obsession

621 82 21
                                    

"win mau pergi ke hamburg aja, mah."

sejak saat itu, teman-teman win mulai merasa bahwa ada sebuah dinding besar dan tinggi yang tercipta di antara win dan mereka.

dinding yang win sengaja buat untuk mengasingkan dirinya sendiri sebelum akhirnya dia benar-benar pergi.

ini keputusan win.

keputusannya yang memilih untuk menjauh dari teman-temannya, pun juga dengan bright.

sikapnya yang semula ceria dan nyeleneh itu berubah menjadi kasar.

ia selalu sebisa mungkin untuk mengurangi intensitas pertemuannya dengan gun di sekolah.

bahkan ketika bright mencoba datang menjemputnya sepulang sekolah, win selalu punya cara untuk menghindarinya.

bentakan serta kalimat kasar tanpa ada unsur candaan jadi sering terucap dari bibir ranum tersebut.

pesan serta telepon panggilan juga ia hiraukan.

hal tersebut tentu mendapat perhatian khusus dari off, gun, prim, dan juga bright yang merasa aneh dengan perilaku tidak lazim win yang terasa sangat berbeda sejauh ini.

seolah-olah dia bukan win.

win yang mereka kenal tidak pernah sepengecut ini.

sebesar masalah apapun yang dia buat, dia pasti akan datang untuk memperbaikinya.

dan selama dua bulan ini, mereka harus dihadapkan oleh sifat win yang sangat berkelainan dengan dirinya sendiri.

keempat manusia yang sejak tadi bungkam itu sama-sama menghela napas secara bersamaan.

lalu dengan mantap, gun menampar keras punggung bright yang berada di sebelahnya.

membuat bright sontak mengaduh kesakitan sembari membalas perbuatan gun dengan menoyor kepala lelaki kecil tersebut dengan keras.

gun tertawa keras, kemudian berujar panjang untuk menenangkan keresahan hati teman-temannya akibat satu orang yang seharusnya sekarang berada di antara mereka ini.

"udah, biarin aja. dia bosen kali main sama kita-kita terus. kasih ruang buat dia sebentar. palingan juga nanti balik lagi."

off menguap lebar, ia meregangkan badannya sebentar sebelum ia menjatuhkan punggungnya ke lantai marmer ruang tamu ayah bright.

"yaaa, sebenernya gue masih terima-terima aja sih kalau dia bosen main sama kita. ya udah kita kasih waktu sebentar, gitu kan? tapi kan nggak perlu segala ngeblok gue?! buat apa anjrit? nggak guna banget tu orang." gerutu off meninju angin, membayangkan wajah win di sana.

mendengar win dikatai, bright tidak dapat berkata lagi, melainkan hanya menatap tajam pada off yang masih saja meninju angin dengan gemas.

"jujur gue sakit ati banget waktu dibilang bacot. sumpah sakit ati banget. kek- kek apa ya? KAN GUE PEDULI SAMA DIA?! sumpah aneh banget dia, dah. capek banget gue, capek. pengen gue tendang!" lanjut off tetap mengutuk win tanpa menyadari bahwa tiga pasang mata sudah menatapnya lamat-lamat.

sejenak, off mengambil napas panjang, kemudian ia menghembuskannya dengan berat.

tak dipungkiri dia khawatir dengan win. juga dengan bright yang belakangan ini jadi uring-uringan karena win tidak berada di sekitarnya lagi.

off tahu betul kalau keberadaan win itu sangat penting di hidup bright.

dan apa lagi untuk saat ini, ketika bright sudah tidak punya siapa-siapa lagi untuk tempatnya pulang.

warm on a cold night • brightwinWhere stories live. Discover now