Neira memang tidak ingin memakai jasa baby sitter, padahal Revan sudah memaksa karena sering melihat istrinya itu kelelahan.

"Jangan bangun dulu ya sayang. Nanti aja bangunnya di rumah, eh tapi jangan bergadang ya nanti malam." Perempuan yang memakai dress berwarna pink itu terkekeh sendiri karena membujuk Ares agar tidak bergadang. Neira lelah sekali jika harus bergadang malam ini.

Dari kejauhan, Revan sudah melihat Neira yang tengah mondar-mandir sambil menggendong Ares menggunakan gendongan hipseat. Pria yang masih memakai setelan kantornya juga melihat belanjaan Neira yang cukup banyak, membuatnya berdecak memikirkan seribet apa gadis itu saat berbelanja tadi.

"Sudah aku bilang, jangan sampai kamu kerepotan." Suara dingin Revan mengejutkan Neira.

"Ih, kebiasan kamu mah. Bikin kaget terus," protes Neira. Perempuan itu menghampiri Revan yang berdiri dekat troli yang  berisi dua totebag besar berisi belanjaannya.

"Aku bisa ngatasinnya, Mas. Kamu gak lihat aku udah selesai, Ares juga masih baik-baik aja."

"Ck, terserah saja lah," decak Revan sebal. Ia kemudian mengangkut dua totebag belanjaan Neira. "Ayo."

Jangan lupakan pesona Revan yang mempu menarik perhatian orang-orang. Dari parkiran mobil sampai saat ini, Revan menjadi pusat perhatian orang di sekitarnya.

Banyak perempuan yang menggigit jarinya karena melihat Revan yang suamiable apalagi dengan jas yang melekat di tubuhnya, rambut yang sedikir berantakan membuat kesan sexy-nya bertambah.

Neira yang paham keadaan sekitar hanya mendengus. Pesona Revan memang bukan main, Neira jadi semakin merasa ia dan Revan bagaikan langit dan tanah.

"Aku bukan berjalan dengan seorang baby sitter, bukan?," tanya Revan sinis. Ia kesal karena Neira yang malah berjalan dibelakangnya.

Neira yang melihat guratan kemarahan di wajah Revan, mempercepat langkahnya agar bisa berjalan bersama Revan yang menunggunya.

"Maaf,"cicitnya setelah berada di samping Revan.

"Lain kali biasakan berjalan di sampingku. Jangan buat jarak yang tidak diperlukan, paham?" Revan menatap Neira yang lebih pendek darinya. Neira mengalihkan pandangannya, kemudian mengiyakan ucapan Revan.

Orang-orang menatap mereka bingung, karena penasaran siapa bayi yang berada digendongan Neira, perempuan yang sedang bersama Revan. Tapi untuk menyebarkan hal yang sensitif seperti ini sama saja menukar nyawa mereka dengan pada hal yang tidak ada artinya. Sudah pasti orang yang berani menebar rumor apalagi kehidupan pribadi keluarga Aksara tidak akan mendapat ampun baginya. Lebih baik mereka bungkam daripada hidup menderita.

Sesampainya di parkiran mobil, Revan menaruh totebag yang dibawanya ke bagasi terlebih dahulu, baru kemudian ia membukakan pintu untuk Neira.

Revan yang telah duduk di bangku kemudinya pun menyalakan mesin dan menjalankan mobilnya meninggalkan swalayan tersebut.

"Ceritakan apa yang kamu lakukan di rumah mama dan swalayan tadi," pinta Revan.

"Ya?"

Neira terkesiap karena permintaan Revan. "Perlu ku ulangi?," tanya Revan, melirik datar Neira.

"Eh? Enggak, Mas."

"Tadi di rumah mama, kami mengobrol banyak mas terutama tentang Ares. Ares udah mulai belajar jalan mas, tadi dia udah bisa jalan dua langkah. Aku sama mama sampai heboh banget liatnya," cerita Neira dengan mata berbinarnya.

"Mm, tadi mama sempet nyuruh aku buat kasih tau kamu sesuatu," ucap Neira ragu.

"Kasih tau apa?," sahut Revan.

"Katanya mama bingung, kapan kamu mau ngasih mama cucu lagi."

Suasana menjadi hening setelah Neira menyampaikan pesan mama mertuanya. Revan tampak tengah memikirkan sesuatu.

Ada sebuah dilema yang ia rasakan. Neira yang merasa ia salah mengatakan sesuatu, melanjutkan ceritanya. "Terus dari rumah mama aku langsung ke swalayan. Ares gemes banget loh mas, dia ngerengek minta dibeliin pisang."

"Hm."

"Ares memang harus banyak makan buah, supaya dia sehat." Revan melanjutkan ucapannya.

"Iya. Dia kalau aku lupa belum ngasih buah seharian, pasti langsung nunjuk ke meja makan," tutur Neira, sambil tersenyum.

Revan menolehkan kepalanya, ia mengelus rambut Ares. "Aku senang Ares bisa sehat," ucapnya tulus.

Neira dan Revan saling pandang, kemudian mereka tersenyum bersama. Neira tentu salting bertatapan dengan Revan seperti itu.

Pipinya panas sekali.

👶👶👶

Note: Maaf banget ya aku baru bisa update. Semoga ini feel-nya dapet huhu.

Oh ya, mohon maaf lahir dan batin ya manteman.

Vote dan komennya yuk dibakar biar rame ✌😄.

See u..

14 Mei 2021.

PARENTS [END]Where stories live. Discover now