MY HUSBAND IS MY ENEMY 2 [ on-going ]

51

-

23.10 wib.

Setelah selesai mandi, Rania keluar dari kamar mandi dan tatapannya langsung tertuju pada sang suami yang sedang duduk sambil menatap laptop.

"Aldo.." panggil Rania dengan cukup pelan, tapi masih bisa didengar oleh Aldo.

Aldo menoleh ke arah Rania sambil tersenyum. "Iya? Kenapa, Sayang?"

Rania mengernyit sejenak, lalu ia melangkahkan kakinya mendekati Aldo. Langkahnya terhenti saat didekat Aldo.

Aldo mengerutkan dahinya, senyuman diwajahnya langsung memudar. Sepertinya suasana hati istrinya sedang tidak baik.

"Ada masalah?" tanya Aldo.

Rania meneguk salivanya sambil menatap Aldo dengan tatapan sayu.

Aldo lalu menarik lengan Rania dengan cukup kuat, membuat Rania terduduk diatas pahanya dengan posisi menghadap samping.

*Ilustrasi..

Aldo segera melingkarkan kedua tangannya dipinggang Rania.

"Kenapa?" tanya Aldo dengan lembut.

"Ehm.. Devan kecelakaan, Do." ucap Rania dengan sedikit ragu.

"Devan?" Aldo kembali mengernyit, mencoba mengingat orang yang namanya baru saja disebut oleh sang istri.

"I-iya.. Devan, sahabat gue dulu." ucap Rania dengan pelan, ia kemudian menundukkan kepalanya.

Setelah mengingatnya, ekspresi wajah Aldo langsung berubah menjadi datar.

"Oh," gumam Aldo.

"Gue kasian sama Devan, Do. Tadinya.. gue mau nungguin dia dirumah sakit, tapi, gue juga ga enak kalo ga pulang lagi."

"Ya udah, tungguin aja dia dirumah sakit." ucap Aldo dengan nada dingin. Ia langsung melepaskan pelukannya dipinggang Rania.

"Do, gue cuma kangen-"

Aldo menatap Rania dengan tajam. "Maksud lo?"

"Gue.. gue kangen sahabatan lagi sama Devan, Gilang, dan Heri. Gue kangen mereka. Lo mau izin-in gue sahabatan lagi sama mereka?" Rania menatap Aldo dengan penuh harap.

"Ga ada yang namanya sahabatan antara lawan jenis, Rania."

"Tapi, dulu gue sahabatan sama mereka." protes Rania.