ON'1

41 5 4
                                    

HAPPY READING, GUYS!


o-o-o-o


Indonesia, 2040


Hujan lagi, di malam ini.

Malam kemarin juga. Kemarinnya juga. Kemarinnya lagi, juga.

Ah, sepertinya memang setiap malam hujan akan terus menyapa.

Hampir sebulan penuh hujan terus mengguyur di malam hari, catat hanya di malam hari. Sebab saat fajar menyapa, hujan akan selalu berhenti. Entahlah apa alasannya. Toh tidak ada urusannya dengan gadis yang kini terbaring di kasur dengan satu kakinya yang terangkat menindih tembok itu.

Pandangannya menghadap jendela yang ia biarkan terbuka, menampilkan pemandangan rintik-rintik yang terus berjatuhan. Dengan sesekali berdecak dan membuka-menutup matanya itu, ia ingin terlelap; tapi tidak bisa. Suara bising hujan selalu mengganggu tidurnya.

Ia benci hujan.

Ah bukan, ia benci suara hujan.

"Jan, hujan. Pergilah sana. Jangan ganggu aku."

"Hya, jan. Kau tak mendengarku? Kau tak merasa kasihan padaku? Kau tak lihat kantung mataku yang tebal ini, huh?" monolognya.

Gadis itu menutup matanya, lagi. Berharap hujan akan sedikit pengertian dengan mengurangi eksistensinya. Tapi rupanya hujan benar-benar ingin mengerjainya dengan menurunkan lebih banyak rintiknya, "Ah, suaramu itu berisik sekali sih!" omelnya lagi. Menyebalkan.

Terpaksa, ia membuka matanya "Haruskah aku mengambil headseatku? tapi, siapa yang mau mengambilkan? Bukankah kakiku sudah nyaman menempel di tembok?"

"Ah, baiklah-baiklah. Dasar ribet." Akhirnya dengan terpaksa ia beranjak dari posisi ternyamannya dan mencari benda yang ia cari. Sebenarnya enggan sekali gadis itu beranjak, namun merasakan kantung matanya yang semakin tidak enak dipandang itu, akhirnya si gadis dengan suka tidak suka harus menemukan benda yang ia cari.

Memutar,

Berkeliling,

Membuka,

Menimbun,

Ah, ketemu. Akhirnya.

Tidak menunggu waktu lama, gadis itu menaiki kasur lagi, dengan menyumpal kedua telinganya dengan headseat yang telah ia temukan di atas lemari. Siapa yang naruh benda kesayangannya disana woi?, sedikit dongkol sebenarnya, tapi ia harus segera tidur. Mana bisa dapat pacar kalau matanya tiap disekolah selalu mengantuk.

Tapi lihat saja, esok ia akan membalas cecunguk yang sudah menaruh headseat kesayangannya itu di atas lemari. Asem.


o-o-o


Pagi telah datang, fajar telah menghilang-pun dengan si hujan yang berisiknya gak karu-karuan. Lagi-lagi seperti biasa, hujan mengguyur semalaman lalu menghilang setelah fajar datang dan kemudian pelangi akan menampakkan dirinya, di setiap pagi. Selalu begitu. Entahlah mengapa, mungkin alam lagi bermain drama.

Pagi ini, gadis itu bangun dengan disuguhkan pemandangan yang luar biasa tidak menyenangkan. Badannya yang telungkup dengan mata sedikit terbuka dan jangan lupakan air liurnya yang entah sudah melalang buana kemana saja.

Pemandangan yang pertama kali ia ihat ialah tumpukan pakaian dalam yang entah milik siapa bisa tepat berada di depan matanya. "Huh?"

Tangannya sibuk mencari gawai yang entah sudah terlempar kemana. Lalu benar saja, gawainya ketemu. Melirik sebentar, dan.. "Masih jam 6?"

ON (KTH)Where stories live. Discover now