(3)Saus tiram

676 73 3
                                    


"Tidur yang nyenyak, good night by!" teriak Ema sambil melambaikan tangannya dari balik jendela mobil.

Langit mulai gelap, suhu di luar juga sudah semakin rendah. Selepas menghabiskan makan malam mereka, Ema segera mengantar Britney pulang. Layaknya hari biasa, sahabatnya itu selalu memberikan tumpangan untuk Britney. Hitung-hitung menghemat pengeluarannya. Britney bersukur mempunyai sahabat seperti Ema.

Britney membalas melambaikan tangannya kembali.

"Aku janji akan mentraktirmu es-krim di kantin," teriaknya lagi sebelum Ema menutup kaca mobilnya. Merasa bersalah karena dirinya tidak jadi mentraktir Ema tadi. Pada akhirnya selalu Ema yang membayar. Terkadang Britney juga merasa tertekan, disatu sisi ingin membantu tapi dirinya tak sanggup. Ema juga kerap kali menolak. Britney tak bisa berbuat apa-apa selain senantiasa mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih Mr. John atas tumpangannya," ujar Britney lagi kepada supir pribadi Ema.

Pria paruh baya itu mengangguk, menampilkan deretan gigi putihnya sambil mengancungkan jempol ke arah Britney. 

Ema terkekeh kecil, "Aku tunggu!"

Mr.John mulai melajukan mobilnya meninggalkan perkarangan rumah Britney. Setelah memastikan mobil Ema hilang dari pandangannya, Britney berbalik kemudian mengeluarkan kunci rumah dari sakunya.

Rumah klasik dengan dua lantai, pintu kayu serta empat jendela petak dari tampilan depan. Perkarangan depan rumahnya yang penuh dengan semak berupa tanaman perdu menjadi ciri khas yang membedakannya diantara rumah sepanjang jalan. Tempat dimana Britney dan ibunya memulai aktivitas hingga kembali beristirahat pada malamnya.

-o0o-

"By, bisa tolong belikan mom saus tiram?"

Gerakan pena Britney di atas buku tulisannya terhenti. Melepaskan earphone dengan musik yang masih mengalun dari ponselnya, Britney menarik nafas panjang bersiap untuk menjerit.

"Sebentar mom! "

Tinggal berdua dalam serumah membuat keduanya selalu melakukan pekerjaan rumah bersama dan bergantung satu sama lain. Britney berusaha sepenuhnya untuk membantu ibunya dalam urusan rumah. Semenjak ayahnya tiada, mereka berdua harus hidup mandiri. Beginilah kehidupan. Setidaknya walaupun Britney masih belum sanggup dalam menghasilkan uang untuk mengurangi beban ibunya ia akan berusaha semampun mungkin untuk tidak menambah kerjaan ibunya.

Britney menuruni anak tangga dengan cepat kemudian berjalan menuju dapur. Disana Lily sudah berdiri di depan kompor, dengan tangannya sibuk membolak-balikkan masakannya. Tampak sibuk dengan apron pink kusam yang bertengger di tubuhnya, kendati tidak membuat wanita berusia empat puluh tahun itu terlihat jelek. Setidaknya bagi Britney.

Lily merogoh dompet dalam laci rak dapur kemudian mengeluarkan selembaran uang yang sekiranya cukup untuk pesananya tadi.

"Hanya itu?" tanya Britney sambil berjalan mendekati ibunya. Harum gurih dari daging yang sedang di panggang menusuk indra penciumannya. Rasa lapar dalam perutnya seakan menggerakkan tubuh Britney untuk cepat-cepat kembali dengan pesanan ibunya.

Lily menangguk, "Gunakan sepeda saja, ini sudah malam. Hati-hati di jalan, jangan kemana-mana lagi dan langsung pulang," Lily berpesan memperingati. Menatap sekilas ke arah putrinya yang sudah sibuk dengan sepeda ontelnya kemudian memfokuskan diri sepenuhnya lagi ke masakannya.

"Aku pergi mom, masaklah banyak makanan yang enak! " pamitnya.

-o0o-

Britney menyapukan pandangannya ke sekitar. Minimarket dua puluh empat jam yang terletak di ujung jalan rumahnya tampak sepi mengingat ini sudah jam makan malam.

Steal The Prince√Where stories live. Discover now