Kakinya melangkah memasuki rumah. Sangat sepi seperti rumah hantu. Ucapan salamnya pun tidak ada yang menyahuti. Perasaan Langit tidak enak. Langsung saja ia lari menuju kamar utama. Dibukanya pintu kamar dengan keras.
Brakk
Hati Langit terasa sakit melihat bagaimana keadaan Lea saat ini. Tatapannya kosong ke arah jendela kamar menghadap halaman belakang. Ia maju mendekati sang istri. Suara pintu terbuka keras tidak membuyarkan lamunannya.
Langkah kaki kekar nan panjang menuju perempuan yang setia duduk diam di pinggir ranjang. Terlihat pada kedua pipi chubby bekas aliran sungai kecil. Tanpa banyak bicara, tubuh tegap nan jangkung itu mendekap tubuh mungil dihadapannya. Kepala mungil dengan surai sebahu terbenam pada perut sixpack.
Tangan mungil yang sedari tadi diam langsung melingkar pada pinggang atletis lelaki itu.
Hening.
Tidak ada suara apapun kecuali hembusan dua insan sedang menyelami perasaan dan suara detak jarum jam. Tidak lupa Langit mengelus lembut kepala Lea. Ia sebenarnya bingung mau memulai pembicaraan seperti apa.
Cukup lama keduanya berada diposisi seperti itu. Akhirnya tautan tubuh keduanya lepas. Lea mendongak ke atas menatap sendu manik teduh milik suaminya. Bisa ia lihat bahwa tatapan tajam, mengerikan, sedikit banyol serta tatapan mesum, kini berubah menjadi tatapan khawatir yang membuat hati Lea menjadi haru.
Tubuh tegap nan jangkung luruh. Bersimpuh dihadapan sang istri dengan tatapan sendu nan teduh. Digenggamnya tangan mungil yang selalu memberikan kehangatan selain ibunya.
"Aku tahu, kata maaf gak ngehapus kesalahanku sama kamu. Tapi, kata maaf akan selalu aku ucapkan." Ucap Langit lirih sembari menciumi kedua tangan Lea.
"Maaf, karena kesalahanku kamu jadi bahan hinaan orang lain. Aku mohon maafkan aku." Lanjutnya.
Tangis Lea langsung pecah. Ia tidak menyangka bahwa sang suami juga merasa tersiksa akan kejadian beberapa bulan yang lalu. Awalnya ia kaget atas pemberitaan di media sosial terkait dirinya sehingga menjadi bahan gunjingan dan hinaan banyak orang.
Sakit hati? Itu pasti.
Ingin rasanya ia berteriak pada semua orang bahwa dirinya hanya korban atas perbuatan keji dua geng. Ia juga marah kepada sang suami karena tidak melakukan apapun atas apa yang terjadi pada dirinya.
Namun amarah pada dirinya hilang seketika setelah melihat betapa tulusnya sang suami meminta maaf. Apalagi bersimpuh di hadapannya.
"Terimakasih kami udah mau mengakui kesalahanmu. Terimakasih udah berusaha memperjuangkan aku dan anak kita. Terimakasih juga udah jaga aku dan anak kita." Balas Lea disela-sela tangisannya.
Langit mendongak menatap mata sang istri yang penuh dengan air mata.
"Jangan nangis. Air mata kamu berharga." Langit mengusap air mata dipipi Lea.
"Aku janji akan tangkap pelaku teror, pelaku penyebaran gosip palsu dan pelaku dibalik semua tragedi yang terjadi ke aku, kamu dan Alaska." Tegas Langit.
"Aku percaya sama kamu." Senyum Lea.
Posisi keduanya masih tetap sama. Langit duduk di lantai sedangkan Lea duduk diatas ranjang. Setelah pembicaraan itu, Langit meletakan kepalanya diatas pangkuan sang istri.
"Elusin yang." Rengek manja Langit.
Lea hanya tersenyum. Dasar manja. Batinnya. Namun tak ayal ia mengelus rambut dewa perangnya yang sudah memanjang dari terakhir potong rambut.
YOU ARE READING
Langit Dan Lea (TERBIT)
Teen FictionTERBIT!! (PART TIDAK LENGKAP) Inilah sepenggal cerita dua insan anak Adam dan hawa yang melewati lika-liku kehidupan mendewasakan diri mereka setelah terjadinya Bom. Karena bom inilah dua orang itu menjadi pribadi yang lebih baik. DON'T COPY MY ST...
Part 38.
Start from the beginning
