Part 25

3.3K 279 55
                                    

Proses kremasi sudah dilakukan. Mereka benar² tepukul dengan kejadian ini.

TAENNIE

"Kenapa semuanya jadi seperti ini?" Jennie menatap lurus kedepan.
"Kenapa harus ada peperangan seperti ini. Andai saja kita tidak menerima peperangan ini mungkin kejadian mengerikan ini tidak pernah aku rasakan hiks" Jennie mulai terisak. Dia duduk dan melipat lututnya. Menyembunyikan wajahnya diantara lipatan tangannya.

Jennie kemudian mendongak ketika merasa ada seseorang yang mengelus kepalanya.

"Taehyung..." Lirih Jennie. Taehyung kemudian duduk disebelah Jennie.

"Berhentilah menangis Jen.. Semua sudah terjadi." Jennie malah memeluk Taehyung dan semakin terisak.

"Kenapa kita tidak menghentikan saja perang ini Tae hiks aku tidak ingin kehilangan siapapun lagi hiks" Jennie disela sela pelukan mereka. Taehyung hanya tersenyum kecut dan mengelus pungging Jennie.

"Itu tidak mungkin." Taehyung.

"Kenapa tidak mingkin? Kita hanya perlu menyerah dan mengumumkan bahwa mereka pemenangnya, begitu saja." Jennie melepaskan pelukannya dan menayap Taehyung.

"Ini tidak semudah yang kau katakan. Apa kau pikir ini akan berakhir begitu saja saat kita mengaku kalah? Aku tau bagaimana sifat Raja Siwon. Dia tidak akan puas dengan hanya begitu saja. Dan bagaimana perasaan para rakyat? Bagaimana hidup mereka nanti? Mereka menaruh kepercayaan besar pada kita. Haruskah kita mengabaikan mereka?" jelas Taehyung.

"Berikan saja apa yang dia mau." Jennie.

"Lalu? Bagaimana Jika dia meminta nyawaku dan saudara²ku nanti? Dia melakukan peperangan karena dia memiliki dendam, dan tujuan utamanya adalah aku dan saudara²ku. Lebih baik mati di medan perang daripada mati sebagai tahanan seperti pengecut." Taehyung.

"Aku sudah siap jika nanti hal ini terjadi lagi. Ini mungkin akan terjadi. Dan kemungkinannya sangat besar." Taehyung menatap lurus kedepan.

"Kau jangan berkata seperti itu Tae!" Jennie bangkit dari duduknya. Taehyung mendongak dan tersenyum.
Dia kemudian bangkit dan menggenggam kedua pundak istrinya itu.

"Dengar Jen. Ini sudah menjadi kewajiban bagi seorang pangeran atau pun Raja. Mati adalah resiko mereka dan bahkan kematian itu mereka hadapi setiap hari. Dan hal itu juga berlaku untukku. Jadi saat aku pergi kemedan perang, maka anggap saja aku sudah mat--" Jennie segera menempelkan tangannya di bibir Taehyung dan menggelengkan kepalnya.

"Jangan bicara seperti itu Tae...Kumohon..." Mata Jennie kembali berkaca-kaca. Taehyung memeluk Jennie, mengelus dan mengecup kepala Jennie.

"Aku mengerti. Tapi kau harus tetap menyiapkan dirimu ketika hal itu terjadi bukan?" Jennie menggeleng dan semakin mengeratkan pelukannya.

"Jika kita memang ditakdirkan untuk bersama, kita akan tetap bersama. Jika tidak, kau harus tetap bahagia.....tanpaku." Jennie melepaskan pelukannya.

"Baiklah." Jennie menghapus jejak air matanya.

"Jika memang hal itu terjadi. Maka aku juga akan mati bersamamu!"

"Jennie kau--"

"Itu benar Tae. Kita akan tetap bersama. Dengan begitu tidak ada yang akan merasa kehilangan diantara kita kan?" Jennie.

"Lalu bagaimana perasaan saudaramu? Apa kau tidak memikirkan mereka? Bayangkan saja,  Mereka sudah kehilangan kedua adik mereka. Entah apa yang akan terjadi pada mereka jika mereka kehilanganmu juga."

Cool Prince With Cheerful Princess(End) Where stories live. Discover now