73. Untitled

2.2K 241 33
                                    

Freya melirik sekejap ke arah Harry yang tengah bersimpuh diantara makam James, Lily, dan Sirius. Harry terlihat berbicara, entah apa itu, tetapi sangat pelan.

Besok adalah hari pernikahan Harry dengan Ginny. Oleh karenanya, Harry meminta Freya dan Remus menemaninya ke Godric's Hollow. Laki-laki itu hendak mengunjungi orangtua dan ayah baptisnya, sekaligus meminta restu dari mereka.

Freya memalingkan wajahnya. Ia memasukkan tangannya ke dalam saku celananya dan kembali menatap makam yang ada di depannya.

"Apa menurutmu... makam kosong ini kita bongkar saja?" Tanya Remus.

Freya mengangkat bahunya. Menatap makamnya sendiri.

Freya Fleamont Potter

1972-1981

"Aku rasa... lebih baik dibiarkan saja." Ucap Freya yang membuat Remus menoleh dengan bingung. Freya membalas tatapannya, "—lagi pula.... Dari dulu sudah banyak berita beredar kalau adiknya James Potter juga turut meninggal di malam James dan Lily dibunuh. Orang-orang mengira kalau Freya Potter dibunuh dengan cara yang sama seperti Peter Pettigrew, hanya saja Pettigrew yang tersisa hanyalah jarinya, tapi Freya Potter tak ada yang tersisa darinya.

Oleh karena itu, biarkan saja makamnya tetap ada. Biarkan Freya Potter terkubur di dalam sana. Akan aneh rasanya jika banyak orang yang tahu identitas asliku. Sangat sulit menjelaskannya nanti, bukan? Akan lebih mudah menjelaskan tentangku dan Fred, banyak alasannya kenapa kami baru kembali setelah lima tahun dibanding diriku sebelumnya yang sampai belasan tahun."

Remus tersenyum dan mengangguk. Ia mengusap kepala Freya dan merengkuh pundak gadis itu.

"Untung saja aku membuat tanggal kematianmu berbarengan dengan James dan Lily... dan nama aslimu juga."

Freya mengangguk setuju. "Tapi, kenapa? Apa karena kau tahu kalau kemungkinan aku masih hidup?"

"Mungkin... ikatan batinku sebagai ayah sepertinya sangat kuat. Jadi aku tak percaya putriku akan meninggal semudah itu." Ujar Remus dengan percaya diri. Freya mengernyitkan keningnya dan memutar bola matanya.

Freya menoleh sebentar ke arah Harry, memastikan laki-laki itu masih ada disana, kemudian ia kembali menatap ke depan.

"Aku sangat sedih Profesor Snape meninggal saat perang itu," Gadis itu menghela nafasnya, "—dia menjalankan perannya dengan baik, Dad. Dia berada di pihak kita sampai akhir. Aku juga tak akan ada disini jika bukan karenanya. Aku jadi merasa bersalah padanya saat awal-awal sekolah, kupikir dia sangat jahat."

"Aku tahu dia orang yang baik, Freya. Dari pertama kali aku berjumpa di Hogwarts. James dan Sirius memang suka mengisengi orang saat kami sekolah, Snape salah satunya. Aku yakin kau tahu itu juga. Hanya saja, mereka berdua semakin membulinya karena Snape, aku yakin ia tak sengaja, memanggil Lily mudblood.

Aku juga merasa bersalah padanya saat Sirius menjahilinya dengan menyuruh Snape menemuiku saat aku berubah menjadi Lycantrophy. Aku nyaris membunuhnya, asal kau tahu. Aku tak bicara dengan James dan Sirius beberapa hari karena hal itu dan seperti biasa, Lily akan menjadi penengah."

Freya tersenyum mendengarnya, "—tapi meskipun begitu, Snape tetap saja bersuka rela membuatkan ramuan wolfbane untukku, bahkan sebelum kau membayarnya dengan syal milik Lily."

Freya menyeka air disudut matanya. "Ahh... aku harap, ia mendapatkan kehidupan yang lebih indah di atas sana."

"Aku harap begitu."

Freya menoleh cepat ke arah Remus. "Apa kau tahu, Dad? Profesor Snape orang pertama yang memanggilku Lupin," Freya tersenyum senang mendengarnya, "—dia memanggilku begitu saat perang kemarin. Aku sedikit terkejut. Biasanya dia, Profesor Dumbledore, ataupun Profesor McGonagall memanggilku Potter. Atau yang lain memanggilku Ivy, bahkan Calderon, marga lama palsuku."

Freya [xGeorge Weasley]Where stories live. Discover now