Bagian 11

32K 4.1K 150
                                    


°°°
[New Airyn's Story]

Airyn meringis melihat jidatnya yang nampak membiru, pukulan dari lawannya ternyata cukup lumayan. Bisa gawat kalau Daddy dan Mommynya tau, bisa habis dirinya. Merasa haus, Airyn membelokkan motornya menuju ke Indomaret lalu memarkirkan motor sport hitam itu di antara motor lainnya. Dengan gerah langsung saja dirinya melepas pengait helm, setelah selesai sebelah tangannya mencabut kunci motornya lalu berjalan masuk ke dalam.

Langkah kakinya berjalan menyusuri rak tiap rak lemari pendingin. Meneguk air liurnya saat melihat banyaknya minuman kaleng yang ingin sekali ia borong. "Yang mana ya? Ini banyak banget minuman bikin orang puyeng aja. Nih yang punya nih toko mau buat orang yang beli mati muda kali ya?" heran Airyn tak urung ia mengambil asal minuman.

"Kalo lo pusing kebanyakan minuman, kenapa gak lo borong aja semua?" tanya seseorang dari arah belakangnya. Seketika Airyn berbalik ke belakang. Matanya melebar saat tenyata orang ini adalah—

"Kompor Gas!" Matanya melotot melihat Bagas yang menatap nya tanpa ekspresi. Berbeda Dengan dirinya yang melotot kaget.  "Lo!" tunjuk Airyn, membuat Bagas yang ditunjuk-tunjuk langsung saja menghempas tangan mungil Airyn.

"Dih, najis! Sok, ganteng amat sih, lo!" Dengan tak acuh Bagas menatap gadis di depannya dengan sebelah alis terangkat. "Ngapain lo ngikutin gue? Segitunya lo sampe ngejar ngejar gue? Gak ada cowo lain apa?" ketus Bagas membuat Airyn menahan tawanya.

Entahlah, cowok di depannya ini. Terlalu narsis baginya. Jika Airyn asli yang bodoh akan tetap muja-muja si kompor gas meleduk, lah ini? Sonia yang berada di tubuh ini. "Dih, pede amat sih hidup lo, jadi cowok narsis banget. Inget ya kompor meleduk, muka-muka kek lo mah, pasaran. Ya kali gue gandengan sama cowok kek lo!"

Baginya cowok di hadapannya ini sangatlah tak berbobot, heuum ... biasanya beban keluarga. Kedua matanya tak kalah tajam menatap balik tatapan laki-laki di depannya ini, dia pikir dirinya akan takut? tidak semudah itu Susanto.

Kedua matanya bisa melihat jelas orang di depannya ini menaruh dendam. "Udah gila kayaknya lo," ungkap Sonia saat memperhatikan raut wajah Bagas yang menatapnya datar.

"Dih, caper."

Tak mau ambil pusing, langsung saja dirinya berbalik badan untuk mengambil salah satu minuman kaleng di dalam lemari pendingin itu. Pergerakan tangannya berhenti saat minuman yang ia pilih justru direbut paksa oleh laki-laki di belakangnya. "Mata lo buta, gak bisa liat tangan gue udah nyangkut di sini?" tanya Sonia yang sama sekali tak digubris oleh Bagas.

Tak ingin terlalu lama dengan gerakan kilat tangannya mengambil asal minuman kaleng cola-cola, lagi dan lagi tangan besar itu merebut minumannya. "Lo bisa diam gak? Mau tangan lo gue mutilasi?" Tatapan gadis itu semakin menajam menghunus laki-laki sialan di depannya ini. "Gue udah mau menjauh dari lo, kenapa lo tiba-tiba deketin gue kayak gini, nyesel 'kan lo?" Bibir lelaki itu berkedut bersamaan dengan kedua matanya menatap aneh gadis di depannya.

"Percaya diri banget, gue ngambil ini karena pacar gue mau ini," ucapnya sambil menarik sudut kanan bibirnya ke atas. "Gak ada perkataan nyesel bagi gue buat lo, karena lo sampah. Mau secantik apa pun lo, gak akan bisa buat gue luluh." Setelah mengucapkan kata itu Bagas berlalu pergi.

"Dih, dia pikir gue mau sama dia? Ogah!" Tatapannya kini beralih menatap lemari pendingin itu yang masih terbuka. Dengan napas mengebu-ngebu dirinya berjalan menuju ke arah kasir.

Sampai di kasir tatapan tajam laki-laki itu mampu membuatnya risih, dengan tajam dirinya menatap balik laki-laki itu. "Kalo suka tinggal bilang aja sih, nanti juga gue tolak." Perkataannya terdengar oleh sang kasir berjenis kelamin perempuan itu yang tersenyum ke arahnya, perasaan Sonia kini tak enak dibuatnya. Tanpa berpikir panjang langsung saja sebelah tangannya menyodorkan minuman kaleng itu.

AIRYN'S  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang