hurts like hell

639 88 42
                                    

hamburg.
2022, november 14.

"𝑜ℎ𝑜𝑜𝑜, 𝑤𝑖𝑛 𝑚𝑒𝑡𝑎𝑤𝑖𝑛 𝑙𝑎𝑔𝑖 𝑦𝑎?"

suara tepukan tangan meriah menyambut berdirinya seorang lelaki asia yang begitu mencolok di antara manusia-manusia lain di sekitarnya.

sambil melambai-lambaikan tangan dengan senyum pongahnya, lelaki tersebut berjalan dengan santai menuju podium aula.

ketika sebuah piagam berat diserahkan ke tangannya, serentak seruan meledek menderu ke seluruh aula.

membuat lelaki di atas podium itu tergelak sembari mengibaskan rambutnya ke belakang dengan sombong.

"𝑎𝑝𝑎 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑠𝑖𝑎 𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑝𝑖𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑖𝑡𝑢 𝑦𝑎?"

"𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑎 𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑘𝑒 𝑠𝑖𝑛𝑖 dua 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑙𝑎𝑙𝑢, 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑘𝑎𝑚𝑝𝑢𝑠 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑏𝑜𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑑𝑖𝑎."

"𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎?"

"𝑖𝑦𝑎."

win mendenguskan napasnya sejenak, lantas berdiri di hadapan mikrofon untuk menyampaikan speech penerimaan penghargaannya.

jari telunjuk panjang itu mengetuk mikrofon di depannya untuk mengecek suara yang dikeluarkan, tapi hal itu justru membuat mikrofonnya berdenging sampai membuat seluruh orang di aula menutup telinganya kebisingan.

"ℎ𝑎ℎ𝑎ℎ𝑎, 𝑚𝑎𝑎𝑓-𝑚𝑎𝑎𝑓." ucapnya sambil mengelus belakang tengkuknya.

berbanding terbalik dengan ucapannya, wajah win malah terlihat senang ketika teman-temannya itu meracau marah-marah padanya.

teriakan seseorang yang menyuruhnya untuk cepat segera menyelesaikan speech nya untuk yang kesekian kalinya hari ini, malah semakin membuat senyuman win melebar.

"𝑦𝑎ℎ, 𝑘𝑎𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑎𝑘𝑢 𝑛𝑔𝑔𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑜𝑚𝑜𝑛𝑔 𝑘𝑎𝑛?" katanya sembari mengedikkan bahu.

para dosen dan juga pembimbing ikut tertawa mendengar ucapan nyeleneh win itu.

"𝑜𝑘𝑒𝑦, 𝑜𝑘𝑒𝑦. 𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑏𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑡𝑢𝑟𝑢𝑛. 𝑙𝑎𝑔𝑖 𝑝𝑢𝑙𝑎 𝑠𝑝𝑒𝑒𝑐ℎ 𝑚𝑢 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑘𝑎𝑦𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚-𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑎𝑛?" sang juru bicara dalam acara tersebut mengambil alih mikrofon win, yang lalu disambut dengan anggukan dari lelaki berwajah oriental itu.

setelahnya win baru benar-benar turun dari podium aula, tentunya dengan disambut oleh segerombolan teman-temannya yang langsung datang memukul-mukul punggungnya.

"𝑑𝑢ℎ! 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡!!" rintih win melepaskan kukungan teman-temannya itu.

akhirnya mereka kembali ke tempat duduk mereka semula, dengan win yang tentunya menjadi pusat perhatian karena telah mengambil setidaknya tujuh penghargaan kampus tahun ini.

"𝑐𝑎𝑟𝑙, 𝑠𝑜𝑟𝑟𝑦, 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑤𝑎𝑖𝑛 𝑖𝑛𝑖 𝑑𝑢𝑙𝑢 𝑛𝑔𝑔𝑎𝑘?" win menodongkan bawaannya pada lelaki yang duduk tepat di sebelahnya.

carl, selaku yang diberi amanah itu mengangguk kecil, membiarkan win meletakkan barang-barangnya di samping carl untuk dijaga.

"𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑚𝑎𝑢 𝑘𝑒 𝑚𝑎𝑛𝑎?" tanya carl tepat sebelum win pergi dari hadapannya.

warm on a cold night • brightwinOnde as histórias ganham vida. Descobre agora