feelings are fatal

550 73 36
                                    

terimakasih pada perbincangan antara gun dan bright waktu itu di ruang tengah, karena akhirnya bright dapat menemukan kembali alasannya untuk tetap mengabari prim yang sedang berlarut-larut memusuhinya sejak hari terakhir mereka makan malam bersama di rumah.

oke, bright tau ini salahnya karena dia tidak mau mandi meski prim telah menyuruhnya belasan kali.

tapi, bukannya itu normal buat seorang cowok pemalas sepertinya untuk sehari saja tidak mandi?

bukannya bright tidak pantas untuk meminta maaf karena hal sepele seperti ini?

ugh, serius. prim jadi lebih sangat menyebalkan ketika mereka sudah berpacaran.

maksudnya, okay, bright memang memiliki alasan untuk membuat prim bahagia dan membantunya agar bisa melupakan puimek dengan cara dia mengisi posisi puimek yang sudah lama hilang.

tapi- TAPI MEMANGNYA PUIMEK BENAR-BENAR MANDI DUA KALI SEHARI KARENA DIA HARUS MENURUT DENGAN PERINTAH YANG PRIM BERIKAN?

ayolah, ini kekanakan.

mau mandi atau enggak, ini urusan bright.

"emangnya aku mandi bisa buat kamu seneng?" tanya bright dalam telepon malam ini.

di seberang telepon, prim menghela lembut, "bukan cuma seneng. saya malah bahagia kalo kamu bener-bener mau mandi dua kali sehari seperti yang saya suruh." jawab prim tidak sadar situasi.

setelahnya, bright mendesah gusar, mematikan teleponnya secara sepihak.

setelah menimbang beberapa kali, akhirnya ia pun mengendus tubuhnya sendiri dengan seksama.

"wangi, ah." gumamnya cemberut. matanya kemudian menangkap sosok gun yang sedang berjalan menuju kamar mandi dengan wajah datar khas miliknya.

segera ia berlari menghampiri gun, menahan bahu lelaki itu dan membuatnya berbalik agar bisa langsung berhadapan dengan wajahnya.

"apa?" ketus gun jengah.

tanpa kata, bright cuma mendekatkan ketiaknya ke wajah gun. yang tentu saja dengan dahi mengerut, gun langsung berjalan mundur tanda tak suka.

semua manusia akan bereaksi yang sama jika tiba-tiba ada seseorang yang dengan gobloknya menyodorkan ketiaknya tanpa mengatakan apa-apa.

"lo kenapa anjir, bang? nggak napsu gue sama ketek lo. gila nih." gerutu gun, hendak melangkah pergi sebeum bright kembali menahannya lagi.

"bau banget nggak si ketek gue?" tanya bright polos, tanpa ekspresi seolah dia benar-benar bertanya dengan tulus.

gun makin mengernyitkan dahinya. berpikir bahwa bright sudah benar-benar jadi tidak waras karena tiba-tiba membahas bau badan tanpa ada angin lewat apapun.

dengan blak-blakan gun menjawab, "lo bau matahari. kebiasaan nguli sih, lo." lalu berjalan melewati bright dengan tenang.

sementara bright masih di tempatnya berdiri. bingung dengan jawaban yang diberikan oleh gun.

"bagus dong gue bau matahari. berarti wangi. iya nggak sih? emangnya dia pernah nyium bau matahari?" tanyanya pada diri sendiri, merengut karena tidak tahu arti tepatnya bau matahari yang gun maksud.

"artinya lo tuh bau apek." sindir off yang tak sengaja mendengar perbincangan keduanya, berjalan lurus menuju ke dapur untuk mengambil segelas air.

"mana ada gue bau apek? bercanda ya lo?" seloroh lelaki yang baru saja dikatai bau matahari, berjalan mendekati off yang duduk di bar dapur mereka.

"ya gitu. lo kan beberapa hari ini lagi sering keluar buat nyortir kaos custom lo, kan? bolak-balik dari rumah ke jne. pulang-pulang lupa mandi. ya pokoknya rutinitas lo yang kayak kuli itu lah. itu tuh yang bikin lo bau matahari." gerutu off, kemudian menggerakkan pantatnya sedikit sebelum lubang belakangnya itu mengeluarkan suara kentut yang keras sekali. oh dan tentu saja bau.

warm on a cold night • brightwinWhere stories live. Discover now