***

Sedangkan Syifa yang berniat ingin bertemu dengan Doyoung, saat di Koridor menuju ruang guru, tiba-tiba ada yang memanggilnya

"Syifa! "

Karena merasa terpanggil reflek Syifa berbalik menatap kaget orang yang memanggilnya

"Gw kangen... Hehe" Ucap Juna dengan senyum andalan nya berjalan mendekati gadis tersebut

"Lu ngapain disini? " Tanya Syifa. Jujur saja ia juga merindukan lelaki di depannya ini

"Nih" Juna menyodorkan susu vanilla pada Syifa yang di terima baik oleh sang empu, ia tidak bisa menolak susu favorit nya

"Lu masih suka susu vanilla ya " Ujar Juna tersenyum senang melihat Syifa yang dengan cepat menerima susu pemberian nya

"Hehe... Lu belom jawab gw, lu ngapain disini? Kabar di grup angkatan, dari kelas 11 SMA, lu langsung masuk universitas? " Tanya Syifa

"Iya, gw udah lulus kok"

"Serius?!" Syifa menatap Juna penuh binar kagum

"Lah... Terus kenapa disini? "

"Mau ketemu lu"

"Huh... Jun-"

"Syifa... Lu tau kan gw udah suka sama lu dari dulu" Ucap Juna memotong ucapan Syifa

"Udah deh Jun.. Jangan kayak gini. Kita temenan aja ya?"

Juna tidak menjawab hanya menatap Syifa sendu

Drrrt... Drrrt...

Tiba-tiba HP Syifa berdering terpampang tulisan 'Doyoungie'
Mata Syifa sontak membulat, ia baru ingat kalau ia sudah janji akan ke ruang guru untuk belajar tambahan

Alis Juna menukik tajam melihat jelas nama yang tertera di HP Syifa

"Assalamu'alaikum? "

"Waalaikumsalam, di mana?"

"S-saya lagi di Koridor ini mau ke sana"

"Cepat ke sini"

"Iya Pak"

Tut

"Siapa? " Tanya Juna dengan wajah datar

"Ha? Guru" Jawab Syifa cepat

"Tapi di HP lu tulisannya gak pake sebutan 'Bu' atau 'Pak' "

"E-enggak kok... Pake" elak Syifa

"Lu gak mungkin kayak cewek-cewek centil itu, gw tau lu kayak gimana, kalaupun lu suka sama guru itu, lu pasti tetep pake 'Pak' ga mungkin kayak tadi. Itu siapa?" Tanya Juna lagi

"Lagian kalo dia siapa siapa gw, itu juga bukan urusan lo"

"Itu siapa Syifa" Juna semakin geram karena Syifa tidak memberi tahunya

"Bukan urusan lo"

"Gw bisa aja nyium lu disini kalo gw mau" Tantang Juna menarik tangan Syifa untuk mendekati nya, yang tentu saja membuat Syifa melotot kaget

"Jangan macem-macem ya! "

"Gw ga akan macem-macem kalo lu ngasih tau, sekarang kasih tau itu siapa? "

"Tapi kalo gw kasih tau, lu harus janji bakal nganggep gw sebagai sahabat atau temen"

Juna mengerutkan dahinya tidak terima "kenapa harus? "

"Setelah gw kasih tau ini, lu ga bisa ngejar-ngejar gw lagi"

"Ga janji"

"Huh... Harus gimana dulu sih, biar lu nyerah?"

"Sampe lu punya suami" Jawab Juna membuat Syifa menaikan satu alisnya dengan senyum mengembang

"Ok... Gw kasih tau guru tadi siapa, lu ga boleh ngasih tau siapapun dan lu harus janji untuk berhenti"

Juna tidak menjawab

"Dia... Suami gw" Ucap Syifa pelan

"Bohong"

"Bener"

"Bohong! "

"Bener Juna"

"Bohong!" Teriak Juna membuat Syifa terperanjat kaget, untung saja di lorong itu tidak ada orang

"Juna... Gw serius"

Juna diam, tangannya terkepal kuat. Bisa di bilang Juna cengeng, karena sekarang matanya saja sudah berkaca kaca.

"K-kenapa? " Tanya Juna dengan suara bergetar

"Kenapa apa? " Tanya Syifa. Jujur ia merasa bersalah saat ini, Syifa benar-benar tidak tega melihat orang di depannya ini. Jujur saja awalnya ia pernah merasakan suatu perasaan pada Juna saat SMP, bagaimana tidak? Juna adalah orang yang sangat lembut, peka dan baik

Saat kelulusan saja Syifa sempat menangisi perpisahannya dengan Juna, tapi untungnya, ia bisa melupakan Juna dengan cepat, tidak ada yang tahu tentang perasaan sementaranya itu. Pikirnya.

"Lu... Kenapa nikah cepet?" Tanya Juna dengan nada bergetar

"Gw di jodohin" Jawab Syifa pelan

"Lu seneng? "

"Iya"

Juna menghela napas dan tersenyum setulus mungkin. Syifa yang melihat ekspresi itu rasanya ingin menangis, ada perasaan bersalah, tapi ini memang benar, mau bagaimana pun, mereka tidak akan pernah bersama. Syifa, dan Juna... Berbeda.

"Bagus deh kalo lu bahagia, gw bakal... " Juna mengambil napas dalam sebelum melanjutkan kalimat nya "... Nganggep lu sebagai sahabat" Lanjutnya

Syifa tersenyum lembut "Janji ya, jangan bilang siapa-siapa"

"Iya"

"Yaudah, gw terima ya susunya. Gw pergi dulu" Pamit Syifa berlalu dengan langkah berat. Syifa menggeleng keras dalam perjalanan nya, apa maksudnya langkah berat? Itu hanya karena rasa rindu dan bersalah, ya. Syifa mengangguk menyetujui kata hatinya barusan.

Juna menatap sendu punggung Syifa yang menjauh. Sakit mengetahui peluang nya sudah tertutup. Tapi jika di pikir lagi, dari awal peluang itu memang tidak ada, untuk apa mengejar kalau akhirnya sudah pasti tidak akan terkejar, pikir Juna merutuki kebodohan nya sendiri.

Mereka tidak sadar ada seseorang yang memerhatikan mereka dari awal hingga Syifa pergi.

~~~ To Be Continue

TeacherDonde viven las historias. Descúbrelo ahora