-Awal-

19 4 0
                                    


Haloo!

Selamat datang di dunia Alya♥
Selamat datang di cerita ke #2 (yg aku publish)

Terima kasih buat kakak-kakak yang sudah mampir jengukin Alya.

Tetap tungguin Alya yaa♥

Tetap tungguin Alya yaa♥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☔☔


"Ibu, kenapa ibu ninggalin Alya sendirian disini?"

"Ibu, Ibu kan udah janji sama Alya untuk selalu temanin Alya. Ibu nggak bakalan pernah tinggalin Alya."

Seolah semua pertanyaan itu dilontarkan langsung kepada sosok perempuan yang telah melahirkannya, Alya terus saja mengeluarkan semua isi hati dan berharap sang Ibu bisa menjawabnya.

Walaupun timbunan tanah menjadi pembatas antara ia dan Ibu, namun semua harapan itu masih ada di hatinya. Seolah menantikan sang pencipta memberikannya mukjizat dan berharap sang Ibu bisa keluar dari timbunan tanah dengan nafas yang masih berhembus. Dengan raga yang jiwanya kembali bersatu.

Namun angan hanya tinggal angan, harapannya seolah tertimbun bersama tanah yang menimbun tubuh ibu yang dia cintai.  Satu-satunya keluarga yang ia miliki.

Garis takdir sudah tertulis, waktu Ibunya hanya sampai disini. Hanya dua belas tahun yang dimiliki Alya untuk bisa bersama sang ibu. Waktu yang singkat dan Alya merasa bahwa dirinya belum sempat membahagiakan ibunya, belum sempat membelikan ibunya sesuatu dari gaji pertamanya. Belum sempat berlibur bersama mengunjungi destinasi yang sempat mereka perbincangkan.

"Alya, kamu harus ikhlas nak. Kamu nggak boleh begini terus, Ibu kamu pasti sedih lihat kamu begini terus!" Bu Cika, pengurus panti asuhan yang akan segera menjadi tempat tinggal baru untuk Alya berusaha menenangkan Alya.

Bu Cika seolah sangat tahu apa yang Alya rasakan, mungkin karena mengelola panti selama hampir lima puluh tahun membuatnya terbiasa melihat hal yang bahkan terkadang lebih menyedihkan daripada ini.

"Sekarang Alya tidak boleh menangis lagi ya! Kalau Alya begini terus nanti Ibunya Alya bakalan sedih. Alya mau buat Ibunya sedih diatas sana?" Tanya Bu Cika, dan Alya dengan polos menggelengkan kepala.

"Sekarang Alya tinggal sama Ibu, ya? Disana Alya nggak bakalan sendirian lagi. Ada Ibu dan teman-teman kamu nantinya yang akan menemani kamu disana."

"Alya mau kan ikut Ibu?" tanya Bu Cika lagi.

"Iya Bu, Alya mau," Jawab Alya sesegukan.

"Bu, Alya pergi dulu yaa. Alya janji bakalan nggak nangis lagi, Alya bakalan sering-sering kunjungi Ibu. Ibu yang bahagia ya disana, Alya sayang Ibu." Pamit Alya kepada sang Ibu dengan mata menatap lekat papan nisan yang bertuliskan nama orang yang paling ia sayangi, menatapnya seperti sedang menatap sang Ibu secara langsung.

🍭🍭🍭

Satu jam perjalanan yang dibutuhkan mereka untuk bisa sampai di panti asuhan Mentari Indah, karena dari pemakaman mereka harus pulang dulu ke rumah yang selama ini didiami oleh Alya dan almarhumah Ibu untuk mengambil barang-barang yang diperlukan Alya beserta surat-surat berharga. Dan tidak lupa berpamitan dengan tetangga.

"Alya, nanti kita berangkat sekolahnya bareng-bareng yaa?!" Ajak teman sekamar Alya yang juga menjadi teman pertama Alya di panti tersebut.

"Iyaa Ica, kita bakalan berangkat sekolahnya bareng-bareng. Pokoknya kemana-mana bareng yaa?"

"Tentu, pokoknya kita harus sama-sama terus dan nggak boleh pisah yaa Alya!"

Seolah itu adalah janji mereka berdua untuk selalu bersama, di perkuat jari kelingking mereka yang mengikat.

Entah bagaimana kedepannya, apakah mereka bisa terus bersama seperti janji mereka. Tapi harapan itu tersimpan di hati keduanya, meyakinkan diri bahwa mereka akan terus bersama dan takkan pernah terpisahkan.

°°°

Minggu, 25 April 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu, 25 April 2021

Jangan lupa tinggalin jejak🐾

Vote 🌟 and komen 💬

Yuuk scrol atau slide 🤎

𝐓𝐡𝐞 𝐣𝐨𝐮𝐫𝐧𝐞𝐲 𝐨𝐟 𝐀𝐥𝐲𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang