7.5. Terlalu Baik

264 32 0
                                    

Aku kelaparan. Tubuhku seperti mati rasa di tengah udara musim dingin. Mereka hanya akan melepas ikatan di tangan dan pasung di kaki saat aku memberi tanda pada satu-satunya lukisan di ruangan ini- lukisan orang tua yang memiliki kulit sepucat Draco. Segera setelah aku memberi tanda lemah padanya, dia pergi meninggalkan bingkainya, lalu kembali lagi untuk mengawasiku. Selang beberapa detik, peri rumah akan datang- melepas ikatan, lalu mengawasiku sampai urusanku di toilet selesai. Ada satu toilet di ruangan sempit ini yang begitu sempit dan kumuh.

Peri rumah itu kembali memasangkan pasung serta rantai pada kaki dan tanganku. Aku tidak tahu apa yang mereka rencanakan- bahkan tanpa memasangkan semua ini, aku tidak bisa kabur dengan tubuh lemah seperti ini. Setelah interogasi itu, tidak ada yang datang- hanya ada kesunyian dan kegelapan yang menemaniku.

Hingga suatu ketika, Draco muncul dengan wajah panik. Dia membawa dua tongkat yang salah satunya adalah milikku. Pertanyaan langsung muncul dibenakku yang ingin segera aku lontarkan padanya- pertanyaan tentang kejadian veritaserum yang terakhir, lalu tentang bagaimana dia bisa membawa tongkatku. Tapi aku hanya mampu memandangnya yang sedang membuka pasung serta rantai dengan tangan yang gemetar.

"Aku akan membawamu pergi malam ini" ucapnya dengan tegang setelah berhasil membebaskan kaki dan tanganku.

"Apa yang terjadi?"

"Jangan tanya. Menurut saja" jawabnya singkat, aku menggelengkan kepala tanda tidak setuju.

"Aku akan terus bertanya." Ucapku keras kepala, Draco memegang tengkuk lehernya seperti kelelahan seraya memejamkan mata.

"Aku akan menjawab semua pertanyaanmu setelah kita keluar dari ruangan ini okay?. Ruangan ini dipenuhi oleh sihir tahan kabur. Kita akan ber-disapparate di halaman belakang. Bisa bangun?" Ucapnya berusaha tetap tenang seraya membantuku berdiri.

Dengan langkah tertatih aku mengikuti Draco. Lebam yang melingkari pergelangan kakiku akibat dari alat pasung, menyebabkan nyeri luar biasa setiap kali aku melangkahkan kaki. Aku menahan semua erangan karena sakit dan memapah diriku sendiri dengan berpegangan pada tembok manor. Draco mengarahkanku ke lorong gelap yang sempit dan rumit.

Dia menggunakan cahaya dari tongkatnya untuk menerangi jalan yang kami lalui. Setelah menaiki tangga sempit yang panjang, kami berhasil keluar dari manor. Menghirup udara luar dan melihat langit yang terbentang seperti suatu kemewahan yang bisa kudapatkan sekarang. Keringat dingin membasahi bajuku karena terlalu memaksakan kaki yang luar biasa sakit untuk tetap berjalan. Draco membalikkan badannnya untuk menghadapku. Wajahnya seketika pucat saat melihat aku yang masih berpegangan pada pintu dengan kaki yang gemetar.

"Seharusnya bilang kalau sulit bagimu untuk berjalan" lirihnya, sorot matanya seperti terluka saat menatap pergelangan kakiku. Sekarang aku baru menyesal, kenapa aku memakai kaos kaki pendek saat musim dingin yang tidak bisa menutupi luka sialan ini.

"Apa aku dalam bahaya?" tanyaku tidak menanggapi perkataan Draco.

"Idiot... kau sudah disiksa selama dua minggu dan baru bertanya apa kau dalam bahaya?. Kalau kau tanya aku, jawabannya YA! KAU SELALU DALAM BAHAYA." jawabnya dengan suara marah yang ditahan sambil menarik lenganku. Aku menepis tangan Draco lalu merebut tongkatku dari genggamannya. Draco menatapku kosong.

"Maksudku adalah- melihatmu sampai membantuku kabur, aku bertanya-tanya apakah bibimu sudah memutuskan untuk membunuhku?" Tanyaku.

"Tidak bisakah kau berhenti bertanya dan berhenti menepis tanganku- lalu ke sini sekarang sebelum mereka menemukan kita?" kata Draco sambil menunjuk tanah bersalju di sampingnya seolah berkata- 'untuk bisa ber disaparate, harus sepenuhnya keluar dari Malfoy Manor.'

"Tidakkah kau berpikir kalau kau sudah terlalu baik?... dari kejadian veritserum itu hingga membawaku kabur seperti ini. Oh- tentu saja aku sangat bersyukur, terima kasih untukmu" ucapku tulus. "Tapi kau sendiri yang bilang kalau aku selalu dalam bahaya. Siapa yang idiot sebenarnya? Kenapa kau membahayakan diri sendiri untuk membantu musuh dari kubumu?" Draco membeku mendengar rentetan pertanyaanku.

"Aku akan ber-disapparate sendiri. Aku tidak mau dilindungi olehmu.. Jadi, jangan pernah sekalipun untuk ikut campur lagi." Tekanku, setelah sepenuhnya berjalan dengan tertatih melewati pintu.

Dibandingkan meninggalkannya di malam bersalju itu, gejolak di hatiku menginginkan untuk memeluknya seerat mungkin. Namun aku melawan keinginan yang jelas salah total dengan ber-disapparate, lalu meninggalkannya dengan air mata yang mulai membasahi pipi.

ANYONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang