Chapter 2. Training Pertama

5K 1.2K 1.6K
                                    

Tersenyumlah, karena waktunya tersenyum telah tiba.
Menangislah, karena waktunya untuk menangis telah
datang. Tak usah resah. Coba nikmatilah. Sebab, semua akan
berganti dan tidak ada yang abadi di dunia ini.

(Malaikat Magang —Raja)

Setelah keluar dari pintu Sasvata, Raja tidak menemukan Naya, tapi malah terbangun di bed sebuah ruangan asing. Di ruangan itu ada semacam cerobong tinggi yang langsung menembus langit. Di depannya ada sebuah lemari kaca berisi pakaian dan masker. Kaca dari pintu lemari itu memantulkan wajahnya. Raja lalu memandangi tangannya, menggerak-gerakkannya, memegang pipinya, ah, dia baru sadar sudah punya tubuh manusia. Seperti inikah wujud In-yeop versi kearifan lokal? Raja membatin karena di Sasvata hanya ada banyak pintu, tapi tak ada satu pun cermin. Inilah kali pertama Raja mengenali wujudnya.

“Selamat datang di ruang perawatan Jago House, Ja,” ucap Bang Jago yang tiba-tiba masuk dari satu-satunya pintu di ruangan itu. Dia diikuti cowok kaku yang Raja pikir mungkin pembantunya.

“Tadi malam gue lihat Naya mau loncat, Bang!” seru Raja panik. Dia takut terlambat menolong Naya, dan dinyatakan gagal sebagai malaikat magang. Dia belum mau mati!

Sial! Bang jago malah senyam-senyum melihat kepanikannya.

“Relaks, Ja. Malam itu Naya masih menimbang-nimbang ingin   lompat atau tidak. Kalau sesuai kitab hidupnya, Naya loncat masih   beberapa hari lagi, kok. Waktu yang cukup buat lo training pindah roh  ke Sasvata,” jelas Bang Jago yang diikuti gerakan angguk-angguk nggak   jelas dari pembantunya.

“Huh!”  Raja mengembuskan napas keras, seolah terlepas dari ancaman maut. Dia merasa lega mendengarkan penjelasan Bang Jago. Seperti ada beban berat yang lepas dari pundaknya. “Syukurlah. Gue pikir, gue langsung mendarat di loteng tempat Naya.”

“Tubuh manusia lo, kan, ada di sini, Ja. Jadi, untuk menyamar jadi manusia lo harus ke sini dulu.”

“Cairan dan selang-selang ini untuk apa?” tanya Raja menyentuh   selang bening yang  tersambung  dengan  kantong  penuh  cairan bening  di  atasnya.

“Itu cairan infus. Tubuh manusia kita tetap perlu cairan dan elektrolit saat roh kita ada di Sasvata. Karena biasanya kita butuh waktu lama untuk kembali ke dunia manusia.”

“Jadi, Bang Jago selama di Sasvata tubuh manusianya ada di sini?”

“Lo  nggak  tahu,  kan,  sudah  bikin  gue  tidur  panjang,”  keluh Bang Jago merasa hidup kembali  dari pingsannya yang berbulan- bulan. “Untung ada Pais, yang merawat tubuh gue selama di Sasvata,” tambahnya sambil menggerakkan jarinya ke arah Pais.

“Kenalin, gue Pais. Senior lo di sini,” kata Pais mencoba tersenyum, tapi gagal.

“Raja,” jawab Raja singkat. “Terus, Bang, kok bisa lo tidur lama?”

“Lo ingat konsep perbedaan waktu?” tanya Bang Jago. “Satu menit di Sasvata itu—”

“Sepuluh hari berjalan di dunia manusia,” lanjut Raja baru ingat dan langsung mendapat lirikan Pais karena memotong pembicaraan Bang Jago.

“Jadi, harusnya lo tahu, berapa lama tubuh manusia gue pingsan di dunia saat gue training lo di sana kan?” tanya Bang Jago berwibawa.

“Otak dia nggak bakal nyampai, Bang,” timpal Pais penuh gaya. Namun, itu justru menyelamatkan Raja yang memang sedang mumet menghitung.

“Itu nggak perlu dihitung juga, kok. Lo cukup tahu aja. Yang penting sekarang, lo harus makan dulu. Tubuh manusia lo pasti sudah kelaparan. Ayo, kita ke ruang makan,” ajak Bang Jago yang sadar lebih dulu daripada Raja.

FACTORY RESET (New Version)Where stories live. Discover now