Neira menikah karena ingin menghilangkan rasa kesepiannya. Namun, tak jarang yang Neira temukan setelah menikah adalah kehampaan. Meski pun mertuanya sangat menyanginya namun mereka juga memiliki kesibukan sendiri.

Belum lagi dia adalah debu jika dibandingkan dengan keluarga Aksara. Jadilah ia menjalani hari dengan menyimpan kekhawatiran.

Setidaknya sekarang hari - harinya lebih berwarna karena ada Ares, dan karena hadirnya Ares membuat interaksi antara ia dan Revan meningkat.

Semoga saja dengan interaksi yang meningkat ini, ia dan suaminya dapat mencapai hubungan yang stabil seperti senyawa yang memiliki interaksi kuat maka tidak mudah putus ikatannya atau dengan kata lain senyawa tersebut stabil.

Itu adalah harapan Neira dan ia akan menunggu waktu itu tiba.

Sementara itu, Revan yang masih berada di gazebo sedang menatap kolam renang. Dia menghela nafas pelan.

Merasa tersiksa oleh masalah yang mencekiknya. Di tengah lamunannya, Ares yang masih berdiri di atas pahanya mengejan.

Revan menatap bingung lalu matanya membulat sempurna. Dibarengi dengan Ares yang berhasil mengeluarkan poop-nya. Revan memalingkan wajahnya.

Shit!

"Res, kamu poop?" tanyanya sambil menciumi pantat Ares untuk memastikan. Ares hanya tersenyum lucu sambil mengigiti jarinya.

Revan yang mau kesal jadi tidak bisa karena Ares sangat menggemaskan.

"Huh, ayo kita cari mamamu."

👶👶👶

Hari ini Revan dan Neira akan mengunjungi panti asuhan dimana Neira dibesarkan. Mama Risa dan Papa Vian sudah setuju ulang tahun Ares diadakan di sana.

Mobil Revan memasuki perkarangan panti asuhan. Di teras Bunda Duri sudah menunggu mereka.

Neira keluar mobil terlebih dahulu dengan Ares yang tertidur di gendongannya. Bunda Duri yang melihatnya tersenyum. Beliau sudah diceritakan sebelumnya lewat telepon tentang Ares.

"Bundaa," ucap Neira yang memeluk Bunda Duri.

"Apa kabar kamu, Nduk?," tanya Bunda yang mengelus punggung Neira.

"Aku Alhamdulillah. Bunda sendiri sehat 'kan?"

"Alhamdulillah, Nduk. Bunda juga sehat." Melirik Ares yang tertidur, bunda tersenyum lembut. "Bawa anakmu ke kamarmu dulu ya, kasihan pasti dia pegal."

"Iya, Bunda. Neira ke dalam dulu ya." Bunda Duri mengiyakan.

Neira melangkah ke dalam panti sementara Bunda menunggu Revan yang sedang berjalan menghampirinya.

"Assalamu'alaikum, Bunda," ucap Revan sambil menyalimi tangan Bunda.

"Wa'alaikumsalam, Nak. Kamu sehat? Ayah ibu kamu sehat?" tanya Bunda. Revan tersenyum, "Sehat, Bunda. Alhamdulillah orangtua Revan sehat."

"Yowes, kamu makan dulu. Bunda masak makanan kesukaan kamu."

Sesampainya di meja makan. Neira yang sedang membantu Gita--anak panti-- menyiapkan makan menoleh saat suara Bunda dan Revan terdengar.

Mereka pun makan dengan tenang sambil berbicara tentang kegiatan anak - anak panti. Setelah makan, Neira yang sedang mencuci piring, terkejut karena bunda tiba - tiba bertanya padanya.

"Neira, kamu ga ada masalah kan?," tanya Bunda khawatir. Meskipun Neira sudah menikah, namun Bunda tetap mengkhawatirkan Neira karena Bunda paling tahu bagaimana Neira menjalani hidup selama ini.

Neira tersenyum, "engga bunda. Neira senang karena ada Ares. Neira juga senang Ares bisa diterima sama keluara Mas Revan."

"Syukurlah, Nduk. Kalau ada masalah jangan kamu simpan sendiri. Bunda masih ada." Neira yang mendengar ucapan bunda, meneteskan air matanya.

"Neira kangen bunda." Memeluk bunda ia menumpahkan tangisnya.

"Sabar ya, Nduk. Kamu ga sendiri. Suamimu juga selalu jaga kamu."

Neira hanya mengangguk. Dia tidak mau menceritakan apa yang dia rasakan.

Dia juga tidak mau menggantungkan hidupnya pada Revan sepenuhnya. Karena hubungan mereka yang tidak seperti suami istri pada umumnya.

"Ya sudah. Bunda temani suamimu dulu ya, Ares sudah bangun lagi suamimu kasih susu."

"Iya, Bunda. Neira selesain cucian piringnya dulu."

Akhirnya sisa sore itu dihabiskan dengan membahas rencana ulang tahun Ares ke satu tahun yang diadakan dua minggu lagi bersama anak - anak panti. Hanya acara sederhana karena Neira belum berani bertindak jauh dan Revan yang hanya bisa menuruti keingan istrinya.

"Mas, aku boleh kerja kan? Ares udah satu tahun. Udah dua bulan juga dia tinggal sama kita." Suara Neira memecah keheningan di mobil Revan.

"Apa uangku tidak cukup? Tidak bisakah kamu diam saja di rumah, mengurus Ares."

"Bukan tentang uang, Mas. Aku hanya ingin berguna untuk orang lain," lirih Neira.

"Apa kamu bisa tetap memberikan perhatian pada Ares tanpa membuat ia kekurangan kasih sayang? Kamu tau jika kamu bekerja, waktu dengan Ares akan berkurang."

"Aku akan mencoba, Mas. Aku akan mengusahakan menjadi istri dan mama yang baik."

Revan menghela napas berat, ia ingin menjawab namun suaranya tertahan di kerongkongan.

"Mengajarlah di Aksara High School, selain di sana. Aku ga ngizinin kamu bekerja."

Neira menatap Revan, ada apa dengan suaminya. Neira ingin mencari pekerjaan dengan kemampuannya sendiri. Tidak ingin terus terusan dikelilingi seperti di penjara oleh lingkungan Aksara.

"Baik, Mas." Membantah pun pasti ia akan kalah.

Jadi biarkanlah Neira menjadi robot penurut untuk Revan.

👶👶👶

Note: Terima kasih sudah membaca. Akhirnya bisa update, nyuri waktu kosong hehe.

Tunggu update selanjutnya yaa..

See u..

23 Maret 2021.

PARENTS [END]Where stories live. Discover now