Part 23-[Deteriorate]

7.2K 493 13
                                    

SEMILIR angin malam terus berhembus menusuk kulit dengan udara dinginnya. Bintang bersinar terang menunjukkan kilaunya yang memukau. Seseorang duduk bersandar di kursi goyang yang ada di balkon, menatap langit malam yang terang dan sesekali memejamkan matanya. Pikiran dan hatinya berkecamuk, persoalan yang membuatnya gundah tak henti-hentinya melanda.

Di pukul 01.37, mata itu tak segera mendapat kantuk. Alhasil melamun lah yang bisa Dia lakukan. Ditemani satu botol Vodka, sedikit membuatnya merasa tenang. Ingat, sedikit. Hanya sedikit.

“Aku harus apa?” Gumamnya dengan mata terpejam. Namun tangannya tak ada henti untuk menyodorkan Vodka pada mulutnya.

Ditengah heningnya malam, suara dering Ponsel sedikit mengagetkannya. Sialan! Siapa yang berani mengganggunya disaat tengah malam seperti ini?! Memikirkan itu membuat emosinya meluap.

Twing.... Drttt... Twing...

Beberapa kali dibiarkan, Ponsel itu terus saja mengeluarkan suara. Mau tak mau, Pria itu harus segera mengangkatnya walaupun dengan gerakan tak ikhlas dan penuh amarah.

Sejenak terdiam, emosinya memudar begitu saja saat melihat nama yang tertera di layar Ponsel tersebut. Segera mengangkat panggilan, Pria itu berjalan kembali kearah balkon.

“Dev, kondisi Secha m-memburuk...”

Deg!

━DS━

Devan terus berlari kencang di koridor Rumah Sakit tanpa memperdulikan beberapa orang yang masih terjaga di jam segini menatapnya aneh. Bahkan sesekali dirinya menabrak orang hingga orang itu tersungkur, namun tak ada kata maaf yang terucap. Devan terus berlari seperti orang kesetanan. Saat ini, mengetahui kondisi gadisnya lah yang amat sangat teramat penting.

Bahkan keluar dari Rumah pun, Dia tidak memberitahu siapa-siapa. Laudya, Deon, dan Nira masih terlelap dengan tidurnya saat Devan bergegas tadi. Tapi entah untuk saat ini, pasti Femi sudah mengabari mereka sekarang.

Sampai didepan ruang ICU, tidak terlihat ada orang sama sekali. Devan mengusak rambutnya kasar. Kemana orang-orang itu?! Secha-nya dibawa kemana?!

Ting!

Seolah tahu apa yang ada dipikiran Devan saat ini, notifikasi Ponsel yang menandakan ada pesan masuk itu bagai menyelamat Devan. Disana tertera pesan dari Femi, bahwa Secha dipindahkan ke ruang ICU yang lain.

“Sialan!”

Menyempatkan untuk mengumpat, setelah itu Devan berlari lagi menuju ruang IGD. Nafasnya tersengal-sengal, namun itu tidak menghentikannya untuk berlari lebih cepat.

“Tuhan! Jangan biarkan dia pergi dariku!”

Dalam 5 menit, akhirnya Devan sampai didepan ruang ICU. Terlihat Wita yang menangis dipelukan Deri, dan Femi yang duduk di kursi sambil memeluk lututnya. Tak lupa para Bodyguard yang hanya menunduk namun tetap tegas. Sungguh pemandangan yang menyayat hati.

“Gimana kondisi Secha?!”

Pertanyaan itu membuat semua yang ada disana mendongakkan kepalanya. Menatap Devan dengan tatapan sulit diartikan sekaligus sendu.

RELATIONSHIP Where stories live. Discover now