bab 6 saling membutuhkan

6.9K 470 10
                                    

Jangan terlalu banyak berpikir, jadikan peluang kecil menjadi awal keberhasilan jangankan pikirkan resikonya. Tapi pikirkan keberhasilannya.

Me.

Dua hari kemudian....

Hari sudah sore namun, yang dilakukan Dirza hanya duduk dan termenung di tepi pinggir jalan. Pikirannya melalang buana, ia memikirkan kondisi sang ibu dan juga biaya operasinya.

"Dimana aku harus mencari uang sebanyak itu. Jika aku meminjam uang ke bank atau yang lain aku tidak punya jaminan apapun. Apa iya, aku harus menerima tawaran yang di berikan Aldi untuk menjadi simpanan tante-tante kesepian." batin Dirza. saat Dirza melamun tiba-tiba saja suara klakson mobil mengagetkannya.

"Astaghfirullah Al adzim," ucap Dirza mengusap dadanya. Kemudian Dirza pun melihat mobil itu berhenti di hadapannya pun menaikan alisnya sebelah.

"Sedang apa lo?" Ternyata Aldi orang yang hingga di pikirannya tadi.

"Lo masih mikir?" lanjutnya, kemudian Aldi pun menyandarkan tubuhnya di samping mobilnya.

"Al apa lo gak bisa pinjemin gue uang. Gak banyak kok cuman lima belas juta." pinta Dirza.

"Apa lo bilang cuman? Hahaha gue bisa aja pinjemin lo uang, tapi apa ada jaminan lo bisa balikin tuh uang. Secara, lo kerja hanya sebagai kuli di pasar. Penghasilannya aja gak cukup buat keluarga lo makan sehari-hari."

Dirza yang mendengar perkataan Aldi pun mengakuinya. Ia tidak punya apapun untuk ia jadikan jaminan. Tapi apa mungkin ia mengambil jalan yang salah. Bagaimana jika ibunya tau, pasti akan kecewa. Cukup sudah ia membuat ibunya kecewa dengan masa lalunya ia tidak ingin mengulanginya kembali.

"Udah, jangan banyak mikir. Bukannya udah dua hari ya lalu ibu lo masuk rumah sakit. Dan lo belum membayarnya kan. Ikutin aja apa saran gue. Lagipula kerja kaya gue enak kok. Tinggal nemenin mereka makan jalan tidur itu juga gak sering kok." Rayu Aldi kepada Dirza.

"Dan juga bayarannya mahal. Apalagi pemula kaya lo. Uang segitu bisa lo dapatin dalam waktu sehari." lanjutannya.

Dirza yang mendengar itu seketika menjadi ragu. Iya atau tidak untuk menerima ajakan Aldi.

"Kalau lo mau atau bersedia lo bisa hubungi gue," Aldi pun memberikan kartu namanya kepada Dirza.

Dirza pun menerimanya. Kemudian di tatapnya kartu yang di berikan Aldi.

"Makasih Al," ujar Dirza.

"Sama-sama. ya udah kalau gitu, gue pergi dulu. Mau jemput langganan gue." Setelah itu Aldi pun meninggalkan Dirza di pinggir jalan dengan membawa kecepatan mobil yang maksimum. Untuk menunjukkan bahwa apa yang ia punya sekarang itu sangat mudah dan didapat dengan cepat.

****

"Ahh akhirnya selesai juga," desah Kayana yang baru saja menyelesaikan tugasnya. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam lewa sepuluh menit. Kayana baru menyelesaikan pekerjaannya. Kayana tidak akan pulang atau meninggalkan pekerjaannya sebelum selesai maka dari itu Kayana sangat di percaya oleh atasannya untuk memegang sebuah proyek walaupun itu hampir selesai.

Kemudian terdengar suara handphone Kayana bergetar. Kayana melihat sebuah panggilan masuk dari nomor asing pun menjawabnya.

"Ya hallo," Kayana menjawab panggilan tersebut.

"Selamat malam mbk ini saya Aldi."

"Ouh kamu. Baiklah dimana kamu sekarang?" tanya Kayana.

"Saya sudah ada di bawah mbak."

Not A Wedding Contrac (Selesai) Where stories live. Discover now