Lima Puluh Delapan

Começar do início
                                    

Sandra mengambil tasnya dan keluar dari ruangan Vanilla dengan sengaja membanting pintunya. Vanilla terkejut ketika mendengar suara bantingan tersebut dan mendengus entah untuk ke berapa kalinya. Tiba-tiba ia langsung teringat dengan hal-hal yang pernah di lakukan oleh Sandra selama mereka tinggal bersama. Tak peduli bagaimana pun keadaannya, jika Sandra sudah mengatakan bahwa ia nekat pergi, maka Sandra akan melakukannya.

"Haish!" erang Vanilla tak bisa berkonstrasi lagi.

Vanilla berdiri dari kursi yang ia duduki dan segera keluar menyusul Sandra, sebelum temannya itu pergi. Sesampainya di luar, ia masih melihat mobil Sandra terparkir di depan butik. Vanilla menatap ke sekelilingnya, namun tak menemukan sosok Sandra. Ia pun mendongak ke atas dan memutuskan untuk mengecek apakah Sandra ada di cafe atas butiknya atau tidak.

Benar. Sandra duduk di salah satu kursi dengan segelas minuman dan sepotong cheescake yang tersaji diatas meja. Vanilla pun melangkah menghampiri Sandra yang langsung tersenyum lebar saat Vanilla duduk berhadapan dengannya.

Vanilla kembali menghela napas. "Fine, gue bakal temanin lo dan setelah itu langsung balik ke Jakarta," ucapnya menyeruput minuman Sandra.

"Gak gitu konsepnya Vanilla!"

"Ya terus lo mau gue jadi orang ketiga diantara lo sama Vino gitu?" ucapnya sensi.

Sandra malah menganggukkan kepala. "Vino pasti bakal sibuk sama kerjaannya dan gue gak punya teman. Kalau sama lo kan, gue jadi bisa jalan-jalan, gak mati bosan karena nungguin Vino. Lagian lo juga pasti butuh hiburan, Nil."

"Terserah lo deh, San."

Sandra kembali tersenyum lebar. "Besok siang kita berangkat ya? Gak lama kok disana, paling dua tiga hari doang."

Vanilla tidak menjawab, ia memutar bola matanya dan memutuskan untuk menghabiskan cake milik Sandra untuk meluapkan kekesalannya hari ini.

***

Pukul empat sore, Vanilla dan Sandra sudah tiba di Bandara Ngurah Rai Bali. Mereka langsung dijemput oleh supir utusan Vino yang akan mengantar mereka menuju villa yang berada di daerah Jimbaran. Selama perjalanan, selama itu pula Sandra tak henti-hentinya mengoceh tentang agenda yang akan mereka lakukan nanti.

Sekitar dua puluh menit kemudian, mereka telah sampai di villa yang akan jadi tempat mereka menginap. Sandra langsung menarik Vanilla untuk masuk, sementara barang-barangnya akan di bawa oleh petugas villa. Ketika masuk ke dalam kamar, Vanilla langsung disuguhkan pemandangan yang begitu memanjakan mata.

"Tuh gak nyesal kan lo ikut gue," ucap Sandra yang melihat ekspresi kagum Vanilla.

Sandra melirik jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan hampir pukul lima sore. "Nil, ke pantai yuk," ajak Sandra. Vanilla hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban dan mengikuti Sandra keluar dari dalam kamar. Sepertinya Vanilla tidak akan menyesal dengan keputusannya menemai Sandra.

"Ah, sejuknya...." ucap Sandra merentangkan tangan, merasakan semilir angin yang menerpa wajahnya.

Vanilla hanya diam. Ia melangkah sembari memperhatikan kakinya diatas pasir. Sesekali ia memainkan kerang-kerang yang berada disekitar kakinya dan merasakan deburan ombak yang menghempas pesisir pantai.

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]Onde histórias criam vida. Descubra agora