49. Ministry of Magic

1.2K 221 41
                                    

Hai... Maaf beberap hari kemarin gak update ceritanya. Aku mulai disibukkan dengan beberapa urusan labor... jadi belum sempet  ngetik bab baru. Mungkin aku akan tetep usaha update ya guys... mungkin agak malam, ya kayak biasalah. Jam-jam segini, sekalian bergadang. 

Happy Reading^^

Semoga masih ada yang nungguin Update-an cerita ini, ya. Hehehe

Maaf jika terdapat typo yang bertebaran.

-

Baru setengah jam kedua kembar idiot itu meninggalkan sekolah, Freya sudah merindukan mereka. Terutama pada seorang yang paling idiot, George Weasley. Ia sedikit kecewa dan kesal karena mereka pergi tanpa bilang apa-apa dulu padanya. Mereka tak memberitahu rencana mereka sebelumnya. Freya sendiri kaget saat mereka bilang akan meninggalkan sekolah, entah apa yang akan mereka lakukan setelah ini. Ia sanksi, Molly pasti akan memarahi keduanya.

Tapi—kekesalan Freya mereda karena mengingat hal-hal yang terjadi belakangan.

Bukankah dirinya sendiri yang menjauh dari mereka? Jadi, tentu saja mereka tidak memberitahu tentang rencana mereka ini karena Freya sendiri langsung menghindar begitu keduanya ingin menyapa.

Apalagi, Freya masih terlalu malu akan patronusnya yang dengan sialannya berubah dihadapan George.

Ia menggelengkan kepalanya, toh nanti saat liburan, keduanya berjanji untuk bercerita kan?

Freya melihat Profesor Snape saat gadis itu hendak kembali ke asramanya. Dari kejauhan, ia melihat syal milik kakak iparnya itu terikat dipergelangan tangan Snape, meskipun tertupi oleh lengan bajunya yang panjang, Freya dapat melihatnya sedikit dan langsung mengenali itu milik Lily.

Sebetulnya, ia asal saja memberikal syal milik Lily sebagai bayaran untuk ramuan wolfbane. Baru asumsi, bahkan belum lima puluh persen yakin. Tapi, setiap kali Snape masuk ke dalam pikirannya, saat mereka berusaha untuk mengembalikan ingatan Freya, gurunya itu selalu memilih ingatan Freya tentang Lily sebagai penutup occlumencynya. Setelah itu, Freya bisa melihat sorot sedih dan penyesalan di mata Snape.

Ia semakin yakin bahwa gurunya itu menyukai kakak iparnya saat Freya memberikannya syal milik Lily. Snape terlihat terkejut dan langsung menerima tawarannya. Tanpa keraguan apapun.

"Profesor." Freya sedikit menundukkan badannya, berusaha bersikap ramah dengan menyapa seorang Profesor Snape.

Namun, ia tak menduga kalau Profesor Snape berhenti tetap dihadapannya dengan wajah datar dan terlihat tak senang.

"Kau sebaiknya bilang pada pacarmu dan kembarannya itu, sangat tidak pantas untuk membuat sekolah kacau dan kabur dari sekolah layaknya pemberontak! Aku yakin kau juga ambil bagian dari tingkah mereka hari ini. Mengingat kau adiknya James Potter yang tidak bermoral." Ucapnya datar.

Freya mengangkat alisnya. Apa katanya? Dia baru saja mengatai kakak laki-lakinya?

"Apa kau barus saja menghina kakak laki-laki yang sudah meninggal, Sir? Aku tak ada hubungannya dengan kejadian hari ini dan kalau ada pun.... Bukankah sangat tidak bijaksana membawa-bawa kakakku yang bahkan sudah meninggal?" Balasnya tak terima.

Freya melihat kebawah, mendapati jubah Snape yang basah karena genangan rawa-rawa di seluruh koridor. Ia baru saja kembali membersihkan keonaran yang di lakukan Weasley. Kemudian ia menatap kembali ke arah Snape. Dia sudah berkata kasar dengan menyebut nama James. Bukankah gadis itu harus membalasnya? Tak peduli meskipun dia adalah seorang guru.

Ia memandang Snape dengan wajah tak senang. "Kau selalu menghina kakakku karena Lily lebih memilihnya dibandingkan dirimu, bukan?" Ujar Freya sarkas. Ekspresi Snape berubah, Freya tak dapat menggambarkannya. Tapi setelah melihatnya, Freya menggigit bibirnya. Menyadari kalau hal yang ia katakan sebelumnya adalah topik yang sensitif bagi Snape, sepetinya.

Freya [xGeorge Weasley]Where stories live. Discover now