40. Kedatangan Hadden

Mulai dari awal
                                    

"Cakra!"

"Apa?"

Hadden mengalihkan pandangannya ke arah suara itu, berjalan cepat dan langsung mencengkram kuat kerah sweeternya, gemerlatuk gigi terdengar jelas, Hadden kali ini benar-benar terlihat marah.

"Dimana Anya, hah?!"

Cakra menepis tangannya,  "Anya? Di sana," Ia langsung menunjuk kamar tidurnya, tersenyum miring, lelaki itu berjalan ke arah lemari es dengan tangan yang ia masukan ke dalam saku celananya, meninggalkan Hadden yang berdiri tercengang atas ucapannya.

"Lo—"

"Anyaaa!" Hadden langsung berlari ke kamar itu dengan terburu-buru, mencari di mana gadis itu berada, setelah netra tajamnya menangkap Anya yang sedang berbaring, ia langsung berlari kembali, mendekati gadis itu supaya lebih dekat terlihat.

"Anya ... lo gak papa kan?"

Mata Anya yang sedang terpejam pun sontak langsung membelak, ia mengedip-ngedipkan matanya perlahan perlahan agar bisa menerima cahaya yang baru saja masuk ke dalam sana.

"Kak Hadden!" teriak gadis itu setelah sadar sepenuhnya, ia langsung tersenyum senang, memeluknya erat agar seolah takdir baik telah mengampirinya.

Hadden mengusap punggung Anya perlahan, "Lo gak papa kan, Nya?"

Anya menggeleng keras, diikuti dengan cairan bening yang menitik di sudut matanya, ia menyembunyikan wajahnya di dada bidang Hadden karena ketakutan, "A–anya gak papa, kak. Kak Hadden ke sini mau ngejemput Anya pulang? Iya? Anya pengen ikut sekarang, kak."

"Iya, Anya. Jawab dulu, Cakra berbuat apa aja sama lo? Dia gak macem-macem kan? Bilang sama gue semuanya sekarang."

Anya sontak langsung mengangguk keras, "Hiks ... d–dia, dia—"

"Ekhem!"

Ucapan Anya langsung terhenti, ia melirik ke arah pintu kamar itu secara spontan, membuatnya terlonjak dan tak berani melanjutkan ucapannya.

Anya langsung melerai pelukannya, ia mengusap air matanya seraya tersenyum, "G–gak papa kok, kak. Anya baik-baik aja."

"Seru banget ngobrolnya," ledek Cakra seraya terkekeh, ia menatap Anya selama beberapa detik, kemudian mengalihkannya ke arah Hadden seraya tersenyum tipis.

"Dia gak papa. Semalem dia ketiduran di mobil gue karena jalanan macet. Kalo dibawa ke rumahnya bakalan lama lagi, jarak yang paling deket ya ke apartemen gue. Iya kan, Anya? makannya gue bawa dia ke sini."

Anya yang mendapat pertanyaan itu sontak langsung mengangguk tegas, "I–iya, kak. Hehehe ... Anya nangis cuman karena asing sama tempatnya, kirain Anya, Anya itu diculik, taunya di Apartemen kak Cakra."

Hadden menaikan alisnya, "Serius lo? Dari tadi kayaknya lo ketakutan banget, terus kenapa juga mata lo sembab kayak gitu? Lo gak pernah kayak gini kan?"

"Mana kak? Ini bukan sembab, tapi mata panda. Anya kurang tidur karena kepikiran tugas sekolah yang belum selesai."

Cakra yang melihat drama mereka berdua pun langsung menghela nafasnya, ia berdiri dari sandarannya, berjalan keluar seraya berkata, "Kalo mau ngobrol di luar aja."

Cakrawala |REVISI|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang