"Lia..." Nanda dan Syifa menatap iba Aulia
"Lu berdua kenapa sih? Gw gak kenapa napa! Serius" Ujar Aulia tersenyum
"Jangan gitu... Malah kalo lu senyum gw tambah khawatir" Ucap Syifa memeluk Aulia dari samping
Aulia menghela napas pelan. Memang tak bisa di pungkiri hatinya benar-benar hancur tadi malam saat melihat langsung pacarnya bermain di belakangnya, apalagi saat Nathan mengaku sudah melakukan 'itu' dengan salah satu perempuan tercantik di sekolah.
Aulia mengambil ayamnya tetap berusaha makan biasa saja, tapi air matanya tak bisa di tahan lagi, ia menangis di tengah suapan ayam goreng yang seharusnya terasa enak di lidah nya, tapi kali ini hambar.
"Aulia..." Syifa memeluk Aulia, sedangkan Nanda menatap iba temannya
"Mending lu sama Juna aja deh..."
Tak ada yang melanjutkan kegiatan makannya setelah melihat Aulia menangis.
***
Syifa masuk ke rumahnya dengan langkah gontai, hari yang seharusnya di jalani untuk bersenang-senang, malah berakhir dengan suasana melow.
Syifa memasuki kamar tak lupa mengucap salam. Langkahnya terhenti tatkala melihat gumpalan besar yang tertutupi selimut
Dengan ragu Syifa membuka selimut tersebut dan melihat Doyoung yang sedang meringkuk terlihat kedinginan dengan keringat dingin yang membanjiri pelipisnya, sontak saja mata Syifa melebar kaget
Ia memegang kening suaminya, dan betapa terkejutnya Syifa saat merasakan suhu tubuh yang sangat panas. Buru-buru Syifa mengambil kain dan baskom berisi air biasa
Syifa mengompres Doyoung setelah membangunkan suaminya terlebih dahulu
"Mas kenapa?" Tanya Syifa khawatir sembari mengompres Doyoung
"Kenapa gak jawab telponnya?" Tanya Doyoung balik
"Ya... Tadi kan Syifa jalan-jalan bareng temen" Jawab Syifa pelan
"Lebih penting dari saya?"
Syifa menatap tak percaya suaminya, hanya karena tidak menjawab telpon, Doyoung jadi berbicara formal
"Ya maaf, tadi kan Syifa lagi di mall, gak kedengeran telfonnya" Alasan Syifa
Doyoung mendecih dan membuang muka membuat kain di dahinya terjatuh
"Ih jangan ngadep sana, aku susah ngompres nya" Kesal Syifa memegang lengan atas Doyoung
Doyoung tak menjawab dan terus membuang muka dari istrinya membuat gadis itu kesal sendiri
"Yasudah kalau pak Kim Doyoung tidak mau di kompres, saya tidak memaksa!" Ujar Syifa penuh penekanan dengan bahasa formal.
Syifa bangkit dari duduk ingin ke kamar mandi, tapi belum sempat melangkah tangannya di tahan oleh.. siapa lagi kalau bukan suaminya Doyoung
"Kenapa sih?" Tanya Syifa kesal
"Jangan pergi" Pinta Doyoung memelas
Syifa menghela napas kasar, menatap kesal Doyoung yang juga menatapnya dengan mata binar memohon yang terlihat persis seperti kelinci
"Ya terus tadi kenapa buang muka? Sok-soan pake marah!" Omel Syifa pada lelaki kelahiran Korea itu
Doyoung menunduk tak berani menatap mata Syifa
"Dih! Suami takut istri!" Cibir Syifa sinis
"Yaudah tidur lagi, Syifa bikinin bubur dulu" Ucap Syifa
Belum sempat melangkah, dengan mudahnya Doyoung mengangkat tubuh Syifa dan menidurkan nya di sampingnya
"Gausah" Cepat-cepat Doyoung memeluk erat Syifa agar tak bisa pergi
Sedangkan yang dipeluk meronta-ronta ingin lepas
"Syifa belom mandi loh!" Ujar Syifa berusaha melepas tangan Doyoung yang melilit tubuhnya
"Gapapa"
"Badan mas masih panas" Ujar Syifa merasakan tubuh Doyoung yang hangat
"Besok juga ilang"
Syifa menghela napas kasar. Tak ada gunanya, yang ada malah menghabiskan tenaga saja, pikir Syifa.
Syifa mengelus lembut rambut Doyoung yang sedang mendusel pada lekuk lehernya
"A-ah geli" Syifa berusaha menjauhkan kepala Doyoung
Bukannya berhenti, Doyoung malah semakin gencar menggerakkan kepalanya membuat Syifa tambah kewalahan
"Udah ih!"
Karena kesal, Syifa memukul kerasa kepala belakang Doyoung membuat sang empu meringis kesakitan
"Sakit sayanggg..." Ringis Doyoung manja membuat Syifa geli sendiri
"Diem makanya!" Balas Syifa tajam mampu membuat Doyoung berhenti bergerak
"Maaf" Cicit Doyoung
"Dah tidur!" Syifa balas memeluk Doyoung sembari mengelus punggung suaminya agar cepat tertidur.
~~~ To Be Continue
![](https://img.wattpad.com/cover/258608756-288-k497093.jpg)
YOU ARE READING
Teacher
Fanfiction"Bapak kapan nikah si pak? Bapak kek punya banyak beban idup ya? Cari istri pak... Biar bisa ngeringanin beban bapak gitu minimal" "Sudah ada" "Hah? Udah ada calonnya pak? Nikahin lah pak, kapan nikah pak? " "Tunggu kamu lulus"