10. Healing Ice Crystals

1.8K 288 15
                                    

"Ms. Ivy?" Profesor McGonagall menatap lengan Freya.

Anak-anak Gryffindor terlihat kaget, bahkan beberapa anak perempuan menutup mulutnya karena terkejut.

Dengan gemetaran, Freya menutup lukanya dengan tangan sebelahnya, ya meskipun usahanya sia-sia karena lukanya bahkan lebih besar dari telapak tangannya sendiri, ditambah darah yang keluar dari luka itu sangatlah banyak. Yang ada dipikiran Freya saat ini hanyalah, ia takut kalau Sirius akan lebih cepat ditangkap karena kecerobohan yang ia buat.

"FREYA!" George menerobos gerombolan anak Gryffindor yang tengah menatap ngeri ke arah Freya. Ia sempat berhenti begitu melihat keadaan Freya yang tengah menjadi sorot perhatian.

George dan Fred tadi hendak kembali lagi ke ruang rekreasi, mereka ingin mengambil peralatan prank yang mereka beli dan bermaksud untuk mengerjai anak-anak di aula makan. Namun, mereka dikagetkan akan anak-anak Gryffindor yang sudah berkumpul di depan pintu masuk asrama. Wanita gemuk yang menghilang, ada bekas cakaran di lukisannya, serta pintu asrama yang terbuka. Berita heboh tentang Sirius Black sudah masuk ke asrama Gryffindor membuat seluruh sekolah panik. Terutama ketika wanita gemuk itu ditemukan, ia bersembunyi di lukisan lain. Saat ditanya oleh Profesor Dumbledore apa yang terjadi, ia mengatakan bahwa Sirius Black memasuki kastil.

"Aku sempat melihat seorang gadis keluar dari pintu asrama. Pembunuh itu awalnya tidak bisa masuk karena ia tak tahu kata sandinya. Namun, karena pintu terbuka, dia masuk dan pasttinya menahan gadis itu! Atau bahkan, ia mungkin sudah membunuhnya!" Ujar Wanita gemuk itu ketakutan.

"Siapa gadis itu?" Tanya Profesor McGonagall.

Wanita gemuk itu terlihat panik, matanya melihat kesana kemari. Ia takut Sirius Black tengah mengawasinya. "Ivy! Freya Ivy! Gadis itu yang membuka pintunya!"

Seluruh anak langsung terkejut dan segera berlari ke arah asrama Gryffindor, mengikuti Profesor Dumbledore dan Profesor McGonagall di depannya. Tak terkecuali George maupun Fred. Keduanya bertatapan dan langsung berlari, menerobos anak-anak Gryffindor yang mengerumuni jalanan.

George mendekati Freya yang masih terdiam ditengah-tengah ruang rekreasi dengan lengan yang berlumuran darah. Laki-laki itu memegang lengan Freya yang terluka, menatap gadis itu dengan raut wajah yang takut. "Astaga, Freya. Lukamu sangat dalam!" Ujarnya dengan pelan, namun terdengar nada panik di suaranya itu.

Profesor McGonagall mendekati keduanya, ia mengusap punggung Freya pelan. "Mr. Weasley, sebaiknya kau temani Mr. Ivy ke Hospital Wings, Oke?" Ujarnya berusaha untuk tetap tenang.

"Baik, Profesor." George menuntun Freya yang masih terdiam, ia tak tahu harus bicara apa. Ia masih terlalu kaget. Ia juga risih akan tatapan-tatapan murid yang meringis melihat luka di lengannya.

"Saya minta kepada seluruh murid Gryffindor untuk kembali ke aula besar. Tanpa Terkecuali!" Ujar Profesor Dumbledore dengan keras, sehingga membuat anak-anak Gryffindor berbalik dan kembali ke aula dengan bisik-bisik.

Profesor McGonagall mendekati Profesor Dumbledore. "Apa kau percaya Sirius melakukan itu, Albus? Kepada Freya?" Ujarnya dengan bingung.

Profesor Dumbledore menggeleng pelan. Ia menatap ke sekeliling ruangan Gryffindor, kemudian berjalan menuju sisi ruangan rekreasi dimana tadi Freya muncul.

"Aku rasa itu hanya kecelakaan saja, Minerva. Sirius Black mendapat bantuan untuk keluar dari kastil ini." Profesor Dumbledore.

***

"Terima kasih, Madam Pomfrey." Freya tersenyum manis saat Madam Pomfrey baru saja membersihkan dan mengobati lukanya.

"Sama-sama. Pasti mengerikan sekali, ya. Bertemu dengannya?" Freya hanya membalasnya dengan senyuman. Kemudian Madam Pomfrey meninggal Freya dan George.

Freya menatap George yang dari tadi menatapnya, yang sangat membuat Freya risih. Laki-laki itu menatapnya dengan raut wajah yang campur aduk. Antara kesal, marah, panik, dan takut.

"Apa? Tanganku sudah diobati, George!" Ujar Freya akhirnya. George yang mulanya berdiri dengan melipat kedua tangannya, segera duduk di tepi ranjang. Ia membuang nafasnya dengan kasar.

"Seharusnya aku tak mendengarkan kata-katamu untuk meninggalkanmu. Jadi, aku bisa saja menangkap dan menyeret Sirius Black itu ke Azkaban!" Ujarnya kesal.

Freya meringis. "Aku tidak apa-apa sekarang. Lagian, ini hanyalah kecelakaan." Freya menunjuk lukanya.

George tergelak. "Kecelakaan katamu?" Beonya.

Freya menatap George lama. Ia mengangguk. "Ya, dia tak sengaja mencakarku saat aku membantunya keluar melalui pintu rahasia kecil yang kau tunjukkan padaku tahun lalu." Ujarnya santai.

George mengernyit bingung. "Apa kau baru saja mengatakan bahwa kau membantu Sirius Black untuk keluar dari kastil?" Tanyanya kaget dengan suara sedikit kencang.

"Shhh! Kau bisa membuat kehebohan! Pelankan suaramu!" Peringatnya, George menatapnya dengan tatapan menuntut penjelasan, "—kau tahu! Kau selalu saja membuatku untuk tak menyembunyikan apapun darimu dengan tatapan seperti itu!" Gerutu Freya kesal.

"Kalau begitu jelaskan!"

Freya menghela nafasnya. "Dengar, apapun berita diluar sana, Sirius Black tidak melakukannya. Aku yakin itu! Dia sahabat James!"

"Dia menghianatinya, Freya. Dia menghianati kakakmu!"

Freya menggeleng, "Sirius tidak melakukannya, George. Dia baik. Percaya padaku. Ini hanya kecelakaan."

George memutar bola matanya. Freya mengulurkan tangannya, ia memegang punggung tangan George dengan lembut. Laki-laki itu menoleh, ia sedikit salah tingkah saat melihat Freya yang kini tersenyum manis, sangat manis.

"Percaya padaku, oke?" Ujarnya dengan suara yang sangat lembut, tidak pernah George mendengar nada suara Freya seperti. Apakah cakaran dari Sirius Black ada efek sampingnya? Hingga membuat gadis ini berubah?

George menelan salivanya melihat senyuman manis dan tatapan lembut Freya. "Baiklah, aku percaya padamu. Tapi kau—" Ia mengangkat tangannya dan menunjuk wajah Freya, "—jangan pernah kau bicara dan senyum-senyum manis sepert itu!" Ujarnya memperingati gadis dihadapannya itu.

Freya tertawa dan menghempaskan tangan George yang tadi di pegangnya. "Kenapa? Apa aku terlihat sangat manis dan cantik? Apa kau tiba-tiba saja tergoda, hm?" Freya kembali memasang wajah tadi. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya untuk menggoda George.

George meringis. "Kau terlihat menggelikan!" Ujarnya cepat. Freya kembali tertawa, George pun tak bisa menahan tawanya.

Namun, tawa George seketika terhenti saat menangkap sesuatu yang aneh di tangan Freya. Ia memegang lengan Freya yang terluka dan melihat ke arah lukanya. Freya juga ikut berhenti tertawa saat melihat hal yang sama dengan hal yang dilihat George barusan ini.

"Tanganmu..." George menatap Freya yang terlihat bingung juga.

Keduanya menatap lengan Freya. Di sela-sela luka gadis itu, muncul kristal-kristal es. Kristal es situ menyebar ke seluruh garis lukanya dan menutup luka bekas cakaran itu. George mengangkat kepalanya, menatap ekspresi wajah Freya yang kebingungan, kristal es itu datang lagi.

Keduanya terus mengamati lengan Freya, sampai kristal es tadi perlahan-lahan mulai menghilang. Yang membuat Freya dan George terkejut adalah fakta bahwa luka Freya langsung sembuh. Bahkan sampai tidak ada bekasnya, seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya. Kristal es situ menyembuhkan Freya.

George menarik tangan Freya ke dalam pangkuannya. Ia mengusap lengan gadis itu tepat di luka cakaran yang tadi. Ia memastikan apa yang barusan ia lihat. Sama sekali tidak ada jejak bekas luka apapun disana. Lengan gadis itu mulus tanpa lecet sedikitpun. George menatap Freya yang masih terpana melihat lukanya.

"Apa ini biasa terjadi, Frey? Es yang biasanya membekukanmu? Bisa menyembuhkanmu?"

Freya menggeleng-geleng kecil. "Tidak, aku bahkan baru tahu." Ia masih menatap lengannya.

"George." Panggil Freya pelan.

"Ya?" George menatap Freya.

"Bisakah kau memanggil ayahku?"

---

To be continued

Next? 

Freya [xGeorge Weasley]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora