Haru dan Yuki berada di bukit sekitar tempat tinggal mereka.

Suara benturan besi terdengar secara beruntun. Mereka sedang berlatih.

Yuki berjongkok dengan kedua tangan memegang sebuah pedang dan sudah berada di atas kepalanya. Kedua tangan Yuki dengan sekuat tenaga mencengkram pedangnya untuk menahan pedang yang Haru pegang dan sudah berbenturan dengan pedangnya.

"Cukup mengagumkan Hime-sama."

Tangan Yuki berusaha mendorong pedangnya. Dan dengan susah payah ia berhasil mendorong pedang Haru. Hingga membuatnya mundur beberapa langkah. Melihat celah itu, Yuki segera berdiri.

Yuki kembali mengayunkan pedangnya, namun Haru bisa membaca gerakannya. Setiap ayunan pedang Yuki bisa di tangkisnya dengan mudah. Yuki menyerang secara bertubi-tubi hingga membuat tubuh Haru bergerak mundur untuk menghindari serangan.

Namun di luar perhitungan, kaki Haru menginjak sebuah dahan yang cukup besar hingga membuatnya terjatuh.

"Sakit ...." Haru merintih.

Mendengar rintihan itu Yuki segera berlari mendekat untuk memastikan keadaannya. "Apa yang terjadi?"

Sreettt...

Namun Haru segera mengayunkan pedangnya kearah Yuki dengan cepat. Seketika Yuki melompat untuk menghindar.

"Hampir saja. Jangan pernah lengah."

Haru terlihat mengembangkan senyumannya dan tertawa kecil. Namun tawa itu hilang, saat ia melihat darah menetes dari ujung pedangnya.

"Ha?" Terperangah. Haru segera menengok ke arah Yuki.

Terlihat Yuki sedang memegangi lengannya. Dan darah segar mengalir dari sela jarinya.

Tubuh haru terasa lemas melihat itu. Pedang yang ia pegang pun jatuh dengan sendirinya. Ia benar-benar tidak mengira kalau serangannya barusan akan melukai lengan Yuki.

Haru bergegas menghampiri dan memegang lengan Yuki yang berlumuran darah.

"Hime-sama. Maafkan aku. Aku benar-benar tidak sengaja," ucapnya dengan nafas yang sudah mencapai tenggorokan.

"Tidak apa-apa. Hanya luka kecil dalam 3 hari akan hilang dengan sendirinya."

Yuki berusaha berdiri sambil memegang lengannya.

Tak mengindahkan ucapan itu. Haru dengan sigap menggendong tubuh Yuki tanpa memperdulikan apapun. Bahkan pedang, busur beserta anak panahnya pun masih tergeletak di tanah.

"Haru, turunkan aku," perintah Yuki.

Haru yang biasanya menuruti perkataan Yuki, kali ini ia tak menjawab. Kakinya tetap melangkah membawa tubuh Yuki menuruni bukit. Haru hanya diam sepanjang jalannya. Perasannya begitu terganggu dengan kejadian barusan.

***

Pagi yang sangat cerah Yuki berjalan menuju tempatnya belajar sendirian. Yuki masih berusia 16 tahun dan ia seorang pelajar di sekolah menengah atas.

"Ohayo Hime-sama!" terdengar teriakan Haru dari belakang.

Yuki menghentikan langkahnya, dan menengok kebelakang.

"Selamat pagi, Haru."

Haru mempercepat langkahnya. Nafasnya sudah terasa di ujung tenggorokan. Saat ia sampai, ia langsung memeriksa lengan Yuki yang terluka kemarin.

"Bagaimana dengan lukanya? Apa masih terasa sakit, Hime-sama?" Haru membolak balikkan lengan Yuki.

"Sudah sembuh."

Luka di lengan Yuki memang sudah hilang dan tak berbekas.

"Syukurlah ...." Haru bernafas lega.

***

Haru duduk di bangkunya yang ada di pojokan. Pandangannya menatap lepas keluar kaca jendela. Pikirannya melayang ke kenangan 9 tahun yang lalu.

~~~

9 tahun yang lalu.

Bukit pegunungan selatan.

Haru yang masih berusia 9 tahun berlarian dengan kedua temannya. Hari sudah hampir senja. Kedua teman Haru berpamitan dan pulang kerumah masing-masing. Haru berjalan sendirian di pinggiran desa. Kini suasananya mulai gelap, Haru masih belum juga sampai rumah.

Suasananya sudah mulai sepi karena memang desa Haru berasa di sekitar bukit. Lalu terdengar suara lolongan serigala. Sebuah bayangan hitam terlihat mendekat. Dari desir angir, tercium bau yang benar-benar tidak sedap.

Sayup-sayup terdengar suara langkah kaki disertai hembusan nafas binatang. Haru mulai gemetaran. Kedua mata haru menatap kedepan, lalu dari balik pohon muncuk sosok yokai berwujud serigala yang sangat besar. Kedua matanya Menatap tajam kearah Haru.

Haru merasa lemas. Saat itu juga tubuhnya tersimpuh tak bisa bergerak.

Serigala itu mendekat. Langkahnya semakin cepat. Haru masih tak bisa bergerak. Serigala itu belari ke arah Haru dan siap menerkamnya.
Serigala itu mengayunkan cakarnya.

Srett...

Darah menetes dari ujung cakarnya. Tapi bukan darah Haru. Seorang anak perempuan berdiri di depan Haru, lebih tepatnya Hanyo. Lengan kanannya terluka karena menahan cakaran serigala tadi. Dengan memegang sebuah balok, ia berusaha mengusir serigala itu.

"Pergi!" teriaknya dengan tatapan yang sudah berubah merah.

Serigala itu tau, bahwa gadis kecil itu bukan manusia. Bau darahnya sudah mulai berubah, serigala itu segera pergi sebelum terjadi hal yang lebih buruk.

Gadis itu menengok kebelakang melihat keadaan Haru yang masih duduk di tanah.

"Kau tidak apa-apa?" tanya gadis itu seraya mengulurkan tangan.

Haru segera menepis uluran tangan gadis itu. Ia melihat lengan gadis itu yang penuh dengan darah. Haru berdiri dan tertunduk.

"Mulai hari ini, aku pastikan teman-temanku tidak akan memanggil mu Hanyo lagi."

Haru segera berlari pergi.

***

HANBUN YOKAIWhere stories live. Discover now