Prolog

298 144 211
                                    

Gila emang, jam tiga dini hari malah ngajakin orang ke swalayan dengan tujuan untuk membeli cemilan ringan.

Sebuah mobil putih melintas di jalan utama yang sudah sepi, hanya terlihat beberapa mas-mas yang lagi nongkrong ria di trotoar.

Mobil tersebut dikendarai oleh tiga jomblowati dan seorang wanita yang sudah memiliki cincin bertengger manis di jarinya.

"Cepetan, bego. Gue laper banget." ujar cewek berambut pendek di jok tengah sambil mengeluh. Matanya menatap tajam ke arah kaca mobil seolah-olah ingin menerkam sang pengemudi.

"Sabar, sih. Ini mobil ngadat mulu." ketus Nia, sang pengemudi.

Audrey —cewek berambut pendek— mendengus, padahal perutnya udah keroncongan masih aja ditawar buat bertahan.

Saat Nia mengemudi dengan tenang, ia tak sengaja melihat sebuah jemuran yang terletak di trotoar dekat lampu lalu lintas. Aneh, siapa yang ngejemur beha jam tiga pagi? Pikir Nia heran.

Tanpa disadari, dia kehilangan fokusnya pada jalanan. Sialnya tiba-tiba seekor kucing lewat di depan mobil tanpa salam pembuka. Tentu saja Nia yang kaget dengan reflek menginjak rem, membuat mobil terhenti tidak mulus.

"Lo nyetir yang bener, goblok!" ringis Audrey kesakitan, kepalanya kejedot jok depan.

"Kok salah gue, sih?! Jelas-jelas kucingnya lewat gak assalamualaikum dulu." balas Nia dengan kepolosan yang nyerempet bego.

"Goblok." ujar ketiga makhluk hidup lain yang berada di dalam mobil.

Nia cuma melotot tajam tidak terima, sisanya mah bodoamat aja.

"Lo mending tukeran sama Vertha deh." saran Tamara, wanita yang duduk di samping Audrey.

Nia menggeleng dengan cepat. "Gak, gak, gak! Lo udah janji lho, Ver, gue yang nyetir sampe Supraman." tolaknya.

Audrey memukul kepala Nia. "Namanya SuperIndo, tolol. Beda jauh."

"Turun lo, cepetan! Daripada gue mati perawan." kesal Vertha, cewek bersurai raven yang sedari tadi duduk di samping kursi kemudi.

Bukan Nia namanya kalau tidak keras kepala. Dia tidak memedulikan temannya yang histeris teriak sambil mengeluh di belakangnya, juga tendangan kaki dari Vertha yang entah bagaimana caranya bisa sampai ke perut Nia.

Karena Nia sudah terlanjur kesal, dia menaikkan kecepatan mobil dengan tiba-tiba yang menyebabkan mobil melaju dengan goyang dumang selama perjalanan. Maklum aja, orang gila lagi belajar menyetir.

Saat akan menyebrang, Nia dengan sembrono membelokkan mobilnya tanpa melihat kebelakang.

BRAK!

Anjing paantuh.

Ya, benar kawan. Nia dengan 'tidak sengaja' menabrak motor yang sedang melaju dari arah belakang mobilnya.

"Bego, bego. Gue kira kosong, ini motor muncul dari mana 'njim?!" rutuknya gelisah.

Well, kalau bisa sekarang dia mau hilang ingatan aja. Gawat banget, gimana kalau gue dimasukin ke penjara? Batin Nia merana.

"Goblok sih lo, kalau gak bisa nyetir gausah nyetir daripada bikin masalah mulu." bukannya menenangkan Audrey malah sewot ke Nia.

"Oi oi, tuh orang marah-marah, tolol." kata Vertha yang membuat mereka semua semakin gelisah.

Dua orang yang ditabrak itu bangun dari tidur siangnya di aspal. Mereka mendekat ke kaca jendela mobil.

"Woi! Keluar lo pada!" teriak cowok yang ketabrak sambil mengedor-gedor kaca mobil.

"Anjir, malah marah lagi." kata Tamara.

"Tolol, ini orang waras atau gak, sih." kesal Vertha yang ketakutan sebab kedua cowok tersebut mengedor di kaca sebelah Vertha.

— Batas Suci —

"Hai semua, jangan lupa pencet bintang di pojok bawah kiri dan komen ya say." - Nia.

"Sok asik lo." - Ventha.

"Bodo." - Nia.

"Diem monyet!" - Audrey

Crash and Crush [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang