Part 16-[Chaotic situation]

8.7K 547 16
                                    

Brankar yang di atasnya terbaring tubuh seorang gadis itu didorong dengan cepat oleh beberapa petugas medis. Devan ddk, Femi dan Laudya pun turut mengiringi jalannya brankar tersebut. Keadaan bagi mereka sangat kacau. Semua menangis, kecuali Candra, Yoga, dan Rizal yang mencoba kuat melihat temannya dalam keadaan seperti itu. Kedua sahabat Secha tak bisa berkata-kata atau sekedar memaki Devan. Kejadiannya begitu cepat, Devan yang menjadi biang masalah pun hanya mampu menangis mengarungi penyesalan yang begitu mendalam.

“Kalian silakan tunggu disini, kami akan berusaha semaksimal mungkin,” tutur sang Dokter diambang pintu ruang IGD, menatap satu-persatu kerabat pasiennya.

Yang dapat mengangguk hanya ketiga sahabat Devan,“Baik, Dok. Tolong selamatkan sahabat kami,” ujar Candra penuh harap.

“Itu pasti. Kalau begitu, saya masuk ke dalam dahulu,” Dokter berpamit, lalu masuk kedalam ruangan tersebut.

Devan hanya duduk terdiam seraya memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. Pusing memikirkan hal-hal buruk yang mungkin akan terjadi. Yoga dan Rizal duduk disisi lelaki itu, menepuk-nepuk pundak sang sahabat untuk menenangkannya. Hal tersebut juga dilakukan oleh Laudya kepada Femi. Intinya, hanya Candra yang masih bisa waras disini.

“Secha, Lau...,” Femi terus meracau dalam tangisnya. Sungguh menyayat hati, Laudya mengangguk masih memeluk sahabatnya.

“AKHHHH!” Devan berteriak kencang, berdiri dan memukul tembok dengan tangannya. Yoga dan Rizal yang hendak menghentikan pun dicegah Candra. Biarlah lelaki itu melampiaskan emosinya terlebih dahulu. Kedua orang itu yang langsung mengerti pun hanya mengangguk pasrah.

Femi melerai pelukannya, kemudian menatap Devan dengan tatapan kebencian. Ia segera berdiri, lalu berteriak histeris,“DEVANNN!!”

BUGHH! Devan tersungkur akibat pukulan Femi yang tidak main-main, semua spontan berdiri mencoba memisahkan Femi dari lelaki itu, karena gadis tersebut terus mencoba memukul Devan dengan brutalnya. Sang empu hanya diam menerima, ini memang keinginannya. Agar perasaan bersalah itu sedikit berkurang.

“LEPASIN! LEPASIN GUE!” Femi memberontak dalam cekalan Candra dan Laudya. Badannya ia goyangkan kesana-kemari agar berhasil terbebas dari dua orang itu,“GUE BAKAL BUNUH ITU ORANG! GUE GAK TERIMA SECHA SEKARAT KARENA DIA!”

“INI YANG LO MAU KAN, HAH?”

“INI YANG LO MAU?! LIHAT, SAHABAT GUE DIDALAM LAGI MEREGANG NYAWA! ITU SEMUA ULAH SIAPA? LO BNGST!”

“COBA AJA OTAK LO BISA DEWASA SEDIKIT! INI SEMUA GAK BAKAL TERJADI! OH, GUE LUPA ... OTAK CETEK KAYAK LO BISA MIKIR APA SIH?!”

“FEMI!!!”

“APA?! GAK TERIMA?” Femi memajukan dadanya, mendongak menatap benci kearah Devan yang membentaknya karena ia terus saja mengoceh. Dirinya tak peduli, Femi belum puas memaki Devan,“COWOK BANCI PSYCHOPATH GILA KAYAK LO ITU, GAK PANTES DAPET CEWEK KAYAK SAHABAT GUE! DIA TERLALU BAIK BUAT LO YANG KAYAK ANJ!”

“LO BISA GAK SIH? NGERTIIN PERASAANNYA SAHABAT GUE! BISA GAK, PUNYA SETITIK RASA PERDULI PAS LO NYAKITIN DIA? GAK PERDULI JUGA GAK APA-APA, SEENGGAKNYA RASA KASIHAN GITU! GAK PUNYA KAN? HATI BUSUK EMANG GA—”

“FEMI, TENANGIN DIRI LO! SADAR FEM, SADAR!” Laudya terus berusaha memeluk sang sahabat yang kesetanan itu, berikut Rizal dan Yoga yang juga melakukan hal sama terhadap Devan.

RELATIONSHIP Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang