3. Awal

510 49 101
                                    

Happy reading!

"WOI BALA-BALA GUE ITU!"

"Apaan sih, lo? Gue minta bakwan bukan laba-laba," sahut Tole kemudian memakan gorengan khas Indonesia yang terbuat dari sayuran dan tepung terigu itu dengan santai.

Bondan menoyor kepala Tole pelan. "Lo temenan sama gue berapa lama, sih? Masih kagak tau bala-bala aja."

Tole melirik sinis Bondan karena menganggu acara makannya, lalu membalas, "Tau gue! Laba-laba, kan? Tuh, yang di atas kepala si Mario namanya laba-laba."

Semua pasang mata mengalihkan atensinya ke arah yang ditunjuk Tole. Hari ini memang anggota Artrada berkumpul di warung Abah. Tidak ada acara khusus. Hanya kumpul biasa saja untuk menjaga rasa kekeluargaannya, begitu kata Bastian.

"ANJIR WOI INI LABA-LABA SIAPA NYANGKUT DI KEPALA GUE?!" heboh Mario sesaat setelah meraba-raba kepalanya dan menemukan laba-laba di sana.

Kehebohan Mario mengundang gelak tawa anak-anak Artrada. Bondan yang berada di samping Tole sudah tertawa terpingkal-pingkal dengan tangan sesekali memukuli Tole yang sedang menikmati gorengan bakwan yang ia ambil lagi dari piring Bondan secara diam-diam. Mumpung orangnya lagi sibuk ketawa, mending gue makan aja bakwannya, pikirnya.

"HAHAHA LABA-LABA SI UPIN IPIN NYASAR DI RAMBUT LO, MAR!"

"Bangke! Ketawa-ketawa aja, kagak usah pake mukul gue juga kali!" sungut Tole sebal karena bakwan yang akan ia masukkan ke dalam mulutnya jatuh karena ulah Bondan.

"Masih mending bukan kecoa, Mar," sahut Bastian setelah meredakan tawanya.

Bondan mengangguk dengan cepat membenarkan ucapan Bastian. "Bener, Bos! Emang rambut si Mario kayaknya gudangnya para hewan, deh."

"Gue yakin lo pasti jarang keramas, kan?"

"Enak aja, lo! Rambut gue cetar gini, mana ada dijadiin sarang hewan. Gue perawatan di salon mahal, nih," sungut Mario menggebu-gebu sembari membenarkan jambulnya.

Bastian menoyor kepala Mario. "Gaya lo perawatan di salon mahal, cireng di Mpok Darmi aja masih ngutang."

"Jangan diperjelas juga Babang Tian." Mario berdecak. Sementara Bastian bergidik geli mendengar panggilan Mario.

"Badan doang gede, tapi takut sama laba-laba," cibir Ryan pedas.

"Nanti kalau gue digigit laba-laba terus jadi spiderman, kan lo juga yang repot, Yan," balas Mario ngawur.

Bondan yang sedang meminum es kelapanya cepat-cepat menyahut, "Eh, bener anjir kenapa tadi lo nggak digigit aja coba? Kan seru kalau gue punya temen spiderman."

"Kenapa nggak lo aja, Bang, yang jadi spiderman-nya? Tuh, mumpung laba-laba nya masih ada di bawah meja," celetuk Galang, salah satu anggota Artrada kelas sepuluh.

"Bener juga lo, Lang. Bentar gue ambil dulu laba-laba nya." Bondan berdiri dari duduknya kemudian merendahkan badannya agar bisa masuk ke dalam kolong meja. Matanya kesana kemari mencari keberadaan hewan dengan empat pasang kaki tersebut.

"Awasin kaki lo, Tole! Kasian laba-laba nya lo injek, anjir." Tangannya memindahkan kaki Tole dengan kasar membuat si empunya mendengus kesal, karena lagi-lagi acara makannya harus tertunda.

"Ya Allah, kagak tenang banget hidup gue kalau ada si Bondan."

Bondan tidak peduli dengan ucapan Tole. Ia malah sibuk dengan hewan sejenis arthropoda yang kini ada di tangannya. "Woi, laba-laba cepet gigit gue! Biar lo punya sodara ganteng kayak gue. Kapan lagi bisa sodaraan sama gue, ya, kan?"

SEBASTIAN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang