-08- Khawatir

9 2 0
                                    

Note:
Cerita ini hanyalah fiktif belaka, apabila terdapat kesamaan harap dimaklumi. Tidak ada unsur menghina, ataupun menjiplak. Jika merasa ini mirip dengan karya anda, ayo kita rundingkan dengan baik-baik bagian mana yang sama.

Jadilah manusia cerdas dan berakhlak!

Jadilah manusia cerdas dan berakhlak!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☔☔


Tok.. tok.. tok..

"Adek, kamu di dalam kan?" Reza memanggil Alya berbarengan dengan tangan yang bergerak ngetuk pintu kamar adiknya.

"Dedek Alya, Abang Nico pulang nih. Nggak mau peluk abangnya nih?" Tambah Nico sedikit berteriak.

Namun hingga tiga menit berlalu, pintu itu tak kunjung bergerak. Bahkan suara Alya pun tak kunjung mereka dengar.

"Ada orangnya, bang?" Tiba-tiba saja suara Dani terdengar dari arah belakang keduanya, Dani berjalan mendekati mereka dan berakhir berdiri bersama mereka di depan pintu kamar Alya.

"Keknya ada di dalam, cuma belum nyaut-nyaut. Apa mungkin adek ketiduran yaa?" Duga Reza, bisa saja kan sang adik kelelahan dan berakhir ketiduran dengan nyenyak hingga tak bisa mendengar panggilan mereka.

Dani yang tak menyetujui pendapat Reza memajukan tubuhnya agar tangannya dapat menjangkau handel pintu kamar adiknya itu, lalu menekannya kebawah berharap agar pintu itu bisa terbuka.

Ternyata Tuhan mengabulkan harapannya, pintu kamar Alya tak terkunci sama sekali.

Reza dan Nico menepuk jidat mereka, rasa khawatir mereka terhadap si adek membuat otak mereka seperti tertahan.

Dani, Reza dan Nico masuk ke dalam kamar si adik dengan mengucapkan permisi terlebih dahulu. Saat sudah berada di dalam sana, hal pertama yang mereka lihat adalah Alya yang tertidur dengan posisi tertelungkup dengan wajah yang menghadap ke sebelah kiri. Ketiga kakak beradik itupun mendekati ranjang dimana Alya berbaring dengan perlahan. Mereka tidak ingin tidur nyenyak Alya terganggu karena mereka.

Saat sudah berada di sisi ranjang, mereka dapat melihat sisa air mata di kedua pipi chubby adik mereka tersebut. Bahkan jejak-jejak air mata masih tertinggal di wajahnya.

Rupanya Alya tertidur karena kelelahan setelah menangis.

Reza duduk di sisi ranjang Alya yang kosong, tangannya mengusap lembut kepala Alya dengan sayang. Hal itu dilakukan sambil menggumamkan kata maaf dengan lirih.

Nico berjongkok di sebelah ranjang, tangannya mengusap lembut sisa air mata si adik. Adik cerianya menangis sendirian tanpa ada yang menenangkan ataupun memeluknya. Tangannya menyingkirkan rambut nakal yang mencoba menutupi wajah cantik si dedeknya itu, tapi saat tangannya menyingkirkan poni dari dahi Alya, ia mendapati hal aneh. Dahi Alya berwarna biru, seperti terbentur sesuatu yang keras. Dan bahkan diatas warna biru itu, ada bekas luka tertempel disana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐓𝐡𝐞 𝐣𝐨𝐮𝐫𝐧𝐞𝐲 𝐨𝐟 𝐀𝐥𝐲𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang