makan malam keluarga tertawa sampai tersedak ludahnya sendiri.

Wajah Hiro semerah tomat entah karena marah atau malu hanya bisa memajukan bibir dan mengembungkan pipinya. Ekspresi khas ketika vokalis band tersebut merasa sebal. Yang mana justru membuatnya semakin imut dan oh, jika saja tidak ada orang lain Teruki pasti sudah mencubit gemas sepasang moci merah itu, entah mencuri sebuah kecupan dari ranum bibir tebal merah muda.

"Astaga Ki chan, maafkan Lida" seru wanita berusia setengah abad sambil mencubit ringan paha pria termuda.

Hiroki memijat tengkuk sambil tersenyum paksa "Ahahaha, tidak papa tante"

"Oukaa chan, panggil saja Hiroki" potong Teru yang baru selesai dengan urusan tersedaknya "Setiap Kaa chan menyebut nama 'Ki chan' aku selalu teringat Sasaki Shohei"

Pemilik surai putih mengigit bagian dalam bibirnya, menahan rasa mungkin semacam iri atau tidak suka saat pemain gitar tersebut menyebut nama orang lain dengan ringannya.

Ayo lah, padahal mereka berada dalam sebuah kelompok.

Tetapi sayang, cemburu memang tidak pandang bulu.

Meletakkan sebuah gelas yang beberapa saat lalu terisi penuh air putih "Baiklah, oke. Hiro chan, panggil saja aku 'Oukaa chan' kau tidak perlu sungkan"

Hiroki mengangguk malu.

Suasana makan malam di keluarga Nishizawa selalu ramai saat Teruki mengundang bungsu Moriuchi.

Hiroki tidak menyangka jika keluarga Teru sangat welcome bahkan dari pertama kali dia di undang.

Dia berpikir jika keluarga tersebut akan bersikap cueg dan dingin seperti Teru.

Tetapi tidak peduli sekeras apa batu karang akan selalu kalah dengan ombak samudra. Dan Hiroki adalah air asin nan ganas tersebut.

Dentingan jam gereja berbunyi 9 kali, menunjukkan jika Teru harus kembali ke apartemen yang dia tinggali sejak duduk di bangku kuliah "Kaa chan, aku pergi dulu" pamit taruna yang berada di muka pintu.

"Kenapa tidak menginap?"

Hela napas berat "Masih ada pekerjaan yang harus kami lakukan Kaa chan" seru pria gondrong.

Nyonya Nishizawa maju selangkah sambil membuka tangan khas orang meminta pelukan.

Mata bulat membelalak, sementara si anak asli hanya memandang sambil menaikan salah satu alis. Dahi berkernyit heran. Entah mengapa 'Oukaa chan'nya lebih menyayangi Hiroki Moriuchi.

romeo dan julietWhere stories live. Discover now