Flaya menatap Neira, "Gapapa, Nei. Berarti emng udah takdir lo," kata Flaya sambil tersenyum.

Neira terdiam namun tidak lama kemudian menganggukan kepalanya untuk merespon ucapan Flaya.

"Kita nonton dulu kali ya abis ini? Jam empat sore pasti banyak film 'kan tuh."

"Gue ga bisa ikut deh, Den. Tadi pagi tuh Mas Revan nyuruh gue sama Ares ke kantornya sore ini."

"Tumben banget, lo belum pernah ke sana kan ya, Nei?," tanya Flaya.

"Iya belum, Fla. Gue juga kaget sih, deg-degan juga."

"Santai aja, Nei. Lo tuh ya udah jadi nyonya bos, artinya lo juga yang punya kantor. Ga usah minder kenapa sih," ucap Dena menasehati.

Neira terkekeh, "iya siap, Beb."

👶👶👶

"Van," ucap laki - laki dengan setelan jas berwarna hitam.

Yang dipanggil menoleh ke arah pinta masuk ruangannya. "Ketuk pintu dulu  ga bisa lo?"

Yang ditanya malah melengos duduk di sofa ruangan Revan. "Lo mau bawa istri lo ke acara pernikahan Gilang?"

"Perlu banget lo tau?" ucap Revan menaikkan sebelah alisnya.

"Gue Varo Adishaka, sabat baik lo dari jaman lo masih ingusan ya jelas harus lah," ucap laki - laki bernama Varo itu.

Revan mendengus, "iya gue bawa Neira."

"Wow, bakal jadi penampilan Neira depan publik pertama kali dong sejak lu nikah." Varo bertepuk tangan, "Tapi lo yakin? Setelah ini, pasti kehidupan lo bakal makin disorot."

Suami Neira itu terdiam, "Udah saatnya. Udah dua tahun gue nyimpen dia," ucap Revan seraya menghela napas.

Pernikahan Revan dan Neira waktu itu memang dilakuksan secara tertutup tapi kenyataan Revan telah menikah tidak ditutupi, hanya identititas wajah dan diri Neira tidak dipublikasikan. Hanya Neira saja yang diketahui adalah nama istri Revan.

Varo memperhatikan wajah Revan dengan tanpa ekspresi. Dia ikut menghela napasnya. "Gue pasti bantu jaga Neira." Revan mengangguk.

"Lo mending pulang deh, bos macam apa lo keluyuran mulu."

"Kalau gue pulang ya sama aja gue ga kerja," jawab Varo terkekeh.

"Intinya lo keluar dari sini."

"Gak. Baru nyampe gini gue."

Revan menatap Vano jengah. "Neira mau dateng bentar lagi."

"Serius lo? Lo bawa dia kesini?" tanya Varo terkejut. Revan mengangguk.

"Wow, kejutan. Kalau gitu gue mau pulang. Lo yang kuat." Varo bangkit dan berjalan menuju Revan. Berdiri dihadapan Revan ia menepuk pundak Revan dengan ekspresi yang menurut Revan membuat jijik karena terlalu mendramatisir.

Revan hanya menaikkan sebelah alisnya. " Oke, iya gue keluar. Puas lo."

Varo berjalan keluar berpura-pura kesal. Sepeninggal Varo, Revan menyandarkan punggunya pada kursi yang ia duduki.

Ia kemudian menatap foto keluarga yang berada di meja kerjanya.

Foto Revan, Ares, dan Neira.

Sementara itu, berjarak tiga puluh menit Varo meninggalkan Aksara Millenial Group. Akhirnya Neira yang membawa Ares yang sedang mengoceh dalam gendongannya sampai juga di perusahaan suaminya. Ini sudah pukul setengah empat. Tiga puluh menit lebih awal dari jam yang ditentukan Revan.

PARENTS [END]Where stories live. Discover now