Adiknya memberengut dan membawa koper Nasa keluar dari apartemennya. Sementara Nasa menggeleng melihat tingkahnya. Mereka memasuki lift, pantulan keduanya terlihat saat pintu lift kembali tertutup. 

Januar membuka suara. "Kenapa saat klarifikasi tadi, lo malah membuat alasan yang menguntungkan mereka? Dengan lo yang mengatakan udah putus dari Arka sejak lama dan manajer lo yang bukan orang ketiga dalam hubungan kalian, membuat mereka nggak pantes dapetin itu. Padahal udah jelas mereka nyakitin lo."

"Menyudutkan mereka di depan pers rasanya nggak etis aja. Gue nggak mau mental mereka terganggu karena mikirin komentar jahat netizen. Apalagi Vee posisinya lagi hamil, kebanyakan overthinking nggak baik buat kesehatannya. Toh, walaupun kita dijahatin sama orang, bukan berarti kita harus jahat juga. Kalau gitu, apa bedanya kita sama mereka?"

Pintu lift terbuka. Nasa melangkah lebih dulu, meninggalkan Januar yang masih di dalam dengan termenung.

"Januar, ayo," panggil Nasa menyadarkannya.

Cowok itu keluar dari dalam lift sembari mendorong koper Nasa. Di pintu lobi, terdapat seorang cewek dengan rambut cepol yang memakai jaket bomber tengah mondar-mandir seperti menunggu seseorang.

Nasa berlari kecil kemudian memanggil nama cewek itu. "Hanna!"

Cewek itu menengok dan langsung memeluknya. "Mba Nasa!" 

Januar merasa familier dengan suaranya. Ia melihat wajah asisten Nasa dan terkejut saat sebuah peristiwa di masa lalu terlintas di otaknya. Hanna adalah kakak kelasnya saat ia menduduki bangku SMA. Cewek itu pernah viral satu sekolah karena salah seorang adik kelas menyatakan cinta kepadanya saat upacara bendera berlangsung.

Dan adik kelas yang Januar maksud adalah ... Chaka.

Ya Tuhan, mengapa ini bisa kebetulan?!

Asisten Nasa melihat lelaki yang tidak dikenalnya sedang termenung. Nasa mengambil alih koper yang dipegang Januar hingga lelaki itu tersadar.

"Hanna, Januar. Januar, Hanna," ucap Nasa yang memperkenalkan mereka secara singkat.

"Dia siapa kamu, Mba?" tanya Hanna penasaran.

"Cuma temen. Ayo kita pulang," ujar Nasa, kemudian matanya beralih menatap lelaki di hadapannya,  "Januar, gue duluan ya. Makasih banyak buat semuanya."

"Kabarin gue kalau udah sampai rumah. Jangan lupa bodyguard buat jagain lo."

Nasa mengangguk singkat. Ia melambaikan tangannya pada Januar lalu masuk ke dalam mobil Alphard yang selalu mengantarnya ke manapun ia pergi. Tak lupa, ia menyapa sopirnya dengan riang seakan tidak ada yang terjadi sebelumnya.

Mobil melaju meninggalkan apartemen Januar. Di saat itu pula, Hanna mengajukan berbagai pertanyaan tentang apa yang terjadi pada Nasa selama ia pulang kampung.

• • • • •


Tepat setelah mobil Nasa meninggalkan apartemennya, kedua orang tua Januar datang dengan kendaraan pribadi mereka. Tangis mamanya, pecah saat melihat wajah Januar setelah sekian lama, yang membuat cowok itu harus menenangkannya.

"Julia, Januar udah nggak apa-apa, kamu nggak perlu nangis, Sayang," ucap suaminya sembari mengusap punggung istrinya.

Juan memberikan segelas air putih untuk mamanya agar wanita itu tenang. "Bener kata ayah, Ma. Januar udah nggak apa-apa, kok. Besok dia cuma harus ke psikiater lagi aja, buat kontrol."

"Tapi serius orang yang kamu lihat saat itu bukan orang yang culik kamu?" tanya Julia lagi melepas pelukannya dari Januar.

Under Nasa's SpellМесто, где живут истории. Откройте их для себя