13. Quidditch's Thing

1.7K 271 32
                                    

"Bukankah sekarang hujan badai? Kenapa pertandingannya tetap dilanjut?" Freya menatap Fred dan George bergantian. Keduanya tengah sibuk memasang safety di lengannya sembari berjalan menuju lapangan Quidditch.

"Pertandingan Quidditch tidak pernah dibatalkan hanya karena soal kecil semacam hujan badai, Dummy."

"Well, pernah sekali. Tahun kemarin pernah dibatalkan." Elak Freya menatap Fred.

Fred mengernyit, berusaha mengingat. "Ohhh... tentu saja dibatalkan. Hogwarts dalam keadaan bahaya bukan saat itu?"

"Heir of Slytherin's thing!" Lanjut George.

Fred mengangguk. "Yeps... sahabatmu Hermione korbannya saat itu. Pertandingan tentu saja dibatalkan karena terornya sudah tak wajar."

Freya menatap lurus ke depan. Ia mulai membuka mantel hujannya yang berwarna merah gelap itu. "Ya... aku cemas saja kalau kalian para pemain Quidditch bisa saja tersambar oleh petir." Ucapnya.

George menoleh, menampilkan senyuman jahilnya. "Atau lebih tepatnya, kau mencemaskanku kan, Little Dummy!"

Freya melirik sekilas. "Hah! Dalam mimpimu!" Freya menghentikan langkahnya dan menatap kedua saudara itu sebelum mereka berpisah karena Freya akan pergi ke bangku penonton, "—semoga beruntung! Dan tidak tersambar petir! Aku dengar Seeker Hufflepuff sangat handal dan juga... tampan."

George mendelik. "Dia terlalu tua untukmu."

Freya mengernyit. "Aku tidak menginginkannya, Idiot!"

"Frey..." Freya menoleh, ia mendapati Ginny berlari ke arahnya dengan mantel yang sama dengannya, "—ayo kita cari tempat! Keburu habis!" Ginny menarik lengannya.

"GOOD LUCK!" Teriak Freya yang pasrah diseret oleh Ginny.

George melambaikan tangannya dan hendak berbalik menuju ruangan mereka. Langkahnya terhenti karena tatapan kembarannya. Fred menatapnya aneh. "Apa?" Tanya George heran melihat pria itu.

Fred melirik sekilas kearah Freya yang sudah berjalan menjauhi mereka, kemudian kembali menatap George. "Tak apa. Ayo kita lapangan, sebelum Wood dan Angelina membunuh kita." Fred merangkul saudara kembarnya itu dan menuju lapangan Quidditch.

***

Sorak-sorak penonton terdengar, mencoba untuk mengalahkan suara gemuruh yang sangat besar meskipun sia-sia. Kilat tak henti-hentinya datang. Membuat Freya sedikit bergidik. Angim begitu kencang. Bahkan beberapa kali Freya dan Ginny terhuyung miring.

"Itu mereka keluar!" Pekik Ginny menunjuk ke arah lapangan. Mata Freya dengan segera menelisik mencari-cari sosok idiot yang selalu mengusik pikirannya.Seluruh tim asramanya terlihat tegang, mungkin karena badainya juga. Wood juga, belum pernah Freya melihat Wood setegang ini.

George melambaikan tangannya pada Freya saat menyadari gadis itu menatapnya. Freya membalas lambaian tangannya dan tersenyum samar. Matanya menyipit karena rintik hujan terus menampar wajahnya. Ia meletakkan tangannya di atas kening, untuk menghalau air hujan. Kemudian, Freya menatap Harry.

"Lihatlah Harry, Ginny. Dia sepertinya sedikit terganggu karena hujan. Maksudku, kacamatanya." Freya berkata sedikit keras kepada Ginny di sampingnya saat menyadari bahwa Harry terus saja mengusap-usap kacamatanya.

"Ya... aku juga lihat. Semoga saja dia bisa melihat Snitch dalam keadaan begini. Kudengar seeker dari Hufflepuff sangat gesit, ini pasti menguntungkannya!" Freya mengangguk setuju dan mengaminkannya dalam hati. Harry tidak kenapa-kenapa saja itu sudah sangat bagus, bagi Freya.

"Naik ke sapu kalian!" Madam Hooch segera mendekatkan peluit ke mulutnya dan meniupnya, menandakan pertandingan sudah dimulai.

Semuanya meluncur naik dengan cepat, beberapa anak sedikit terombang-ambing tertiup angin. Namun, dengan cepat mereka mengontrolnya dan pertandingan berjalan dengan seru. Permainan berlangsung lama dan Grryfindor sudah unggul lima puluh angka. Namun, tetap saja jika Snitch tidak didapatkan, mereka bisa main sampai malam. Harry juga terlihat kepayahan dengan penglihatannya itu.

Freya [xGeorge Weasley]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang