superhero

694 131 37
                                    

"nggak capek apa belajar terus?"

suara tanya lembut seorang wanita yang familiar didengar itu sontak membuat win menolehkan kepalanya untuk melihat ibunya dari balik pundaknya.

karena meja belajarnya yang memang memunggungi pintu kamarnya itu, win jadi terpaksa untuk membalikkan badannya penuh menghadap wanita yang mencungulkan kepalanya di celah pintu kamar anak satu-satunya.

"lusa harus berangkat sih, mah. takutnya nanti nggak ke kejar. apalagi dari kemarin sibuk bercandaan terus sama mas bri." jawab si anak lelaki sambil tersenyum lebar.

yang dipanggil mama itu kemudian melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar win, kemudian menjatuhkan pantatnya di kasur yang dilapisi oleh sprei berwarna biru muda tersebut.

"mana ada bercandaan? kemarin mama sampe lihat wajahnya nur sepet gitu karena kamu anggurin, loh. kasian dia. ya emang niat dateng cuma buat senam sama papa, sih. tapi, kan pasti ada modus-modus tipis buat ngapel." seloroh mama win mencebikkan bibirnya.

win pun terkekeh kecil, memutar-mutar pulpen hitamnya yang memang sedari tadi masih ia genggam.

"awin soalnya mau serius sama olimpiade ini, mah. mas bri udah paham, kok." jelas win, memasang raut wajah tenangnya yang malah membuat sang ibu mendesah gusar.

"jangan dipaksain ya, sayang? sekali-kali kalah juga masih oke, kan?"

niat awal yang ingin menyemangati itu malah menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.

kini anak semata wayangnya itu menatapnya lurus-lurus dengan mata yang berkilat tajam.

membuatnya bergidik ngeri, dan saat anaknya itu berucap dengan nada datar namun terdengar menusuk itu, mama win menjadi bungkam.

"awin nggak suka kalah."

hening tercipta di ruangan berukuran 3×4 meter itu.

kedua pasang manik mata yang memiliki banyak persamaan itu sama-sama saling adu tatap.

yang satu memberi tatap menghunus, sedangkan satunya lagi pupilnya bergetar karena terkejut.

lalu perang dingin yang hanya dilakukan lewat tatap itu segera terhenti ketika win perlahan mengulas senyum lebarnya, kemudian mengalihkan pandangannya menuju ujung jari-jari kakinya.

"besok awin mau bekal. dua, mah. sekalian sama mas bri." ujarnya mengalihkan topik pembicaraan yang tadi sempat memanas.

mama win yang tersadar dari lamunan sesaatnya itu segera mengangguk pelan, sebentar kemudian bangkit dari kasur anaknya untuk melangkah keluar dari tempat tersebut.

"ikan laut, kan?" tanyanya di ambang pintu, memperhatikan punggung sang anak yang mulai kembali fokus pada kertas-kertas yang berserakan di atas meja belajarnya.

"iya." jawab win pendek. bersamaan dengan itu, mama win menutup pintu kamar sang anak.

wanita yang sebentar lagi akan menginjak kepala tiga itu menggerakan tungkai kakinya yang terasa berat, namun setelah lima langkah ia berusaha, akhirnya wanita itu menyerah.

disandarkanlah punggung yang terasa menyimpan banyak beban itu ke dinding di sebelahnya, mengokong berat tubuhnya yang sudah hampir limbung ke depan.

"superhero itu sempurna ya, mah? mereka keren! bisa ngelindungin banyak orang! awin pengen jadi superhero!"

"iya! nanti kalau awin jadi superhero, awin bisa jadi manusia paling kuat di muka bumi!'

warm on a cold night • brightwinМесто, где живут истории. Откройте их для себя