6. RENCANA

1.7K 147 159
                                    

PAGI hari, Rea sudah berada di apartemen sahabatnya. Ya, dia berhasil melarikan diri tadi. Rea menghela nafas berat, ia pusing, ia tak tau harus bagaimana lagi. Secuil harapan ada orang yang mau membantunya dari kekangan Herma. Tapi, siapa orangnya?

"Apa gue deketin Samudra aja ya? Kalo gue deketin trus kita balikan? Secara, gue ada yang bela kalo ketemu Herma. Dan, kayanya lebih baik gue disini aja."gumamnya.

Rea memutuskan untuk mendekati Samudra. Siapasih yang tak mau dengan Samudra? Ganteng, baik, dan penyayang lagi. Ah, rasanya Rea telah jatuh cinta untuk kedua kalinya dengan Samudra.

Rea berjalan keluar dari kamar. Ia mengetok pintu kamar sahabatnya untuk membangunkan.

"Han?"

"Woe! Han!"

Cklek

"Apasih njing!"sentak Hanah, sahabat Rea.

"Wah ngegas"

"Ya apaan? Gue ngantuk banget tau!"

"Gue boleh pinjem seragam lo ga? Gue pengen ke sekolah."pinta Rea.

Hanah menatap tajam sahabatnya itu."What? Lo mau ke sekolah? Ntar kalo ketemu itu siapa? Herma ya?"

Rea mendengus, "Yaelah gue bisa cari lindung ke Samudra. Btw, kalo gue deketin Samudra lagi, sabi ga?"tanya Rea.

Memang sewaktu dia datang di apartemen Hanah, ia langsung dicecar pertanyaan oleh Hanah. Bagaimana tidak? Ia datang dengan kondisi yang mengenaskan. Dengan terpaksa pun Rea menceritakan apa yang ia alami selama ini. Termasuk isu yang menyatakan ia meninggal.

"Beneran Re? Gue gamau lo kenapa-napa"ujarnya sendu.

Rea tersenyum tipis, masih ada orang yang tulus kepadanya. "Iya, Lo gausah mikirin gue, gue bisa jaga diri juga kok."

"Yaudah deh bentar gue ambilin dulu."

Tak lama, Hanah membawakan seragam putih abu dan menyerahkan kepada Rea.

"Nih, jan dikotorin"gurau Hanah.

Rea menatap Hanah sinis, "Yanggak lah! Emang gue lo!"

"Canda elah, yaudah sana lo pergi, gue mau tidur lagi. Bye!"ujarnya lalu menutup pintu keras.

Brak

"Astagaa, untung sahabat."

Rea mulai berganti pakaian, untungnya dia tadi langsung mandi. Jika tidak ia yakin akan terlambat masuk.

Rea langsung berangkat menuju sekolahnya. "Hanah gue berangkat ya! Lo jangan tidur siang yang digedein!"teriak Rea.

"HALAH BACOT!"

Rea tertawa pelan, ia keluar dari apartment dan memberhentikan taxi. Ia melihat pemandangan kota yang menurutnya indah, ia rindu dengan suasana kota yang sudah ia tinggalkan beberapa tahun ini.

Sesampainya di sekolah, ia berlari masuk kedalam. Untung saja ia tidak terlambat. Kakinya berjalan menuju dimana kelas Samudra berada. Sepanjang jalan, ia menatap was-was kanan kirinya. Ia takut jika saja ia bertemu dengan Dio, sepupu Herma.

Rea sampai di kelas Samudra, ia melihat kedalam dan mendapati Samudra sedang berbincang dengan teman-temannya.

"Heh! Panggilin Samudra"suruh Rea kepada salah satu murid di kelas itu.

"Ya, Samudra ada yang nyariin lo ini!"teriaknya.

Samudra menatap murid yang tadi meneriakinya. "Siapa?"

"Gatau, cewe lo mungkin"

Mau tak mau Samudra harus menemui seseorang yang katanya sedang menunggu nya.

Rea yang melihat Samudra berjalan menuju kearahnya pun bersorak gembira di dalam hati. Saat Samudra sudah tak jauh darinya, ia langsung berlari dan memeluknya erat.

"Aku kangenn"

"Oh? Really?"

"Yess! Samudra kita masih pacaran kan?"

"Of course baby."

Rea semakin mengeratkan pelukannya, ia tak tau bahwa dari kejauhan, Dio sedang memperhatikan nya dengan senyum miring. Dio mengambil ponselnya dan memfoto drama yang ada tak jauh didepannya itu. Ia langsung mengirimkan nya kepada Herma.

"Oke, tunggu apa yang akan terjadi sama lo."

_____

Holaa

Gimana part ini? Ada yang kangen? Apa malah kangen banget?

Maaf deh lama update, soalnya pusing mau lanjutinnya, tapi gak kok, Amm bakal lanjutin sampe end.

Request yang sad or happy?

Spam next yuk! Biar semangat lagi nulisnya😃😃

See u next part!👋

78 Day with Herma |On Going|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang