part 24: Untitled

153K 3.9K 660
                                    

Alvin membawa laura ke taman yang terletak tidak jauh dari kantor mereka karena hanya itulah tempat yang menurutnya paling dekat dan nyaman untuk mereka berbicara. Mereka memilih duduk disalah satu kursi panjang dibawah pohon besar dan letaknya juga tidak jauh dari jalan.

" kau terlihat lebih kurus" ujar alvin sedikit berbasa basi. Mencoba mengendurkan hawa ketegangan diantara mereka. Bagaimana alvin bisa meminta laura jujur padanya kalau laura bersikap tegang dan enggan padanya.

Mendengar komentar alvin, laura hanya tersenyum tipis yang sekuat tenaga dikeluarkannya meskipun hatinya masih sangat perih atas kejadian yang baru dilihatnya. Alvin mengamati kondisi laura,seingatnya terakhir kali mereka bertemu laura tidak seringkih ini sekarang dia terlihat sangat rapuh dan tidak berdaya. Apa yang sebenarnya terjadi? Entah yang sudah keberapa kali pertanyaan itu berputar dibenak alvin. Alvin tidak bisa tinggal diam lagi rasa penasaran dan khawatir sudah mengambil alih pikirannya.

" laura " panggil alvin lembut. Laura yang semula melamun segera menoleh begitu panggilan lembut itu menariknya kembali kedunia nyata. Tatapan mereka bertemu, entah kenapa laura merasa alvin mengetahui segalanya, semua yang telah laura alami,terlihat dari mata alvin yang menatapnya dengan pandangan iba dan disaat bersamaan terlihat sendu. Laura menghela nafas panjang lalu mengerjap kerjapkan matanya yang mulai kabur akibat air mata yang menggenang. Tidak! Jangan menangis!

" apa kau baik baik saja?" ujar alvin dengan lembut seakan tau perang batin yang tengah laura alami. Kalimat alvin itu membuat Laura goyah rasa sakit ditinggalkan mikail dan amarah mendapati mikail tidak memepedulikannya dengan cepat mengambang kepermukaan hatinya padahal dia sudah mencoba menenggelamkan perasaan ini beberapa minggu lalu berasumsi kalau dirinya baik baik saja. pertahanan yang berusaha dibangunnya beberapa minggu lalu agar tidak menangis didepan siapa pun runtuh. Hanya karena tatapan tedu alvin yang seakan mengatakan semuanya akan baik baik saja. Hanya karena pertanyaan alvin yang mencoba mengetahui apakah dirinya masih bisa bertahan atau tidak Air matanya dengan cepat meleleh merembes kesegala arah.

" a... Akuu..." ujar laura dengan suara bergetar dia seakan tidak sanggup meyelesaikan kalimat yang diucapkannya. Laura tak tahan lagi memendam rasa sakit itu sendirian. Dia sudah tidak kuat lagi hingga akhirnya dia menyerah dipelukan alvin. Rasanya terlalu nyeri hingga membuat dadanya sesak. Alvin dengan cepat meraih laura membenamkan wajah wanita itu kedadanya sebagai sandaran untuk laura.laura sedang terluka Tanpa harus menunggu jawaban atau penjelasan dari laura alvin tau bahwa mikail telah menyakiti laura, jika tidak laura tidak mungkin terlihat sesakit ini.

Alvin menghentikan mobilnya tepat didepan rumah laura. Rumah bercat putih itu terlihat sedikit gelap. Apa tidak ada orang dirumah?

Alvin memalingkan wajahnya untuk menatap laura yang tengah tertidur dikursi, disebelahnya menatap wajah laura yang terlihat sembab akibat menangis, bahkan sisa sisa air mata masih berbekas di sudut sudut matanya.

Laura hanya menangis tanpa menceritakan apa pun kepada alvin hingga akhirnya dia tertidur kelelahan.

setetes air mata kembali mengalir dipipi laura, meskipun saat tidur laura tetap menangis, sebegitu dalam kah mikail menyakiti laura? Pikir alvin miris.

Alvin mencodongkan tubuhnya kearah laura untuk menghapus air mata yang mengalir tersebut , dia bisa merasakan dadanya nyeri saat melihat laura menangis pilu dipelukannya. Alvin dengan lembut mengecup kepala laura.cukup lama.

Aku akan membuat mikail sangat menyesal atas perbuatannya karena menyakitimu berarti menyakitiku juga batin alvin. Aku akan membuatmu kembali tersenyum seperti dulu. Karena ini semua juga salahku. Andai saja aku tidak membiarkanmu pergi kepelukannya waktu itu mungkin semua ini tidak akan terjadi.

Love, Sex, and Fiendship (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang