the other side

774 117 60
                                    

⚠️ s3lf h4rm, bl00d

langkah off begitu terburu-buru, melewati koridor-koridor lantai appartement yang begitu sepi tanpa ada seorang pun selain dia di sana.

meski disuruh oleh win untuk datang ke sini, sebenarnya jauh dari dalam lubuk hatinya pun ia memiliki rasa khawatir pada sahabat dekatnya sejak mereka duduk di bangku sma itu.

membayangkan kejadian setahun lalu yang mungkin akan terulang lagi kalau bright tidak berpikir jernih sekarang.

karena off pun tahu kalau sahabatnya itu rapuh.

begitu dirinya sudah sampai di depan pintu bernomor 1030 itu, off langsung secepat mungkin memasukkan sandi pintu bright.

sempat salah di awal membuka password appartement bright, akhirnya pada percobaan ketiga, off pun berhasil membuka pintu berat tersebut.

matanya langsung disuguhi oleh ruang tengah bright yang bajunya tergeletak sembarangan, membuat dirinya semakin khawatir tentang keadaan bright saat ini.

mencoba untuk tidak panik, ia melangkahkan kaki lebarnya menuju kamar bright, membuka pintu itu dengan sekali dorongan.

"oh, hai?" sapa si pemilik kamar.

tak menjawab sapaan bright, off malah mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru arah. mencari setidaknya sesuatu yang mencurigakan di sana.

"kenapa lo?" tanya bright, menaikkan sebelah alisnya.

dirinya yang kini sudah berpakaian lengkap dengan celana training lengkap dan kaos oblong kebesaran warna abu-abu itu terduduk di pinggir ranjang kamarnya, memangku sebuah bantal yang sarungnya tidak beraturan itu.

sadar, off akhirnya menyorot bright sebagai titik fokusnya.

oke, tidak ada luka.

"nggak papa, kangen." jawab off sembrono, berjalan mendekat pada bright yang mengerutkan dahinya jijik.

"lo oke?" setelah berhasil menidurkan diri di kasur si empunya, off pun bertanya, membuka topik pembicaraan.

bright yang ditanyai itu mendecih, "mana ada orang bucin lagi bertengkar gini, kabarnya oke, samsul." kemudian terkekeh bercanda.

mata tajamnya itu menangkap setetes darah di atas lantainya, yang kemudian langsung dia injak dan diseret untuk menghilangkan noda merah itu.

"masih belum baikan juga kalian?" bertanya lagi, off kini mulai menyamankan diri di kamar bright.

bright berdehem menjawab, memeluk erat bantal yang sedari tadi ada di pangkuannya.

sembari mengangguk paham, off menatap lamat pada langit-langit kamar bright.

"lo kalo mau cerita, cerita aja, bri. i'm all ears." ujar off, menarik perhatian bright yang tadinya terlihat khawatir sendiri.

menutupi sesuatu.

"ya, lo lihat kan yang tadi di warmindo. terus gue tadi baliknya sama dia, karena gue nggak punya paketan. dia yang nawarin, sih." bright mulai bercerita.

off yang baru mendapat kabar itu, langsung terduduk kaget, "woy? serius? terus baikan?"

bright memutar bola matanya jengah, "nggak lah. kalo gue baikan ya sekarang gue pasti udah kelon sama dia, anying." ketus bright sinis.

bibir off membulat.

oh, iya ya. ngapain juga si win minta dia ke sini kalau dia belum baikan sama bright, kan? dasar tolol telmi.

"balik gih sono. gue mau makan pizza sendirian. gue nggak mau bagi-bagi. besok aja gue traktir. sana balik, ah. gue mau me time." usir bright, mendorong-dorong kaki off agar lelaki itu segera pergi dari wilayah ksaurnya.

warm on a cold night • brightwinМесто, где живут истории. Откройте их для себя