Note:
Cerita ini hanyalah fiktif belaka, apabila terdapat kesamaan harap dimaklumi. Tidak ada unsur menghina, ataupun menjiplak. Jika merasa ini mirip dengan karya anda, ayo kita rundingkan dengan baik-baik bagian mana yang sama.Jadilah manusia cerdas dan berakhlak!
☔☔
Flashback
"Ahh kepalaku." Arman terbangun dari tidur dengan rasa sakit di kepalanya. Ini pasti efek dari minuman yang semalam ia minum yang entah berapa banyak, namun yang pasti dia mabuk dibuatnya.
Satu hal yang baru disadari olehnya, dia Sekarang berada diatas ranjang dengan tanpa sehelai benang pun. Hanya selimut yang menjadi penutup tubuhnya?
Apa yang telah terjadi?
Pikiran Arman terus berputar kemana-mana, ia takut kalau apa yang ada di pikirannya adalah sebuah kenyataan.
Diliriknya sisi tempat tidur di sebelahnya yang kosong, tidak ada. Tidak ada orang disana. Tapi jika dilihat lebih teliti, ada bercak darah tertempel di Seprai ranjang ini.
Berarti ada orang sebelumnya yang tidur disana?
"Apa yang telah aku lakukan." Lirih Arman.
Dia menghancurkan hidup orang lain, dan tentunya menghancurkan hidupnya sendiri.
Dengan tergesa-gesa, Arman segera memakai pakaiannya dan pergi meninggalkan hotel tersebut. Ya ternyata dia semalam tertidur disana.
"Bagaimana jika Nilam tau? Aku tidak ingin kehilangannya. Ya Tuhan!" Gumam Arman dengan kecemasan yang membuncah. Dia takut, begitu takut akan semua yang akan terjadi di hidupnya. Dia takut jika wanita itu datang dihidupnya dan meminta pertanggung jawabannya.
Tapi yang paling diharapkan Arman adalah semua ini hanya mimpi belaka. Semua yang ia pikirkan hanya pikiran buruk dia saja.
"Semoga saja wanita itu tidak datang dihidupku. Maafkan aku, tapi aku mohon jangan menggangguku." Harap Arman.
Beberapa Minggu telah berlalu dari kejadian tersebut, dan tanda-tanda akan kehadiran wanita itupun tak juga ada.
Arman sedikit bernafas lega karena semua harapannya sepertinya terkabul.
Ia tidak bisa membayangkan jika semua itu terjadi, dia tidak ingin Nilam dan ketiga anaknya pergi meninggalkannya. Tidak, jangan sampai.
"Papa, ini ada paket dari om-om itu. Katanya buat papa." Adu Reza, anak kedua Arman.
Dengan tanpa sedikitpun curiga, Arman pun membuka paket tersebut di sana, di ruang tamu kediamannya. Kebetulan ini adalah hari Minggu, dan semua anggota keluarga seperti biasa berkumpul bersama dan menghabiskan waktu bersama.
"Dari siapa mas?" Tanya Nilam.
"Mas juga nggak tahu, nggak ada nama pengirimnya." Balas Arman yang mulai membuka kotak tersebut.
BẠN ĐANG ĐỌC
𝐓𝐡𝐞 𝐣𝐨𝐮𝐫𝐧𝐞𝐲 𝐨𝐟 𝐀𝐥𝐲𝐚
ChickLitTerlahir dari sebuah kesalahan merupakan cobaan yang berat bagi kehidupan Zefanya Alyanita. Diusianya yang baru menginjak dua belas tahun, ia harus dengan ikhlas ditinggal oleh satu-satunya keluarga yang ia miliki. Caci maki selalu diterimanya diset...