eptá (7)

582 128 5
                                    

Sekarang mereka sudah siap untuk berangkat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sekarang mereka sudah siap untuk berangkat. Senjata pun sudah di genggaman masing-masing. Tadinya Evan melarang Yelena untuk membawa senjata.

Tapi karena Yelena yang memang sedikit keras kepala, akhirnya dia bersikukuh untuk membawa pedang yang ada dirumah Kakek Genio.

Terlihat dari ukirannya, sepertinya pedang itu sangat mahal. Entah bagaimana reaksinya setelah mengetahui pedang mahalnya itu hilang dicuri.

Dirasa sudah siap, akhirnya mereka berenam memutuskan berangkat ketika dini hari.

"Yelena, apa kau terbiasa memakai pakaian pria?" Tanya Chris memecah keheningan sejak awal perjalanan.

Yelena berdehem mengiyakan. "Dari kecil aku sudah dilatih untuk bertarung, dan saat pelatihan aku selalu bertemu pria. Sehingga perlahan-lahan kebiasaan mereka aku turuti. Teman-temanku juga rata-rata pria saat pelatihan". Jelas Yelena bercerita sambil melihat pepohonan yang menjulang tinggi diatasnya.

"Aku baru mendengar ada wanita yang ikut pelatihan" Ujar Evan dengan mata berbinar lucu menandakan kekagumannya pada Yelena.

"Yelena, maaf tiba-tiba bertanya ini, sebenarnya apa penyebab kematian Julius?" Tanya Teon tiba-tiba. Secara tidak sadar Yelena memperlihatkan wajah sendunya.

"Aku, karena aku kakek dibunuh"

Kelimanya hanya mengernyit penasaran menunggu Yelena melanjutkan ceritanya.

"Saat aku berumur 6 tahun, aku bermain-main didekat benteng Kerajaan, saat itu aku melihat sebuah pintu dan aku tertarik untuk membukanya dan saat itu juga tidak ada prajurit yang berjaga disana"

"Saat aku membuka pintu, aku terpesona karena melihat hamparan taman bunga yang indah, aku bermain-main sebentar disana. Pada akhirnya ada seseorang berjubah hitam yang menghampiriku"

"A-aku... Aku sangat ingat wajah itu" Ada nada tercekat disana, entahlah mengingat wajah orang itu rasanya membuatnya sesak napas. Ada rasa marah, kesal, dendam, sedih, takut menjadi satu.

"Dia adalah seorang pria, dia sepertinya seumuran dengan ibuku. Saat itu dia meminta makanan kepadaku, karena kasihan aku mengajaknya masuk ke pintu darurat Kerajaan. Aku mengajaknya masuk ke Istana lalu aku menyuruh pelayan untuk membawakannya makanan".

"Aku kira setelah kenyang dia akan pulang, tetapi dia memintaku untuk mengajaknya berkeliling" Mata Yelena terasa buram dan dia menggigit bibirnya guna menahan bulir-bulir air itu dari matanya.

Sebastian yang menyadari itu mengepalkan tangannya, dia benci melihat Yelena menangis, dadanya terasa sesak jika melihat itu.

"Diperjalanan kita bertemu Kakek, aku memperkenalkannya dengan Kakek. Aku mendengarkan mereka mengobrol, tapi fokusku teralihkan ketika melihat seekor tupai dijendela, aku menghampiri tupai dan meninggalkan Kakek dengan pria itu"

"Aku sempat mendengar suara langkah kaki mereka menjauh"

"Saat aku sedang melihat tupai, aku mendengar suara teriakan Kakek yang tertahan. Aku langsung lari menghampiri suara kakek, d-dan aku melihat pria itu menusuk-nusuk pedangnya ke tubuh kakek berkali-kali" Yelena sudah tidak bisa menahan air matanya lagi, dia langsung menangis dan menutup wajah dengan tangannya.

My Sword | Jisoo ft. BoysWhere stories live. Discover now