midnight drive

586 94 21
                                    

"hari ini tidur di mana?"

win menolehkan kepalanya pada sumber suara ketika merasa bahwa tanya itu diajukan untuknya.

sembari tangannya bergerak untuk mencuci piring kotor yang tergeletak sembarangan di wastafel dapur, win pun menggumam untuk menjawab.

"rumah, kayaknya."

yang barusan bertanya mengangguk-angguk kecil dengan pipi yang menggembung, duduk di ruang makan rumah besar tersebut, memandang punggung win yang berada sedikit jauh di depannya.

"kan udah malem." ujar nya, mencoba mencari cara untuk membuat win menetap malam ini.

"nggak papa. masih sempet pulang, kok." tapi dijawab dengan tolakan halus.

"hampir jam 12 malem kali." lelaki itu masih terus mencoba, jari-jari panjangnya itu mengetuk halus meja makan di sampingnya, menunggu jawaban win dengan gugup.

saat itu pula piring cucian win yang terakhir selesai.

setelah mengibas-ibaskan tangan basahnya itu, win melepas celemek kotor bekas elapan tangannya, kemudian menggantungkannya di sebuah gantungan di dinding dapur.

bright, selaku satu-satunya manusia di sekitar win itu memusatkan pandangannya hanya pada lelaki yang sejak tadi mondar-mandir membersihkan dapur tanpa menjawab ujarannya.

sementara itu, win cuma sesekali mendengus, merasa risih karena diperhatikan begitu intens ketika dirinya sedang bebersih begini.

"gue salah apa lagi, sih?" tanya bright retoris, disusul dengan desahan keras frustasinya.

win memejamkan kelopak matanya rapat-rapat ketika dirinya sendiri justru merasa sakit hati dengan ucapan bright yang seolah-olah memojokannya itu.

"apa sih, mas? emang win ada salahin mas daritadi? kan win cuma diem."

"ya makannya jangan diem. kalo gue tanya, ya dijawab."

"tadi mas tanya, kan udah win jawab."

"iya, tapi kan ini udah hampir jam dua belas malem, win. nggak takut apa?"

"takut sama apa?"

"begal?"

win mengantupkan kedua belah bibirnya. tak menjawab lagi. tapi bibir ranum kemerahan itu mengerucut bersamaan dengan sepasang mata bulatnya yang berbinar kalut.

win sedikit menggigit bibir bawahnya, "y-ya takut." jawabnya.

mendengar lirihan tipis serta pergerakan malu-malu win yang tak jauh dari pandangannya itu membuat bright tak mampu untuk menahan kekehannya.

"ya udah, sini mas anter."

lelaki yang lebih muda itu melompat kesenangan. lantas bergerak terburu-buru untuk menghampiri kekasihnya yang masih duduk di kursi makan.

"pamit dulu sama off sama gun sana." suruh bright, mendorong bahu win menuju pada ruangan yang saling bersebelahan di rumah besar peninggalan ayah bright itu.

patuh, win pun mengetuk kedua pintu itu secara bersamaan.

"gue pulang, ya! dianter mas bri! besok isi kulkas lho, bang! kulkas kalian dah kosong tuh!" teriak win sambil tak henti menggerakan tangannya untuk mengetuk-etuk pintu kamar off dan juga gun.

sementara bright melipir menuju ruang tengah mengambil sebuah kunci motor miliknya yang belakangan ini jarang ia gunakan.

setelah win selesai pamit dengan kedua temannya yang sekarang ini sudah hidup bersama dengan pacarnya itu, bright segera mengamit lengan win untuk berjalan bersama menuju teras rumah.

warm on a cold night • brightwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang