Bintang Akseliam Nagara

20 11 0
                                    

Bismillah, semoga ada yang baca hehe


***

Akseliam menghempaskan tubuh lelahnya di sofa ruang tamu. Jam pelajaran yang hanya berisi perkenalan seharian tadi sebenarnya membuat dia bosan. Menurutnya perkenalan itu tidak perlu, karena seiring berjalannya waktu, diantara mereka pasti akan saling kenal dengan sendirinya. Manalagi, dia tadi kewalahan menghadapi bejibun ciwi-ciwi yang mengaku fansclubnya. Ah ada-ada saja, pikirnya.

"Ya ampun Sel, pulang sekolah harusnya langsung ganti baju ini kok malah langsung tiduran!" tegor Dania, mama Aksel. Kedua tangannya berkacak pinggang, ala ibu-ibu galak super power chek..

"Aduh Ma, besok udah nggak dipakek lagi kok!"

"Tapi kan baju seragam kamu itu kotor dan banyak kuman dari luar. Mana kamu tau kalau ada bakteri-bakteri jahat yang nempel! Kalau sakit kan Mama juga yang repot, cepat ganti baju dan jangan lupa cuci tangan sana!" omel Dania, dia memang ratu higeinis dan lumayan cerewet juga.

Tak mau mendapat siraman rohani lebih lama dari Dania, dengan malas Aksel langsung bergegas ke kamarnya di lantai atas.

"Jangan lupa cuci kaki juga Sel!" teriak mamanya.

"Iya iya Ma!"

Dikamarnya, Aksel tidak langsung ganti baju seperti yang disuruh mamanya. Melainkan kembali melanjutkan rebahannya yang terganggu tadi.

Kamarnya rapi dan wangi. Puluhan piala kejuaraan berjejer dengan kokoh di dalam lemari kaca. Sedari kecil, Aksel memang sudah berprestasi di segala macam bidang. Baik akademi maupun olahraga. Mulai dari kelaas satu SD hingga kelulusan kelas tiga SMP kemaren dia tidak pernah absen menduduki singgasana peringkat satu. Mungkin selamanya juga akan begitu.

Tak jauh beda dengan akademik. Aksel yang memang sudah terlatih aktif dari kecil juga sering menjuarai berbagai macam lomba seperti juara umum tenis meja, vollyball, basket bersama timnya, bahkan lomba melukis dan mewarnai juga hehe. Ampun deh, sempurna banget sih! Manusia nggak ada yang sempurna bambang, tentu saja Aksel punya kekurangan, tapi rahasia hehe.

Pendiam, tapi sekali ngomong pedes banget. Kadang sedikit nggak mau kalah juga sih. Mungkin itu kekurangan dia.

Aksel menatap langit-langit kamarnya yang penuh stiker berbentuk Bintang itu. Bintang yang mempunyai banyak makna dalam hidupnya. Bintang-bintang yang menjadi teman setianya melebihi siapapun. Bintang yang juga menjadi bagian namanya, Bintang Akseliam Nagara.

Dia memang suka menatap bintang-bintang dilangit sejak masih kecil. Menurutnya, bintang adalah ciptahan tuhan yang paling indah. Tuhan menjadikan bintang hiasan di malam hari yang gelap itu,sehingga membuat manusia tidak perlu merasa takut.

Tiba-tiba saja pikirannnya melayang jauh masuk kedalam lorong waktu di masa lalu.

Aksel yang sedang konsentrasi menghitung luas kebun pak haji di soal matematika saat sedang mengikuti olimpiade MIPA se-DKI Jakarta harus menghentikan konsentrasinya saat sebuah penghapus jatuh tepat di kakinya.

Diambilnya penghapus itu, "Sepertinya penghapus ini punya dia!" lirihnya,

"Hanina, ini penghapus kamu jatuh!" ucap Aksel kepada anak perempuan berambut panjang dengan hiasan jepit warna ungu yang duduk tepat di depannya itu.

Anak perempuan itu menoleh, lalu meraih penghapus miliknya. Tanpa mengucap sepatah katapun dia kembali fokus mengerjakan soal-soalnya.

"Kenapa tidak bilang makasih sih?" batin Aksel, dia merasa sedikit kesal.

Haninah ( Honey Bunny Sweety)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें