-1- Dia Mirip

8 3 0
                                    

Note:
Cerita ini hanyalah fiktif belaka, apabila terdapat kesamaan harap dimaklumi. Tidak ada unsur menghina, ataupun menjiplak. Jika merasa ini mirip dengan karya anda, ayo kita rundingkan dengan baik-baik bagian mana yang sama.

Jadilah manusia cerdas dan berakhlak!

Bacanya alon-alon aja, diresapi😅

Bacanya alon-alon aja, diresapi😅

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

☔☔

Satu tahun telah berlalu, kini Alya pun sudah menjadi siswi sekolah menengah atas.

Bagaimana bisa padahal umurnya kan masih tiga belas tahun?

Jawabannya bisa dong, kan Alya loncat kelas. Tuhan menganugerahkan otak yang lumayan cerdas untuknya. dan seolah ini adalah bentuk bantuan dari Tuhan untuk sedikit meringankan beban biaya hidupnya.

pulang sekolah, biasanya Alya akan bekerja di sebuah restoran hingga larut malam. dan di hari weekend pun bekerja adalah pilihan yang sangat tepat untuknya.

Teman? Alya tidak memilikinya untuk saat ini, Alya sungguh takut berteman dan ditinggalkan kembali seperti yang dilakukan Ica kepadanya.

memang semua itu bukanlah salahnya, Ica yang dari lahir sudah dititipkan disana tentu saja sangat menginginkan kasih sayang dari kedua orang tua, dan seolah Tuhan berbaik hati kepada Ica, Tuhan memberikan orang tua baru yang lebih akan menyayangi Ica. Dan tentunya kesempatan itu tidak boleh disia-siakan bukan.

Dengan berat hati Ica mengungkapkan keinginannya itu kepada Alya, dan tentu dengan berat hati pula Alya merelakannya. Ia tidak ingin menjadi penghalang kebahagiaan Ica.

dua bulan yang lalu tepatnya Ica resmi meninggalkannya sendirian disana.

"Alya, tolong antarin ini ke meja nomor sepuluh yaa!" itu suara Mbak Tika, salah satu orang yang juga bekerja di restoran tempat Alya bekerja.

"Siap mbak, laksanakan." setelahnya Alya pun segera berlalu dan membawa pesanan tersebut ke meja yang dimaksudkan Mbak Tika tadi.

meja sepuluh, meja yang dipenuhi dengan orang-orang bahagia. Alya rasa itu adalah satu keluarga yang sedang menikmati kebersamaan mereka.

Keluarga harmonis yang penuh canda tawa, bisa dipastikan kehangatan tersaji disana.

Alya hanya bisa tersenyum miris melihatnya, bohong kalo dia tidak iri melihat keluarga harmonis itu. Tapi menyalahkan keadaan pun sudah tidak ada gunanya, yang perlu Alya lakukan saat ini hanya bersyukur. Bersyukur atas nafas yang masih dia hembuskan.

"Permisi Ibu Bapak, ini pesanannya." sapa Alya sambil menurunkan makanan yang menjadi pesanan tamunya itu.

"Terima kasih mbak."

setelah menyelesaikan tugasnya, Alya segera berlalu kembali ke dapur.

"Anak tadi mirip sama Bang Arman yaa kak?" tanya wanita bernama Lisa yang menjadi salah satu tamu yang duduk di meja nomor sepuluh.

𝐓𝐡𝐞 𝐣𝐨𝐮𝐫𝐧𝐞𝐲 𝐨𝐟 𝐀𝐥𝐲𝐚Where stories live. Discover now