8

5.7K 571 13
                                    

Makan malam itu berlangsung dengan sangat hangat. Obrolan mereka mengalir dengan berbagai topik. Tatiana dan sepupunya Arjuna terlibat diskusi yang sangat menarik tentang perkembangan bisnis dengan empat orang lainnya yang memang sudah sangat handal di bidang tersebut. Dan keempat orang itu adalah kedua orang tua Tatiana, David dan Tara Atmojo, Om Hadi dan Cipto Setiodiningrat.

Mereka adalah orang-orang yang berperan penting mengajarkan Tatiana berbisnis, terlebih sang kakek yang memang mendukung penuh Tatiana untuk menjalankan perusahaan. Bahkan Cipto Setiodiningrat sempat ingin mengalihkan beberapa perusahaan ke tangan Tatiana, tapi Tatiana tidak bisa menerima permintaan tersebut karena dia sudah cukup disibukkan dengan tanggung jawabnya bersama perusahaan keluarga Atmojo.

Jadilah sang sepupu, Arjuna yang memegang semua bisnis keluarga Setiodiningrat sehubungan dengan posisi sang sepupu yang merupakan cucu lelaki satu-satunya di keluarga Setiodiningrat. Sementara Aruna, adik Arjuna lebih tertarik menjadi desainer dan menjalankan bisnis fashion. Ovia, adik Tatiana juga lebih tertarik membangun perusahaannya sendiri. Dan ketiga anak perempuan Om Mario, Helga, Renata dan Kayla lebih condong pada dunia hukum dan politik yang tentunya juga sangat di dukung oleh sang kakek.

Tapi semua cucu keluarga Setiodiningrat mendapatkan saham dalam jumlah yang lumayan walaupun tidak ikut dalam pengelolaan perusahaan tersebut. Untungnya di keluarga mereka tidak terlibat perselisihan mengenai usaha keluarga tersebut.

Setelah acara makan malam selesai, mereka mulai menikmati aktifitas masing-masing. Para pria memilih bermain golf mini di salah satu ruangan yang sudah di sulap menjadi lapangan golf mini, sementara yang lain memilih berada di ruang musik menikmati alunan piano yang dimainkan oleh Aruna.

Sementara Tatiana dan Ovia memilih untuk menghabiskan waktu duduk di pinggir kolam renang yang ada di lantai tiga kediaman Setiodiningrat.

"Putus?" Ovia terdengar tidak percaya.

Tatiana hanya mengangguk sambil menyesap wine dari gelasnya. Dia baru saja mengatakan pada Ovia bahwa hubungannya dengan Abdul telah berakhir. Tapi dia tidak mengatakan pada Ovia bahwa Abdul memilih untuk melamar wanita lain, hal itu pasti akan membuat Ovia kesal dan ikut marah pada Abdul.

"Kok bisa?" Tanya Ovia lagi.

"Gue terlalu kaya dan dia merasa terlalu miskin." Tatiana tertawa hambar.

Mendengar itu Ovia hanya mendengus.

"Alasan gembel!" Adiknya terdengar kesal. "Gue kesal deh kalau ada lelaki cemen yang takut sama perempuan yang lebih kaya dari dia."

"Gue cinta banget sama Abdul, Vi." Tatiana kembali menuangkan wine kedalam gelasnya.

Terdengar helaan nafas panjang dari Ovia.

"Kalau lo cinta banget ya perjuangin lagi, mbak." Saran Ovia.

"Abdul itu keras kepala dan egonya tinggi."

Ovia terdiam sejenak, seperti tengah berfikir.

"Lo pengen dinikahi sama Abdul kan mbak?"

Tatiana tersenyum sendu, "Itu impian gue sejak dulu, Vi."

"Jebak aja dia."

"Jebak?!"

Terdengar Ovia berdecak kearah sang kakak.

"Jangan sok polos dan pura-pura nggak ngerti deh lo, mbak." Ovia memutar matanya jengah.

"Gue bukannya nggak ngerti maksud lo, tapi Abdul itu nggak pernah mau macam-macam. Lurus banget, gue goda juga nggak akan mempan. Paling jauh dia itu cuma mau nyium jidat gue."

Truely, Madly in Love!Where stories live. Discover now