Chapter 9

481 26 5
                                    

Alleo bergeming ditempatnya. Semua kata yang diucapkan oleh Vrella sedikit banyak membuatnya berpikir, terutama tentang pernikahannya. Alleo tau pasti bahwa ini bukan dirinya, hanya saja Alleo tidak bisa untuk bohong bahwa Vrella adalah perempuan yang menghancurkan mimpinya bersama dengan sang kekasih.

Saat pertama kali ide pernikahan ini muncul, Alleo selalu berpikir bahwa dia pasti akan menang melawan perempuan yang akan menjadi 'istri'nya kelak. Dia akan mampu membuat perempuan yang akan menjadi 'istri' itu menderita. 

Sialnya, kali ini Alleo salah. Alleo salah menilai orang. Perempuan yang saat ini berstatus sebagai istrinya, jauh lebih hebat dari yang ia bayangkan. Vrella, bukan perempuan yang jika dia diremehkan akan langsung menangis. Vrella, perempuan itu punya keberanian luar biasa.

*

Vrella memandang langit-langit kasurnya, memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Alleo sudah sering sekali menantangnya dan Vrella merasa bahwa ini bukan hal yang baik. Jika Vrella mampu bertahan, itu bukan karena Vrella berjuang untuk dirinya sendiri. Dia berjuang untuk keluarganya.

Vrella mengambil cincin pernikahannya. 'padahal sengaja gue tinggal. Tapi ternyata cincin sialan ini balik lagi.'. Vrella memang sengaja tidak membawa cincin pernikahannya. Cincin itu hanya akan terus mengigatkannya pada pernikahannya dengan Alleo, dan sedikit banyak hal itu menyakitinya.

*

Sudah tiga minggu sejak insiden di dalam mobil dan sejak saat itu Vrella tidak pernah sekalipun berkomunikasi dengan Alleo. Bukan karena Vrella tidak ingin, tapi memang tidak ada hal yang perlu dibicarakan dengan Alleo.

"Vrel, kamu dicari di grup angkatan masa. Katanya kamu disuruh keruangan dosen," Vrella tidak bisa untuk tidak bingung. Skripsinya sudah selesai, tugas-tugasnya tidak ada yang bolong, sidang dan revisi terakhirnya juga sudah di acc tapi dia masih dipanggil ke ruangan dosen?

"Aku dicari siapa?"

"Gak tau, katanya kamu cuma diminta ke ruangan dosen secepatnya."

"Aduuuuh, males banget sih." Vrella dengan cepat mengganti seragamnya, hoodie hitam, flatshoes hitam, dan membawa tas yang tidak terlalu besar.

*

Vrella tidak bisa untuk tidak menganga ketika dia melihat mertuanya dan Alleo sedang duduk bersama dengan makanan di atas meja yang belum disentuh sama sekali. Setelah sampai di ruang dosen, Vrella malah diarahkan untuk keruangan dekan, dan dari situ perasaan Vrella memang sudah tidak enak.

"Loh, nak kok diam di depan pintu? Ayo masuk, kita makan siang sama-sama," Clara menunjuk kursi yang berhadapan langsung dengan Alleo. Vrella menatap Alleo berusaha meminta penjelasan dari laki-laki yang sejak tadi hanya diam tanpa mengeluarkan satu kata pun, dan hanya dibalas dengan tatapan tanpa makna dari Alleo.

"Iya, mi. Kok tumben mami ngajak makan siang bareng?" Vrella menggeser kursi yang berhadapan dengan Alleo. "Ada yang mau mami bicarakan sama Vrella dan Alleo?" pertanyaan Vrella disambut tawa renyah dari Clara.

"Memangnya mami gak boleh makan siang sama menantu dan anak mami sendiri?" Clara memandang kedua anaknya itu bergantian, "Mami mau dengar cerita bulan madu kalian."

Alleo yang sejak tadi hanya diam seribu kata dan hanya memperhatikan handphone nya langsung menatap Vrella panik. Sekalipun Alleo tau bahwa Vrella tidak akan menceritakan semua kejadian yang terjadi di Paris, tapi tetap saja.

"Hahaha, aku pikir ada masalah apa mi. Yaaaah, seperti bulan madu pada umumnya, mi. Iyakan, sayang?" Vrella mengarahkan pandangannya pada Alleo. Santai, tapi menuntut.

Suamiku, Anak DekanWhere stories live. Discover now