PART 13

37 7 2
                                    

"Adik saya telah menjadi pinangan orang lain"

Ucapan terakhir dari Hilman di ruangan tadi, masih terngiang ngiang di kepala Adnan. Ia seperti mendapat mimpi buruk kali ini. Mimpi yang tak pernah ia sangka sebelumnya. Ia kira Meidina akan menjadi miliknya, tapi kenyataannya gadis yang ia sukai itu, kini telah menjadi pinangan orang lain, dan akan segera menikah dua minggu lagi. Sangat cepat sekali.

Adnan duduk di teras masjid rumah sakit, setelah melaksanakan sholat dzuhur berjamaah. Sudah setengah jam ia duduk disana, berusaha mencerna setiap kejadian yang terjadi hari ini. Hingga sebuah suara dari seseorang di arah samping, berhasil membuat ia tersadar dari lamunannya.

"Mas Adnan" ya... Suara Meidina terdengar sangat pelan ketika memanggil nama Adnan. Sang punya nama menoleh sekilas, lalu kembali memusatkan penglihatannya memandang lurus ke arah depan.

"Mas saya minta maaf ya" lanjut Meidina, setelah melihat respon dari Adnan yang seperti itu. Entah kenapa sekarang ia merasa sangat bersalah pada pria yang ada di hadapannya ini.

"Minta maaf untuk apa? Kamu gak salah kok" ucap Adnan dengan nada datar.

"Saya minta maaf karena saya mungkin sudah melukai hati, dan mengecewakan mas Adnan hari ini"

Adnan tersenyum kecil, lalu menolehkan kepalanya ke arah Meidina yang kini sedang menunduk. Detik berikutnya ia berdiri mensejajarkan dirinya dengan gadis yang kini sedang berada disampingnya.

"Ini semua salah saya, salah pemikiran saya.... Saya terlalu lama mengulur waktu untuk melamarmu, harusnya saat saya menyadari bahwa saya mencintai kamu, disitu saya langsung gerak cepat, untuk mengatakannya pada kamu, dan memintamu pada ayahmu"

"Tapi saya malah berfikir, kalau saya harus berfikir matang matang untuk melakukan itu. Saya tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan, bagaimanapun keputusan tersebut adalah untuk masa depan saya dan kamu kedepannya, kita baru saling mengenal, dan kayaknya akan terdengar aneh kalau tiba tiba saya melamar kamu... Itu yang saya pikirkan, dan saya menyesal telah berfikiran seperti itu" ucap Adnan, ada nada penyesalan sepanjang kalimat yang ia ucapkan.

"Pemikiran mas gak salah, itu benar kok ! Untuk sebuah masa depan, kita harus berfikir matang matang sebelum mengambil keputusan. Jangan salahkan hal yang sudah terjadi, ini sudah menjadi takdir, dan takdir kita mungkin berbeda, saya dengan kak Irham dan mas Adnan dengan jodoh mas Adnan nanti, sebagai seorang hamba, kita harus menerimanya mas" ucap Meidina

"Jujur... Saya masih berharap kamu yang akan menjadi jodoh saya Mei, meskipun itu akan sangat mustahil" ucap Adnan memandang lurus pada Meidina, yang sempat menatap sekilas padanya, sebelum akhirnya menunduk kembali.

Tiba tiba Meidina teringat dengan obrolan terakhirnya dengan Adnan,yang membicarakan tentang pesan yang ia terima dari seorang wanita yang mengaku sebagai calon istri dari Adnan.

"Saya ingat, percakapan terakhir kitw minggu lalu, Bukankah mas Adnan punya calon istri? Lalu kenapa mas Adnan malah mengharapkan saya?" tanya Meidiana

"Tentang itu, itu semua gak bener, saya tahu perempuan itu siapa, perempuan yang mengaku ngaku sebagai calon istri saya itu ternyata adalah sahabat baik saya, Arselia...Kamu ingat saat saya ditolak lamaran oleh seseorang waktu itu?" tanya Adnan, yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Meidina.

"Dia kakaknya perempuan itu, dalam kata lain saya menyukai adiknya, bukan kakaknya, meskipun kenyataannya saya lebih dominan akrab dan dekat dengan Arselia ketimbang Misha" lanjut Adnan menjelaskan sedikit tentang kisah cintanya.

"Kenapa Begitu? Bukankah akan lebih pantas jika Mas Adnan dengan mba Arselia ketimbang Misha?" tanya Meidina.

"Iya, semua keluarga saya juga berfikir seperti itu, sampai sampai mereka berniat untuk menjodohkan saya dengan Arselia, tapi saya dengan tegas menolak perjodohan tersebut" ucap Adnan.

MEIDINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang