3.7. Gangguan yang Tidak Bisa Dimaafkan

357 50 0
                                    

Liburan natal kuhabiskan bersama kakek dan ibu di Prancis. Sedangkan Harry, Ron, dan Hermione menghabiskan natal mereka di Hogwarts. Dalam suratnya, Hermione bercerita tentang kondisi Harry yang tidak baik. Harry mengetahui fakta mengejutkan mengenai Sirius Black yang tidak sengaja ia dengar.

Aku bisa membayangkan betapa kacaunya Harry. Dendam merasuki hati Harry saat mengetahui bahwa Sirius Black yang semula adalah sahabat dari ayahnya, malah berkhianat dan menjadi pengikut kau-tahu-siapa. Sirius Black juga membunuh salah satu sahabat mereka yang bernama Peter Pettigrew. Jari adalah satu-satunya potongan jasad Pettigrew yang ditemukan. Kematian orang tua Harry tidak lepas dari peran Sirius yang menjadi penjaga rahasia, membocorkan tempat persembunyian mereka pada kau-tahu-siapa. Sihir kuat *fidelius dapat dipatahkan dan mulai saat itu Harry memiliki julukan "The Boy Who Lived".

Menurut cerita ibuku, Profesor Dumbledore sudah menitipkan pesan pada ayah untuk menghubunginya dengan **ber-apparate jika ada hal di luar dugaan terjadi di lingkungkan Godrics Hollow. Karena sihir yang kuat, awalnya keluarga kami tidak tahu jika keluarga Potter tinggal di rumah sebelah. Namun karena ayah yang selalu berani, alih-alih menghubungi profesor, ia malah mendatangi rumah Mr Potter bermaksud membantu saat momen itu terjadi sampai kehilangan nyawanya. Aku sangat mengerti apa yang Harry rasakan, dia pasti tidak akan tahan untuk tidak melakukan apa-apa.

Semester baru datang setelah libur natal usai. Hermione selalu saja sibuk dengan semua buku tebalnya. Aku rasa dia terlalu memaksakan diri untuk mengambil seluruh mata pelajaran tahun ini. Dia tidak pernah membolos dan itu menjadi misteri. Banyak mata pelajaran yang memiliki jadwal bertabrakan- tidak tahu bagaimana dia mengatasinya. Harry sibuk dengan latihan Quidditch, sapu barunya- firebolt terlihat sangat keren. Dia menerimanya secara anonym, tentu saja itu aneh. Ron belum memaafkan Hermione karena kucingnya- Crookshanks diduga sudah memangsa Scabers- tikus Ron. Aku cukup pusing melihat mereka bertengkar setiap kali bersama mereka.

Pertandingan Quidditch pertama semester ini, dibuka dengan Gyffindor melawan Revenclaw. Aku nonton bersama Ron, tidak tahu kemana perginya Hermione. Yah wajar saja, Ron dan Hermione sedang tidak akur. Pertandingan kali ini sangat sengit, tim Revenclaw memang tidak bisa disepelekan. Aku jarang bertemu Draco, mungkin karena dia juga sibuk berlatih Quidditch dengan tim Slytherin. Aku baru melihatnya saat sedang menonton pertandingan hari itu. Dia dan dua teman besarnya berulah dengan menyamar menjadi Dementor.

Draco berusaha mendistraksi Harry agar terjatuh dari firebolt, namun sia-sia saja. Harry menyimpan tongkatnya dibalik jubah Quidditch dan menggunakannya jika ada hal di luar kendali terjadi. Dia melempar mantra ke arah Draco dan berhasil membuatnya jatuh tengkurap ke tanah. Semua penonton yang melihatnya terbahak-bahak- termasuk aku. Karena ulahnya, dia mendapat detensi dan poin asramanya dikurangi 50 poin. Akhir pertandingan dimenangkan oleh Gryffindor. Tidak akan ada yang bisa mengalahkan sahabatku jika sapu firebolt bersamanya.

"Kenapa sih dia selalu saja mengganggu" cemooh Ron membicarakan Draco.

"Dia hanya benci kekalahan. Dia iri sekali kan pasti Harry memiliki firebolt?" tanggapanku

"Bagaimana kau tahu? Kau kan tidak ada di sana saat Malfoy mencibir Harry" Ron terlihat sangat heran.

"Hanya menebak saja," jawabku sepele.

"Kau menakutkan," kata Ron.

"Tapi, bukankah penganggu sepertinya menambah warna di Hogwarts? Tidak asyik jika di Hogwarts tidak ada orang seperti Draco, Fred atau George. Kau juga lihat, semua orang tertawa saat wajahnya menyentuh lapangan tadi."

"Abel?. Kau memanggil Malfoy dengan nama depannya?! Tidak kupercaya" tanyanya sedikit memekik

"Ah, banyak hal yang terjadi Ron," balasku entah kenapa merasa tidak enak.

"Kepalamu terbentur ya saat di Prancis?. Buckbeak sudah dijatuhi hukuman mati karena dia mengadu pada ayahnya, dan kau tetap menganggap Malfoy itu asyik?" nada Ron semakin tinggi.

"Kau serius?!. Kenapa tidak cerita denganku?" timpalku kaget.

"Yah- ku kira Hermione sudah cerita. Pokonya sekarang sudah kuberi tahu" ucap Ron.

"Kau tahu Ron. Kadang ada gangguan darinya yang tidak bisa dimaafkan," ucapku dengan rasa kecewa yang luar biasa.

--

*fidelius: mantra rumit, penyembunyian rahasia secara sihir di dalam diri satu orang yang terpilih, yang disebut penjaga rahasia. Selama si penjaga rahasia menolak berbicara, keberadaan seseorang yang dijaga di tempat dengan mantra fidelius tidak akan bisa ditemukan.

**apparate: lawannya disapparate, kemampuan sihir untuk berteleportasi (muncul di suatu tepat setelah menghilang dari tempat lain hampir bersamaan).

**

Di ruang rekreasi, aku menyanyakan secara detail mengenai kasus Buckbeak pada Hermione. Katanya, Buckbeak masih bisa mengajukan naik banding sekali lagi. Hagrid tidak pernah tidak menangis begitu aku mulai bertanya tentang Buckbeak. Aku merasa kesal dan kecewa pada Draco- kali ini tidak main. Buckbeak juga makhluk yang berhak hidup, kenapa dia harus dihukum ketika dia tidak bersalah?.

Menunggu hari banding tiba, aku menjalani hariku dengan semua mata pelajaran yang semakin berat. Kunjungan ke Hogsmead terakhir kali sebelum paskah tiba, tidak banyak menyita perhatianku. Aku berjalan bersama Parvati melihat beraneka macam permen di Honeydukes yang sudah aku hafal namanya sejak umur sembilan tahun. Yah meskipun ada produk baru, tapi itu tidak banyak. Ron sedang menunggu Harry yang datang menyelundup dengan memakai *jubah gaib. Hermione kelelahan sehingga tidak ikut kunjungan.

Seketika ada tangan yang menyodorkanku kantong besar berisi permen dari atas kepalaku. Aku memutar bola mata tidak minat dengan segera setelah tahu Draco yang memegang kantong itu.

"Untukmu. Dari tadi kulihat kau memperhatikan permen-permen ini. Sepertinya kau suka" katanya ramah.

"Tidak begitu suka sebetulnya. Kau sedang memamerkan uangmu sampai membeli begitu banyak?" jawabku tak minat, Draco memasang ekspresi bingung.

"Dasar tidak tahu terima kasih. Ibumu tidak mengajarimu sopan santun ya?" cemooh Parkinson yang berdiri tidak jauh dari Draco.

"Aku memang seperti ini terlepas dari aku anak siapa. Tidak usah membawa ibuku. Jika kau mau, ambil saja permen itu dari Draco" balasku sarkas. Parkinson terlihat sangat geram dan berjalan mendekatiku. Parvati terlihat cemas melihat aku dan Parkinson ribut.

"Apa? Mau menyerangku?. Sini serang dari depan, jangan jadi pengecut" tantangku dan Parkinson langsung terprovokasi- mengacungkan tongkatnya. Draco segera berdiri menengahi aku dan Parkinson, mencegah keributan. Karena tubuh tingginya aku tidak bisa menatap Parkinson lagi.

Dari dalam lubuk hatiku, aku berharap Draco mengerti kenapa aku bersikap dingin padanya. Aku mengajak Parvati pergi setelah kehilangan minat berada di sekitar Draco. Draco berusaha menarik lenganku namun segera kutangkis dengan tak acuh.

--

*jubah gaib: jubah atau selubung yang dapat membuat seseorang atau benda yang dilingkupi oleh benda ini menjadi kasatmata atau tidak terlihat.

ANYONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang