02 : EZRA'S OBSESSION

5.4K 306 64
                                    

JIKA MENEMUKAN TYPO, BILANG AJA (◠‿◕)

JIKA MENEMUKAN TYPO, BILANG AJA (◠‿◕)

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

***

Sebuah gedung apartemen yang besar, di lantai 8 dengan nomor kamar 831. Terdapat tiga pemuda, yang dua sedang sibuk bermain PlayStation, sedangkan yang satunya tiduran di atas sofa sembari berbicara dengan seseorang melalui telepon.

"ARGH! Kalah kan gue!!" Salah satu pemuda itu menyeru dengan kesal, sambil membanting stik ps ke lantai. Teman di sebelahnya tertawa bangga, lalu menatap orang yang sedang berang.

"Haha, akhirnya setelah sekian lama gue menang juga," ucap temannya yang tadi. "By the way Zra, tumben banget lo kalah. Padahal di game ini, lo ahlinya."

Ezra, pemuda yang sangat kesal dan marah saat ia kalah dari game kesukaannya. "Gak!" ketusnya dengan nada sinis.

Ini pasti gara-gara karena terlalu memikirkan gadisnya yang  pembangkang. Ah, ia mendadak merindukannya. Cih! Dasar cowok aneh. Tadi ngomel-ngomel, sekarang kangen.

"Nyari apa lo? Handphone? Tuh di samping tv," ucap Zico yang masih melanjutkan game tadi. Zico berteman dengan Ezra dari mereka duduk di bangku sekolah dasar.

Dirinya sudah paham betul, bagaimana sifat Ezra saat berpacaran. Kegilaan Ezra untuk memiliki sesuatu yang ia inginkan semakin menjadi akibat hilangnya orang tersayang.

Ezra beranjak, kemudian mengambil ponselnya. Cowok itu berjalan menjauh dari teman-temannya. Mendengar teriakkan Zico yang menyebutkan nama Serena, mendadak membuat emosinya kembali.

"ZRA TITIP SALAM KANGEN KE SERENA YA."

Ezra membalikkan badan. Dari kejauhan ia menunjukkan jari tengahnya pada cowok itu. "Bacot."

Membuat Zico menyengir. "Canda Zra, canda."

Di rasa cowok itu sudah hilang dari pandangannya. Zico balik bada menatap seorang cowok yang sedari tadi senyam senyum di depan handphone, sepertinya cowok itu sudah selesai menelepon.

"Gas, lo ngapain senyam senyum kayak orang gila. Mana di depan handphone lagi," ujar Zico bergidik ngeri.

"Woi gajah!" Dengan tidak santainya, Zico memukul muka Bagas menggunakan telapak tangannya. Hal itu membuat Bagas terkejut dan langsung bangun. Menatap Zico dengan perasaan dongkol.

"Lo pikir gue segede apaan di kata gajah, huh! Berotot gini lo kata gajah," cetus Bagas.

Zico memandang Bagas dari bawah hingga atas kemudian berdecih. "Serah lo, elpiji."

Di lain tempat, oh- lebih tepatnya di balkon kamar, seorang remaja laki-laki duduk sembari menikmati udara malam, terkadang bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman saat mendengar suara dari balik telepon.

"Masih sakit?" Ezra bertanya dengan perasaan sedikit cemas. Ya— tadi memang ia emosi, karena kekasihnya tidak mengangkat telepon bahkan mengabari. Rasa amarahnya bertambah saat ia melacak lokasi gadis itu, dan menemukannya bersama seorang lelaki. Karena geram, ia langsung menarik lengan gadis itu dan membentaknya.

Katakan saja Ezra seorang pencemburu buta, karena memang itu kenyataannya. Ia bisa bersikap layaknya malaikat jika gadis itu menurut, dan bersikap bagaikan iblis saat gadis itu membangkang ataupun melanggar aturan yang ia berikan.

Telinganya mendengar suara helaan napas. "Sedikit."

"Besok gue jemput. Sekarang lo tidur."

"Nanti aja, aku masih harus ngerjain tugas dari Pak Ahmad."

Ezra menggeram marah. "Serena. Lo mau kejadian kayak tadi ke ulang lagi, hm? Lo tidur sekarang, atau gue bakar semua buku lo."

"Tugas lo nanti biar gue aja yang kerjain," sambungnya.

Tak ada jawaban untuk beberapa detik, sebelum gadis itu akhirnya menuruti perintahnya. Ezra tersenyum tipis. "Okay, Love you."

"Love you too."

Mematikan sambungan, cowok itu langsung bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pagar. Menatap bangunan-bangunan yang begitu megah dan besar. Ia berbalik masuk ke dalam kamar. Sebelum itu, Ezra menutup pintu kacanya terlebih dahulu.

***

Seorang gadis duduk di atas ranjang, menghela nafas berat. Gadis itu nampak bingung, setelah panggilan dari kekasihnya terputus.

Entahlah, kekasihnya itu terkadang tidak waras. Bayangkan saja, tadi siang dia marah-marah kepadanya bahkan sampai membentak tanpa mau percaya. Sekarang, kekasihnya malah mengeluarkan kata-kata manis, walau pada akhirnya ada sedikit paksaan.

Serena menaruh handphone nya ke atas nakas. Ia berdiri setelah merapikan buku-bukunya kembali. Serena langsung merebahkan tubuhnya dan kemudian menarik selimut untuk tidur. Ia lebih baik menurut dari pada membuat cowok itu marah lagi.

Ting!

Sebuah notifikasi menyembul dari layar ponsel. Sementara sang pemilik sudah tertidur pulas.

From : Stefani
Oy serelac, gue nyontek dong.
Ya sayaangg?? Lo kan sahabat terbaik gue🥰😘
Iya.
Wah iya? Tencuu sayang.

Astaga. Sepertinya gadis itu juga sama-sama tidak waras. Bertanya sendiri, menjawab sendiri. Kenapa Serena sepertinya di kelilingi oleh orang-orang yang sedikit gila?

Ia harap hari esok bisa lebih baik dari pada hari tadi.

***

TO BE CONTINUED

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

TO BE CONTINUED

HAI BESTIE!!

MAKASIH JUGA UDAH MAU BACA, VOTE, KOMEN DI LAPAK INI(≧▽≦)

YANG BELUM FOLLOW, SILAKAN FOLLOW DULU YA. BIAR BISA DAPETIN INFO TENTANG LAPAK INI ATAUPUN YANG LAIN.

PLEASED TO MEET YOU, BESTIEE (✿^‿^)

YANG MAU NEXT SILAKAN SPAM KOMEN❕

TOXICUSOù les histoires vivent. Découvrez maintenant